18. Epilog: Goodbye

31.7K 3.2K 346
                                    

Taeyong terbangun pukul 3 pagi, mansion gelap dimana-mana. Dia baru saja tidur pukul 12 malam tadi, tapi bangun begitu cepat sebab merasa tidak tenang.

Raganya disana tapi pikirannya tidak. Dia sedang memikirkan kedua putranya sedang di sisi lain memikirkan tawaran Baekhyun.

Kalau boleh egois, Taeyong ingin pergi. Pergi jauh dari negara tempat lahirnya ikut sang kakak, dia ingin lupakan semua kenangan pahit disini. Menggapai apa yang diinginkannya sejak muda selagi masih banyak waktu.

Tapi kedua putranya, sekali lagi apakah mereka siap kehilangan sosok ibu untuk yang kedua kalinya? Apakah mereka bisa hidup hanya dengan ayahnya dan mungkin saja si pengasuh?

Taeyong membuang napas kasar, mengusap muka manisnya dan memilih keluar mansion mencari udara segar. Berharap agar pikiran buruknya itu cepat pergi sebelum dia memutuskan hal yang mungkin saja bisa hancurkan kedua putranya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Taeyong menoleh spontan, "mencari udara segar."

Jaehyun menyamakan langkah kakinya dengan si manis, memberi bentang jarak lumayan jauh diantara keduanya.

"Kyungseo wanita yang baik."

Taeyong berjalan perlahan, di depan sudah mulai terlihat rumah kaca dan dia tetap dengarkan segala celotehan Jaehyun tanpa berniat membalas.

"Jeno menyukai wanita itu." Jaehyun melirik pria yang lebih muda. "Mark pasti juga akan menyukainya, mereka cocok."

Taeyong berhenti, menatap Jaehyun dengan pandangan tajam. Baru kali ini dia seberani itu. Hatinya sudah kepalang panas ingin memukul ayah dari si kembar.

"Lalu apa hubungannya denganku, Jaehyun-ssi?"

Alis Jaehyun menukik tajam sebelum terkekeh, "kau boleh pergi, anak-anakku sudah punya pengasuh baru."

"Jika itu maumu, baiklah, akan aku sanggupi." Taeyong menyenggol bahu lebar Jaehyun sebelum pergi menjauh.

"Baekhyun hyung."

"Ada apa?"

───────────

Mark melirik ibunya, pagi ini meja makan Mansion Jung terlihat lebih sepi dan mencekam. Itu berasal dari dua orang dewasa yang saling melempar tatapan tidak bersahabat.

Jujur saja Taeyong awalnya tidak membenci Jaehyun, sama sekali tidak setelah semua hal yang dilakukan pria itu padanya dan hidupnya. Tapi kali ini benar-benar sudah melewati batas.

Taeyong bukan seorang malaikat, dia hanya manusia biasa yang bisa lelah kapan saja. Marah kapan saja. Menangis kapan saja.

Dia tidak peduli jika Jaehyun tidak pernah menghargainya, mencacinya, atau membencinya sekalipun. Asal jangan mengusirnya dan menjauhkannya dengan kedua putranya yang masihlah terlalu kecil.

Berkali-kali Taeyong tekan egonya agar tidak menang. Bertahan sendiri di atas tebing tanpa ada yang membantunya, kemudian sampai dia tumbang dan jatuh ke lautan juga tidak ada yang mau membantunya.

Biarkan kali ini saja Taeyong menjadi jahat dan egois.

"Mommy." Mark memanggil ibunya pelan.

Taeyong menatap si sulung, melempar senyum dan bertanya pelan. "Ada apa, Mark?"

"I love you, Mommy." Taeyong tersenyum sambil mengangguk begitu membaca gerak bibir si sulung.

 Mommy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang