Bab 2

30 13 3
                                        

Lelah, sungguh lelah jika dipikirkan memang. Tak berhenti sampai disitu. Lusa setelah viralnya masa lalu yang terkuak karena foto mereka bertiga di dunia maya, Adit malah datang ke kos Alesha beralasan minta maaf yang terselubung. Membuat seperti nyata komen netizen untuk Putri agar berhati-hati dengan Adit dan Alesha yang CLBK.

Karena semua teman kos yang terus memperhatikan, dan pastinya ingin menguping bagaimana kelanjutan kisah cinta segitiga menurut mereka, atau benarkah keduanya akan CLBK, begitu pikiran mereka saat ini. Membuat Alesha menggiring Adit untuk pulang.

“Aku ngantuk, dan ini sudah malam, kalau ibu kos tahu, aku bisa kena tegur.” Alesha mencari alasan pengusiran yang halus. “Aku akan menelefonmu nanti.” Alesha masuk ke kamar kos, meninggalkan Adit di luar, dengan orang-orang penghuni kos yang masih asyik menikmati pesona ketampanannya.

Berbaring di kasurnya, ketukan pintu dari luar terpaksa membangkitkan kembali tubuh Alesha yang sudah rileks di kasur dengan posisi nyaman. “Siapa sih, ganggu aja,” gerundelnya.
Alesha membuka pintu kamar kosnya.

“Lama banget sih Alesha buka pintunya, tangan saya sampai pegel nih,” protes ibu kos.

“Maaf bu, tadi saya sudah mau tidur. Ada apa ya, Bu?” Jangan-jangan aku kena teguran nih, gara-gara Adit. Batinnya.

“Gini, tadi Adit minta ijin ke ibu, dia akan mengajakmu keluar sebentar untuk bicara hal penting denganmu. Kali ini ibu ijinkan, tapi jangan lewat dari jam dua belas.” Padahal biasanya, ada tamu laki-laki saja jam sembilan belum pulang, wasalam. Apalgi mengajak anak kosnya pergi ke luar, wah bisa kena usir sekaligus denda.
Ada apa gerangan dengannya? Aku yakin ada yang tidak beres. Aku yakin ada udang dibalik bakwan. Alesha terus meracau bingung, dalam hatinya.

“Tidak usah bengong, ayo buruan susul dia. Dia sedang menunggu di luar gerbang,” perintah ibu Kos. “Kalau tidak mau, ibu denda ya.” Karena Alesha yang tak beranjak, membuatnya harus mengancam supaya lekas pergi.

“Hah, jangan Bu. Iya-iya jangan saya pergi sekarang Bu. Oh ya, jangan kunci gerbang ya Bu.” Alesha berlari kecil.

“Nih, bawa kunci gerbangnya.” Bu kos melempar kunci gerbang ke Alesha. “Saya tidak mau ambil risiko dengan tak mengunci gerbang.”

Setelah Alesha tak terlihat, ibu kos terlihat kegirangan. “Yes, akhirnya aku bisa endors seorang Adit, gratis lagi, dapat lima stori dalam satu minggu, dua postingan juga. Aku yakin usaha lumpiaku pasti akan semakin sukses, terima kasih Alesha. Bisa nih, buat dimaanfatin lagi,  He he....” Nah kan, ada udang di balik bakwan.

Alesha dan Adit berbicara di warung nasi goreng pinggir jalan.

“Aku senang, kamu mau menemuiku,” ucap Adit yang terus memandangi Alesha. Dia sudah lama menantikan momen ini, duduk berdua bersamanya.

“Langsung to the point aja deh, udah malam juga, aku ngantuk, besok harus bangun pagi.” Alesha terus berpaling menghindari tatapan Adit.

“Baiklah, aku gak bisa liat kamu terus-terusan begini, kata Putri, kau menolak semua pria yang mendekatimu. Kenapa? Apa itu karena Rangga?”

“Bukan urusanmu. Aku hanya sedang fokus ke karier dan kuliah. Kalau sudah, aku pulang.”

Alesha yang hendak berdiri ditahan oleh Adit. “Tunggu, aku belum selse.”

Alesha kembali duduk. “Apa lagi sih?”

“Aku tak akan berhenti atau menyerah, sebelum kamu menikah.” Ancaman Adit terdengar menakutkan di telinga Alesha.

“Kamu gila,” desis Alesha.

“Benar, aku gila karenamu.”

“Hentikan Adit, cobalah buka pintu hatimu untuk Putri. Dari dulu, dia tulus menyayangimu,” bujuk Alesha terdengar nada putus asa.

“Aku juga tulus menyayangimu, tapi kamu tak pernah membuka pintu hatimu untukku. Lalu apa bedanya aku dan kamu?”

“Dit, aku mohon!” Suara Alesha benar-benar terdengar sangat putus asa, tak tahu apa yang harus ia katakan lagi untuk membuat cowok di hadapannya menyerah. Semua yang ia katakan, selalu tak pernah berhasil, malah semakin menjadi-jadi.

“Aku juga mohon padamu, jangan suruh aku berhenti, kecuali kamu sudah tentukan siapa pilihanmu.” Adit hanya takut, Alesha masih menunggu rivalnya sejak SMA dulu, yaitu Rangga.

“Aku pasti akan tentukan pilihanku segera. Puas!”

“Aku harap kamu tidak sedang menunggunya. Itu hanya perbuatan konyol dan sia-sia.”

“Aku tau,” ucapnya lemas, menyadari ucapan Adit tak sepenuhnya salah.

Alesha dan Rangga memang tak menjalin hubungan kekasih. Namun, kedekatan mereka dulu sangat membuat Adit frustrasi. Rangga yang terang-terangan bilang ke Adit, bahwa ia menyukai Alesha membuatnya sangat membenci Rangga hingga sekarang. Dua orang ini jika bertemu pasti kayak anjing dan kucing, mungkin jika sekarang bertemu juga masih sama. Mereka rival abadi, bahkan musuh abadi.

Itulah alasan Alesha sejak itu tak mau melihat Adit atau menemuinya lagi, bahkan sampai meminta Putri untuk berjanji tidak akan pernah mempertemukan keduanya lagi.

“Aku mau kamu janji satu hal padaku Put, jika kau sedang bersamanya jangan berasamku, dan jika kau sedang bersamaku, jangan bersamanya. Kamu paham.”

“Iya aku paham Les, tapi kenapa? Apa kau sangat membencinya atau ada alasan lain?” Putri selama ini tahu, jika Adit menerima cintanya, tidak benar-benar tulus melainkan hanya untuk menggali info tentang Alesha.
Putri menyadari itu karena setiap kali mereka berkencan, bukannya bahas hubungan mereka berdua, Adit malah terus mencerca pertanyaan seputar sahabatnya Alesha. Apakah sudah punya pacar, atau dia sedang dekat dengan siapa, bagaimana keadaannya. Terdengar menyakitkan di hati Putri. Namun, mau tak mau, Putri menjawab jujur apa adanya.  Terkadang, malah Adit memintanya untuk mengajak Alesha ikut mereka. Sungguh membuat Putri semakin kesal, jika Adit terus memaksanya, padahal ia juga tahu, walau Putri yang ajak, tak mungkin akan berhasil.

“Sebenarnya, itu karena....” Alesha sangat sulit jujur ke Putri, dia takut akan menyakiti hatinya.

“Aku tahu Les. Karena Adit yang terus tak pernah menyerah mengejarmu, Kan? Aku tahu kok, Adit tak pernah mencintaiku, dia hanya mencintaimu selama ini bahkan hingga sekarang. Tapi, seperti dia, aku juga tak akan menyerah mendapatkan cintanya, jadi kamu tenang aja. Dengan aku bersamanya, kamu tak perlu khawatir, aku akan berusaha membuatnya berhenti dan menerima kenyataan.”

“Putri, maafkan aku.” Alesha terharu mendengarnya, bahkan Putri mengetahui segalanya tapi dia tak masalah dengan semua itu.

“Heh, sudahlah. Bukankah sejak awal memang begitu kan. Oh ya, Adit terus memintaku untuk menasihatimu, supaya tidak menunggu Rangga lagi. Kalau ini, aku sependapat dengannya, walau kalian tak bertemu dan terpisah jarak, tapi setidaknya kan bisa kasih kabar, sekarang jaman canggih, gak punya nomor bisa lewat sosmed, email. Pokoknya untuk jaman sekarang, jarak tak masalah, enggak ada alasan gak kasih kabar, kecuali dia memang sengaja atau memang sudah melupakanmu,” beber Putri.

“Iya aku tau. Tenang saja, aku tak menunggunya. Aku hanya sedang fokus ke karier dan kuliahku saja. Aku tak ada waktu memikirkan hal lain, apalagi menunggunya. Sampaikan padanya, untuk tidak khawatirkan soal itu.”

Ex (Tak Terbatas Waktu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang