Bab 5

20 10 6
                                    

Setelah beberapa hari bernostalgia lewat pesan WA dan sesekali juga mereka video call dan suara call. Rizky memberanikan diri mengajak bertemu, bertatap muka secara langsung dengan Alesha.
Mereka bertemu di sebuah kafe tidak jauh dari kantor di mana Alesha bekerja. Keduanya memesan menu yang sama. Mereka masih terlihat canggung, mungkin saking lamanya mereka tak berjumpa. Terakhir mereka bertemu sekitar, kurang lebih tujuh tahun yang lalu.
“Kamu sudah banyak berubah ya,” ucap Rizky.
“Hah, benarkah?”
“Iya, kamu makin cantik sekarang, makin manis. Bagaimana bisa, kamu masih jomblo?”
“Heh, gombal banget sih. Jomblo sama cantik itu gak ada hubungannya, itu sebuah pilihan aja.” Alesha memang memilih jomblo, paras cantiknya tak ada hubungannya, karena banyak pria yang mendekatinya, tapi ia memilih tetap jomblo.
“Apa alsannya?”
“Aku hanya ingin fokus ke karier dan kuliah, itu saja.” Jawaban andalan Alesha jika ditanya kenapa.
“Ooh gitu, jika aku berniat melanjutkan kisah kita dulu, gimana menurutmu?”
Alesha yang sedang mengunyah, tersedak mendengar lontaran kalimat dari Rizky.
“Kamu gak apa-apa?” Rizky terlihat panik.
“Enggak apa kok,” jawabnya dengan meneguk air putih untuk meredakan tersedaknya.
“Aku hanya becanda kok, maaf ya.”
Bagaimana hal seperti ini dibercandain. Alesha kesal dalam hatinya. “Iya, gak apa.”
“Alesha, itukah pilihanmu?” Seorang youtuber, tiba-tiba datang entah dari mana. Mengganggu nostalgia antara dua mantan kekasih.
Alesha menengok ke arah dimana suara berasal. “Adit, bagaimana kamu bisa di sini?”
“Jawab saja, inikah pria pilihanmu? Bukankah dia mantanmu, oh jadi selama ini kau menolakku karena dia?” Adit terlihat sangat kecewa dan sedih.
“Kalau iya kenapa? Apakah salah balikan dengan mantan?” Alesha harap Adit segera pergi setelah mendengar jawabannya, lalu setelahnya dia akan minta maaf pada Rizky atas jawaban ini.
“Alesha, aku yakin ini salah. Kamu sedang melakukan hal yang sama kan seperti dulu, saat kau pura-pura menerimaku hanya untuk memutuskan dia. Aku tak bisa kau bohongi seperti dia,” ucapnya dengan menuding Rizky.
“Maksudmu?” Rizky berdiri, meminta penjelasan Adit.
“Tanyakan saja padanya, aku dan kamu hanya permainannya, kita hanya bertukar peran saja sekarang. Setelah ini, dia pasti akan minta maaf padamu.” Adit pergi dengan perasaan marah dan kecewa yang sangat-sangat besar, hingga sebesar alam semesta.
“Apa kau bisa jelaskan apa maksudnya ini?”
“Aku minta maaf, maafkan aku. Aku gak bermaksud menjadikan kalian permainan. Sungguh, aku tak ada niatan seperti itu.” Ternyata benar apa dugaan Adit tadi.
“Iya, tapi apa yang terjadi sebenarnya, apa maksud perkataannya tadi?” Rizky mengerti, bahwa perkataannya tentang balikan dengannya, bukan sesuatu yang serius untuk Alesha.
Alesha menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Rizky, tentangnya yang dulu taruhan dengan Fira, kemudian egonya dulu yang masih sangat besar, belum bisa menerima kekalahannya, membuat Alesha terpaksa pura-pura menerima cinta Adit supaya Rizky pergi darinya. Dia juga bercerita, setelah putus dengannya, dia tak berpacaran dengan siapapun.
“Jadi dia benar?” Rizky mulai mengerti tentang bertukar peran yang dikatakan Adit.
Alesha menganggukkan kepala. “Maafkan aku, saat itu aku sangat menyesal, aku ingin menghubungimu lagi, tapi aku terlalu gengsi saat itu.”
“Aku juga, kalau aku tau, ini semua karena Fira, aku juga tak akan menemuinya. Harusnya aku sudah menduganya sejak awal, kenapa aku bodoh sekali,” maki Rizky pada dirinya.
“Jangan salahkan siapapun, ini semua sudah takdir. Oh ya, gimana kabar Fira sekarang?”
“Fira sekarang ikut suaminya di pulau Jambi. Dia sempat menyatakan cinta padaku sebelumnya, tapi sampai kapanpun, aku hanya menganggapnya adik gak lebih.”
Harusnya Alesha percaya padanya dulu, dan harusnya ia tak terpancing rasa cemburu Fira padanya, sehingga pura-pura menerima cinta Adit demi Rizky pergi. Namun yang lalu, harusnya bisa dijadikan pelajaran untuknya. Namun sepertinya tidak, karena ia tetap melakukan hal yang sama sekarang, berbuat sesuatu tanpa pikir panjang. Jika dahulu, Adit yang menjadi sangat berharap padanya, kini giliran Rizky yang berpikir punya harapan untuk kembali padanya.
“Oh gitu. Mm, maaf ya, harusnya aku tak mengatakan itu tadi. Kita baru saja bertemu, tapi malah gini.”
“Tidak apa, dia sekarang sangat terkenal, tapi tak ada yang berubah darinya termasuk dia masih mengejarmu hingga sekarang. Aku kira dia udah punya pacar, aku pernah liat di sosmednya. Kenapa dia masih mengharapkanmu? Dan apa alasanmu menolaknya, sepertinya aneh saja menolak cinta seorang Adit.” Rizky terus saja penasaran dengan wanita di depannya, kenapa dia unik, apa cenderung ke aneh apa membingungkan.
“Huh, intinya dari semua pertanyaanmu, aku hanya akan jawab, namanya perasaan sayang, cinta atau benci itu gak bisa dipaksa. Gitu aja sih.”
“Tunggu, aku baru inget, bukankah pacarnya, wanita yang bersamamu kemarin saat di pantai?”
“Iya, bisa kita berhenti membahasnya?” Alesha terlalu lelah mendengar namanya, apalagi membahas tentangnya.
Malam itu, menjadi awal kedekatan keduanya. Rizky menjadi sering mengajak Alesha bertemu hanya sekedar keluar, jalan, atau menonton film. Namun, tanpa mereka sadari ternyata Adit menyuruh orang untuk mengawasi mereka selama bertemu.
Adit mendatangi kantor di mana Alesha dan Putri bekerja. Menarik paksa Alesha keluar kantor di jam istirahat, disaksikan banyak orang kantor dan juga Putri yang agak bingung, lalu mengikuti langkah keduanya keluar.
“Kau benar-benar balikan dengannya?” Adit melempar foto-foto kebersamaannya dengan Rizky ke wajah Alesha.
Alesha begitu terkejut, lalu kesal, bingung dan campur aduk dengan tingkah youtuber. Kemudian memungut beberapa foto yang jatuh dan melihat foto apa yang membuat youtuber terlihat sangat marah padanya. Setelah melihat, wajah Alesha malah makin merah padam, rasa kecewa dan marah terlihat lebih besar dari saat Adit melemparinya foto.
Tanpa bicara, Alesha pergi begitu saja meninggalkannya dan meremas foto ditangannya dan melemparnya ke tong sampah depan pintu masuk kantor.
Adit yang belum puas, berlari mengejar Alesha lagi, bahkan Putri yang berdiri di depan pintu masuk memanggil namanya tapi tak dihiraukannya, ia tetap berlari masuk mengejar pujaan hatinya. “Les, les!” serunya berulang-ulang.
Alesha terus berlari, bagai dikejar-dikejar orang tak waras, ia menjadi sangat takut dan membuatnya terjatuh. “Aw, sial,” gerutunya.
“Kamu gak papa?” Adit ingin membantunya berdiri, tapi Alesha menghempas tangan Adit yang ingin menolongnya.
Alesha berdiri sendiri. “Apa tak cukup selama ini? Apa tak cukup Dit? Aku ingin menentukan pilihanku sendiri, dan aku ingin kamu berhenti disini. Cukup dan cukup, aku mohon.” Suara Alesha terdengar sangat-sangat putus asa.
“Aku yakin, kamu tahu alasannya kenapa aku begini? Pilihanmu? Apa kau hanya terus melakukan seperti ini, hal sama seperti dulu, hubungan palsu untuk membuat orang lain pergi? Harusnya kau yang berhenti, bukan aku.”
“Shit, kalau kau terus begini padaku, aku bingung kenapa kau masih bertahan dengan Putri. Kau tak kasihan padanya? Harusnya, kau putuskan saja dia.”
Pyar! Suara minuman terjatuh dari tangan Putri yang sedari tadi sudah berdiri di belakang Alesha, dan mendengar apa yang mereka bicarakan.
Alesha berbalik ke belakang, terlihat air di sudut mata Putri, Alesha tahu Putri tidak ada bedanya dengan Adit. Pantang menyerah mengejar cinta. “Put, maksudku bukan begitu.”
Plak! Tamparan keras mendarat di pipi kanan Alesha. “Bagaimana bisa kau menyuruhnya putus denganku.”
Putri memang tahu, Adit tak mencintainya, tapi untuk putus dengannya, ia sama sekali tak menginginkan hal itu. Karena yang terpenting baginya ialah, memilikinya, walau hanya jiwanya saja, dan yang terpenting adalah semua orang tahunya dia adalah pacarnya, dan Adit sangat menyayanginya.
Tetapi Adit tak terima dengan perlakuan Putri pada Alesha dan memarahinya. “Beraninya kau menamparnya!” tatap tajam Adit. “Kau tak apa-apa?” tanya Adit pada Alesha.
Tanpa menjawab Adit, Alesha berlari ke luar gedung menerobos kerumunan orang yang sedari tadi ternyata menonton drama cinta segitiganya. Semua orang menyorakinya negatif ada yang mengatainya teman makan teman, pepacor (Perebut Pacar Orang), dan lain sebagainya yang menganggapnya sebagai orang ketiga di hubungan Adit dan Putri.
Adit berusaha mengejar, namun ditahan paksa oleh Putri. “Hentikan Dit, semua orang melihat kita.”
Dengan sangat berat, Adit terpaksa menuruti Putri.

Ex (Tak Terbatas Waktu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang