Taeyong menggeleng, mengusak rambutnya yang semula rapi menjadi berantakan namun tidak kurangi kadar kemanisannya.
Dia sekarang sedang berada di dalam kamarnya sendiri, meninggalkan Jaehyun dan si kembar dalam kamar ayahnya. Permintaan Jaehyun tidak disanggupinya, Taeyong kabur tanpa membalas panggilan Jaehyun.
"Astaga, gila!" Pekiknya, meninju bantal yang berada di dalam pelukannya.
"Jaehyun-ssi mungkin sudah gila. Bagaimana mungkin orang bisa berubah karena sakit." Taeyong merebahkan dirinya, menatap sekeliling yang berantakan karena ulahnya.
Pada akhirnya dia bangun dan kembali rapikan kamarnya, Taeyong paling tidak bisa melihat kekacauan semacam ini. Tidak nyaman, kalau kamarnya bersih 'kan dia bisa tidur nyenyak.
────────────
Tuhan seperti dengarkan doa Jeno, hujan benar-benar berhenti keesokan harinya walaupun langitnya masih terlihat mendung. Tapi setidaknya anak-anak sudah bisa bermain keluar rumah, Jeno langsung membawa sepedanya keluar garasi dan pergi ke rumah sebelah. Rumah keluarga Zhong.
Sedangkan Mark tidak tertarik untuk pergi, dia hanya bermain dengan anjing Ruby di halaman depan rumah bersama Taeyong yang duduk di bangku bawah pohon untuk mengawasi.
Terdiam cukup lama membuatnya kembali teringat dengan kejadian kemarin. Dimana Jaehyun yang sakit dan meminta hal-hal aneh, menurutnya.
Mulai dari menyuapi padahal pria itu terlihat baik-baik saja, dia tidak masalah dengan yang satu ini. Tapi untuk, ah sudahlah Taeyong tidak ingin mengingat kejadian itu. Sebisa mungkin untuk melupakan saja.
Taeyong tidak merasakan hal aneh-aneh kok, seperti jantung yang berdetak dua kali lebih cepat seperti film yang ditontonnya. Biasa saja.
Terbawa perasaan? Itu bukan Taeyong sama sekali. Hanya merasa sedikit 'kaget' dengan semua perubahan yang tiba-tiba ini. Dia terbiasa melihat Jaehyun yang dingin, pelit ekspresi, pelit suara. Kalaupun berbicara pasti kata-kata yang dikeluarkan sangat pedas.
Tapi itu semua hilang entah kemana dan entah sejak kapan, Taeyong benar-benar tidak sadar dan tidak peduli dengan hal itu.
"Mommy!" Jeno berteriak nyaring menatap ibunya, anak itu mengendarai sepedanya dengan cepat seakan kesetanan.
"Jeno, hati-hati!" Taeyong berdiri menatap si bungsu yang cengengesan. "Mentang-mentang sudah bisa roda dua sekarang jadi sombong."
Jeno mengerucut, "tidak sombong kok! Jeno hanya mau Mommy lihat kalau Jeno bisa!" Bocah itu turun dari sepedanya dan berdiri di depan Taeyong.
Mark masih sibuk bermain dengan Ruby si anjing sesekali melirik ke arah ibunya dan sang adik yang sedang terlibat perdebatan. Yah, berdebat dengan Jeno itu sangat menyenangkan omong-omong. Anak itu akan mudah sekali menangis jika didebat, apalagi jika yang mendebat adalah ibunya.
"Anak sombong tidak punya teman."
Jeno menggeleng, "Jeno anak baik, Mommy yang bilang..." Wajahnya pias menatap sang ibu yang dengan santainya memamerkan wajah tanpa dosa.
"Kapan?" Taeyong bertanya menatap si bungsu yang hampir menangis, hidungnya sudah kembang-kempis. Menggemaskan.
"Mommy bilang Jeno baik, tidak ada kapan, Jeno lupa." Dia menatap ibunya dengan pandangan sedih, benar-benar hampir menangis.
Taeyong tertawa, "baiklah, Jeno anak baik. Sini." Dia meraih tubuh gembul Jeno kedalam gendongannya. Mark menyusul setelah menaruh Ruby di kandangnya. Mereka masuk ke dalam rumah ketika matahari mulai naik.
