Bakso dua porsi

102 21 0
                                    

"Ini, gue mau nyulik anaknya Tante Rosa boleh nggak, ya?" Raya memberi ancang-ancang untuk memukul laki-laki di depannya ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini, gue mau nyulik anaknya Tante Rosa boleh nggak, ya?" Raya memberi ancang-ancang untuk memukul laki-laki di depannya ini. Tapi Nathan langsung menghindar. Dia tertawa lepas lalu masuk untuk menemui Rosa di dalam.

Raya menutup pintu dan segera menyusul Nathan, tapi langkahnya terhenti tepat saat handphone milik Raya bergetar, matanya membelalak saat membaca pesan dari Haidan.

Haidan bestie :Jalan yok Ray
Haidan bestie :mumpung gue udah sembuh

Ia bingung sekarang, mana yang harus ia pilih. Nathan atau Haidan. Raya benci pilihan menyesatkan ini, keduanya sama sama penting baginya. Lalu Raya menghela nafas dan mengetikan beberapa kalimat untuk menjawab Haidan.

Sorry, gue udah ada janji :you
lain kali aja ya, Dan, maaf banget :you

"Maaf, Dan.." setelahnya ia berlari menuju kamar, melewati Nathan dan Mama di ruang makan yang asik sendiri.

Di sisi lain, senyum Haidan luntur saat notifikasi kembali masuk. Raya bukanlah tipe orang yang suka membatalkan janji, mungkin ini memang bukan janji tapi sekalipun mendadak Raya tidak akan membatalkan apapun yang berhubungan dengan Haidan, sedangkan ini?

Sepenting apa janji itu hingga dirinya di abaikan oleh Raya. Haidan menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya. "Lo berubah, Ray."

-

Sepagi ini Nathan sudah berada di depan meja makan orang, mengamati sibuknya Rosa di dapur, tanpa mau di bantu olehnya, padahal ia sangat bersedia. "Rajin banget kamu, Nath udah apel pagi-pagi, mentang-mentang nanti kalo udah sampe sini pasti di bolehin jalan." Rosa mencibir Nathan, "loh seharusnya Tante bangga, this is discipline." Detik berikutnya Rosa turut duduk di depan Nathan, menata sarapan paginya yang semula hanya bersama Raya. Kini bayangan mempunyai anak laki-laki terlintas saat melihat Nathan yang jiga hadir disini.

Rosa berdecak malas, "This is not school, Nathan." Setelahnya mereka tertawa bersama, tepat saat Raya menuruni tangga dengan paras yang lebih segar, kelihatannya habis mandi. Tapi perasaannya bingung melihat Mama dan Nathan tertawa bebas,  apa yang mereka bicarakan?

"Pasti ngomongin Raya, ya? Iyalah Raya cantik pantes banyak yang ngomongin." Anak itu menarik kursi makan dan duduk di sebelah Mama. Rosa terkekeh geli. "Hadeh Raya.. Raya." Rosa mengambil nasi yang mungkin sudah sedikit dingin di terpa hawa dingin Minggu pagi, "Nathan makan yang banyak, ya." Tiba tiba saja piring putih di depan Nathan berbalik dengan imbuh secentong nasi dan capcay disana. Padahal sebelum berangkat, ia dan ayahnya sengaja bangun pagi untuk masak bersama. Nathan yang sudah di tinggal lama oleh bunda sangat tidak memungkinkan bahwa setiap harinya ia dan ayahnya memakan masakan luar, tidak sehat.

Mungkin sesekali kalau keduanya sama sama tidak sempat mereka akan memesan, tapi setiap hari setidaknya mereka masak sendiri, alih alih menyewa pembantu untuk memasak.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang