Hari masih terasa sama bagi Raya, membosankan. Hari harinya selalu tidak ada yang menarik, harusnya, sih, dia bersyukur karna Raya bukan tipe perempuan yang suka membuat masalah setidaknya hidupnya tenang.
Masih dengan menyusuri koridor pagi ini, Raya menemukan Haidan yang tengah berjongkok di dekat pot besar di pinggir lapangan. "Ngapain, tuh anak?" Gumamnya lalu menghampiri Haidan.
"Dan, ngapain lo-- ehh kucing?" Raya turut berjongkok bersama Haidan sesekali mengelus kucing berwarna abu abu setengah putih itu. "Kasian deh, kayaknya belum makan apa gue beliin pecel di kantin aja, ya?" kata Haidan dengan senyuman yang membuat matanya tenggelam, "sembarangan!"
"Hehe, lo tunggu sini deh gue cariin jajan rasa ikan apa ayam gitu di kantin, buat nih kucing." Mendapat persetujuan dari Raya, Haidan segera melangkahkan kakinya menuju kantin, "sabar ya, Cing, abis ini kamu makan." Raya bergumam sambil mengelus kucing itu, sesekali terkikik karena gemas.
Di tengah aktifitasnya, seseorang menyodorkan makanan kucing yang masih terbungkus rapi, sepertinya baru beli. Ia menatap makanan kucing itu kemudian menatap si pemberi.
Karena tak kunjung di ambil, lalu laki laki itu membuka bungkus makanan kucing tersebut, mengulurkan nya pada kucing itu, terlihat lahap memakan makanan kucing pemberian Nathan, Raya pun membisu. Ternyata dibalik sifat dingin dan bodo amat itu Nathan masih mempunyai hati, bahkan hanya untuk hal sekecil ini. "Soal kata kata lo kemaren itu, Ray, makasih."
Raya mengerutkan keningnya, menelusuri pikirannya tentang berbicara kepada Nathan. "Kalo boleh jujur gue malu banget, sih.. sorry, juga tiba-tiba meluk lo, lancang banget gue.." Nathan mengulurkan makanan itu lagi, karena kelihatan sudah akan habis. "Gue emang butuh pelukan, sih." Raya menyikut lengan Nathan, membuat pemiliknya tertawa.
Sementara dari ujung koridor, Haidan telah membawa sekantung makanan ringan yang baru dia beli dari kantin, tak lupa susu strawberry kesukaan Raya, dengan terpaksa dia kembali dan membuang apa yang telah dia beli, toh buat apa?
"Apa cuma lo di sekolah ini, anak yang gak tau diri, dengan membuang makanan. seolah-olah suatu saat nanti lo gak butuh."
Suara perempuan itu terdengar menyebalkan di telinga Haidan, ia sedikit meliriknya. "Bukan urusan lo." lalu Haidan pergi dengan melayangkan tatapan tajam.
-
"Dengan ibu Rosa, ya?" Jam di tangan Rosa menunjukkan pukul 10:21 dia menginjak-kan kaki di salah satu perusahaan make up ternama di kalangan internasional, dengan nama perusahaan PT. JENANDRA WIJAYA, perusahaan milik mantan suaminya.
"Ruang Photoshop nya sebelah kiri, ya, saya tinggal dulu."
Rosa mengangguk. "iya, terima kasih."
Matanya tertuju pada salah satu ruangan kaca dengan banyak peralatan yang telah di siapkan untuknya nanti, shooting iklan pertama setelah resmi menjadi Brand ambassador perusahaan milik mantan suaminya itu. Rosa melangkah menuju ruangan itu dengan langkah santai, dan yah..srett- dengan tidak sengaja seorang laki laki berjas menyenggol Rosa "Oh, sorry I didn't see you earlier I was wrong." katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionDua kepribadian yang berbeda dengan takdir yang sama, kehilangan. "Karena dalam hidup gue. Cukup gue kehilangan satu kali, yaitu bunda. Gue gaakan sanggup kehilangan lagi setelah bunda, terutama lo." Hening setelah itu. Nathan membawa pandangannya m...