────────────
Kelakuan Jaehyun semakin hari semakin aneh, contohnya saja kemarin Jaehyun memanggil Taeyong terus-menerus tapi ketika ditanya balik jawabannya benar-benar buat Taeyong naik darah.
"Taeyong."
"Ya, Jaehyun-ssi?"
"Hanya memanggil."
Taeyong mengangguk kecil walaupun merasa jengkel. Dia kembali melanjutkan acara bermain game di ponselnya karena tidak ada kegiatan lain. Si kembar juga sedang berada di rumah orang tua Jaehyun.
Harusnya tadi pagi Taeyong pergi bersama teman-teman semasa sekolah dulu, tapi batal karena istri dari kakak Doyoung akan melahirkan. Jadilah sekarang dirinya berada di rumah dengan Jaehyun yang entah mengapa terlihat sangat santai, maksudnya biasanya dia akan mengerjakan pekerjaannya walaupun dihari libur seperti ini.
"Taeyong."
Taeyong menghela napasnya pelan, "ya Jaehyun-ssi, ada apa?"
"Hari ini kau kan tidak memasak," Jaehyun menatap pria muda di depannya. "Temani aku keluar mencari makanan."
Taeyong menatap Jaehyun, sebenarnya dia bisa saja menjawab sekarang tapi dia ingin lihat apa yang dilakukan pria itu.
"Taeyong? Bagaimana?"
"Baiklah, aku akan bersiap." Taeyong berdiri dari duduknya, menaruh ponselnya pada meja kemudian naik ke lantai atas untuk berganti pakaian.
Jaehyun tidak bisa menahan senyuman lebar pada wajahnya. Tidak sia-sia dia mengirim si kembar ke rumah orangtuanya.
"Kau mau makan apa?" Jaehyun bertanya melirik Taeyong yang berjalan di sampingnya. Mereka sedang berada di kawasan Hongdae untuk mencari makanan Korea.
"Aku tidak lapar Jaehyun-ssi, aku hanya menemanimu." Balas Taeyong kalem, dia sedang melihat jejeran stan makanan di kanan dan kirinya, terlihat enak tapi Taeyong benar-benar sedang tidak mood untuk makan. Dia merindukan Mark dan Jeno.
"Baiklah kita beli ice cream waffle." Jaehyun menarik tangan Taeyong menuju stan makanan yang terlihat ramai pembeli.
Menatap ice cream waffle di tangannya, dia sangat menyukai jajanan yang satu ini karena selain rasa manis pada waffle nya juga terdapat ice dream.
"Jaehyun-ssi, kau tidak membeli?" Taeyong menatap Jaehyun yang tidak membawa apapun di tangannya, pria itu hanya memesan satu dan diberikan kepadanya. Padahal tadi mengantre sangat lama, kenapa hanya membeli satu.
"Aku tidak suka makanan manis apalagi dingin." Jawab Jaehyun dengan senyuman kecil, mereka sekarang sudah berada di bangku di bawah pohon rindang dengan angin sepoi-sepoi. Jaehyun sengaja membawa Taeyong kesini agar pria muda itu lebih bisa menikmati acara makannya.
"Lalu?" Kelereng seindah bulan dan langit senja itu menatap bingung.
"Aku hanya membeli itu untukmu karena kau sangat suka ice cream, aku benar?"
Kepala Taeyong berdengung, merasakan pusing yang berbeda. Perutnya terasa diaduk dari dalam, menggelikan. Benar-benar hampir membuat Taeyong tertawa.
"Terimakasih." Hanya itu yang dapat diucapkannya sebelum kembali melanjutkan memakan makanan yang sudah Jaehyun belikan.
Jaehyun menatap pemandangan di depannya, sesekali melirik Taeyong yang masih berusaha menghabiskan porsi besar ice cream waffle.
"Setelah ini kau temani aku mencari makanan untuk Mark dan Jeno."
"Baiklah."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy ✅
Fanfiction[END] Taeyong hanyalah sosok ibu pengganti untuk si kembar. [⚠] BxB, Mpreg, Missgendering, Lil bit angst. © kelonin, 2021.