2

2.2K 208 9
                                    

Awan mendung mendominasi tempat itu, menambah suasaana keheningan semakin terasa. Sepinya tempat ini membuat dirinya semakin nyaman untuk tinggal.

Tangan itu menabur bunga setaman diatas pusara, tidak lupa air mawar disiram setelahnya. Rumput-rumput liat sudah dicabut saat ia datang tadi. Kini rumah milik Ibunya sudah bersih kembali.

Mengunjungi perempuan yang sangat berharga baginya merupakan rutinitas dari semenjak ia pergi pada 7 tahun lalu. Tidak sebulan pun ia lewatkan untuk tidak datang kemari.

"Ibu.. Seokjin tidak bisa menepati janji. Maaf ya? Tapi aku akan membatu Yoongi mencapai mimpinya. Lagi pula, kasian ayah jika harus bekerja sendirian."

Batu nisan itu ia usap dibagian nama yang tertera disana. Berharap semua curahan hati itu akan tersampaikan oleh semesta.

"Ibu tidak marah kan? Ah iya ibu memang tidak pernah marah pada kami. Sekali lagi Seokjin minta maaf Bu... karena aku dan Yoongi masih belum bisa berdamai."

Sedikit kembali ke belakang, karena rasa tidak suka Yoongi terhadapnya sudah ada sejak dulu. Apalagi saat Ibunya pergi dan sudah tidak punya tempat untuk mendapat kasih lagi.

Ibunya memang adil dalam mengurus keduanya, berbeda dengan sang ayah yang masih berat pada Seokjin. Sekarang ibunya pergi, ia semakin tidak mendapat pengakuan. Dan semakin waktu berlalu, Seokjin menjadi lebih pandai. Ia semakin tersisih.

Awan mulai meneteskan airnya. Tangannya kini terdapat bulir air. Ia menyekanya dengan lengan panjang yang ia kenakan. Senyum itu timbul kala melihat ruam-ruam merah berukuran kecil hampir memenuhi telapak tangannya.

"Bu.. kurasa aku semakin mirip denganmu," ucapnya miris.








...






Seokjin kini resmi menjadi direktur di salah satu cabang perusahaan milik ayahnya. Setiap hari, hampir selama 12 jam perhari ia habiskan untuk bekerja di kantor, walaupun pekerjaannya belum begitu banyak tapi ia selalu pulang terlambat untuk belajar disana. Memahami seluk beluk perusahaannya.

Jujur pekerjaan ini tidak menyenangkan. Interaksi dengan manusia sangat minim dan kebanyakkan hanya fokus pada penjualan produk mereka yang menghasilkan furnitur rumah dengan merk yang sudah dikenal penjuru indonesia.

Bukan hanya mengurus keuangan tapi Seokjin juga harus memerhatikan desain dan kinerja para pegawainya. Walau ia tidak memiliki bakat dibidang ini tapi keuletannya bisa berguna disini.

Kesibukannya membuat Seokjin jarang pulang. Tapi kali ini tubuhnya sedang lelah, jadi ia memutuskan untuk pulang sesuai jam kantor.

Jika ia biass pulang dengan keadaan rumah sepi dan gelap karena penghuninya sudah tidur termasuk Yoongi. Sekarang rumahnya masih dengan suasana terang. Lampu kamar masih menyala.

Seokjin dengan pakaian kantornya mendekat kekamar Yoongi. Ia membuka pintu perlahan.

"Yoongi-a.."

Saat ia masuk, sudah didapati tatapan tidak suka dari sang adik.

"Apa? Jika tidak ada urusan, keluar dari sini. Aku sibuk."

Seokjin melihat keadaan kamar Yoongi, disana terdapat piano dan juga gitar yang masih menyala dengan kabel panjang tergeletak disana. Pasti adiknya sedang produktif sekarang.

"Hyung rindu kita makan bersama. Ayo kebawah untuk makan malam."

"Makan saja sendiri. Biasanya juga tidak pernah mengajakku makan."

Heaven (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang