Libur panjang kenaikan kelas, Alesha hanya menghabiskan waktunya di rumah dengan rebahan dan membantu ibunya di dapur, lebih tepatnya mengganggu atau membuat kacau masakan ibunya. Disuruh buat goreng ikan, gosong separuh badan ikan itu.
“Wuih, ikannya keliatannya enak nih, garing-garing kriuk.” Susanto, papa Alesha memuji ikan goreng yang tersaji di piring.
“Jangan lihat luarnya Pah, dibalik ikannya, pasti lebih sangat garing, garing banget-banget malah,” sindir mama menatap ke Alesha. “Iya, kan Les?”
Alesha tersenyum kuda.
“Iyakah, wah pinter sekali anak papah.” Dibaliklah ikan goreng itu yang kata mama, lebih garing. “Pinter bikin gosong ternyata.” Susanto terkekeh, menggelengkan kepala.
“Maap Pah, tadi kelamaan balik ikannya.”
Di suruh nambahin garam ke sayur sop, malah tiga sendok garam ia masukan begitu saja, alhasil ya lebih dari cukup rasa asin itu.
“Sayur sopnya gak mungkin gosong, kan?” Papa mengambil sayur sop menuangkan ke mangkuknya.
“Enggak lah, Pah. Masa sop gosong,” jawab Alesha begitu percaya diri.
Papa mulai mencicipi dengan sendok. “Wah, gak gosong sih, tapi berapa bungkus garam yang kau masukan Les?”
“Masa berapa bungkus, rang Cuma tiga sendok.”
Mama ikut mencicipi, tiga sendok. Padahal saja, ia tadi sudah memasukkan garam dua sendok. “Kamu bikin mama papa darah tinggi? Mama kan Cuma nyuruh tambahin garam jika belum asin, kenapa malah tiga sendok. Cicipin dulu, baru tambahin garam secukupnya.”
“Itu dia Mah, Alesha lupa gak nicip dulu.” Tersenyum kuda, bagai tanpa dosa sama sekali.
“Lah, ini tempe goreng kok malah gak ada rasa sekali?” kata papa, yang beralih ke tempe goreng di samping ikan gosong.
“Emang tempenya kamu goreng, tanpa direndam bumbu tadi?” Mama menatap Alesha lagi.
Alesha nyengir kuda lagi.
“Ya ampun.” Mama menabok jidat. “Kacau semua, ikan gosong, sayur rasa air laut, tempe juga hambar. Mulai besok, jangan main. Gunakan liburanmu untuk belajar masak, titik no debat.”
“Nah, papa setuju pakai banget itu, itu lebih berfaedah daripada keluyuran gak jelas.”
Pasrah, mana bisa kalau berdebat dengan mamanya. Orang yang tidak pernah mau kalah walau ia salah. “Iya, lagian main ke mana coba, dia aja sibuk sampai lupa aku,” batin Alesha.
Untung saja, mereka hanya bertiga sekarang. Jika ada kakak-kakaknya habislah dia jadi bahan olok-olokan semua kakaknya, apalagi kakak laki-lakinya Rafki, yang punya kesenangan sendiri jika meledeki Alesha, tak jarang kalau belum menangis, belum puas dia.
****
Lama-lama Alesha mulai bosan dengan kegiatan belajar masaknya setiap hari. Rizky juga jarang menelefonnya karena sedang sibuk mempersiapkan kuliahnya di Jogjakarta. Sesekali telefon, hanya bentar banget. Membuat semakin kesal saja, hati yang tengah rindu.
Merebahkan tubuhnya ke kasur, menatap ponsel, berharap yang dirindukan segera muncul di layar memanggilnya. “Sesibuk itukah kamu ki, sampai lupa aku.”
Malam hari, Rizky memang menelefonnya, tetapi hanya memberi kabar bahwa dia hari itu sibuk dan ponselnya mati, dia hanya bilang minta maaf untuk itu. Saat itu Alesha mengerti dan percaya, tapi yang buat dia kecewa adalah dia melupakan janjinya untuk menemuinya lagi.
Otak Rizky sekarang hanya fokus untuk pendidikan saja, itu juga karena tuntutan ibunya yang lumayan menguras tenaga dan pikirannya. Hingga berdampak pada dirinya yang menyampingkan hubungannya dengan Alesha. Belum lagi, dia punya sahabat sejak kecil bernama Fira, yang jauh lebih membuatnya stres dibanding ibunya.
Fira, gadis yang seusianya, ia adalah teman main Rizky dari usia kandungan. Ibu mereka hamil usia sama, dan melahirkan di hari yang sama juga. Keduanya bersahabat, dari usia TK hingga sekarang.
Fira mempunyai gejala disorder anxiety, yang disebabkan perceraian orang tuanya saat usianya menginjak SMP. Dia mulai sering cemas, ketakutan, panik. Ia pernah ingin menyakiti dirinya sendiri, untung Rizky datang dan menghentikannya.
Rasa trauma karena sering melihat kekerasan yang dilakukan ayahnya dulu, membuatnya sering mengurung diri di kamar, membuat ibunya sangat khawatir. Ia selalu mengandalkan Rizky, karena hanya Rizky yang mampu membujuknya.
Itulah sebab Rizky beberapa kali membatalkan janjinya dengan Alesha secara tiba-tiba. Ibu Yana, ibunya Fira menghubunginya tepat dihari saat Rizky tengah bersiap ingin pergi dengan Alesha. “Rizky, bantu tante, Fira mengunci pintu di kamar lagi. Tante takut,” ucapnya terisak.
Rizky datang, mengetuk pintu. “Fir, buka pintunya.”
Mendengar itu suara Rizky, Fira membukakan pintu. Memeluk Rizky, Fira terisak di pelukannya. “Jangan tinggalkan aku, aku gak mau sendiri. Aku gak mau kehilangan kamu.”
“Kamu ngomong apa sih? Siapa yang mau ninggalin kamu sih. Tenang Fir, aku di sini.” Rizky melepas lembut pelukan Fira. “Sudah, ayo ke bawah, kita makan, kebetulan aku lapar,” ajak Rizky mengalihkan ke hal lain.
Kejadian itu berulang setiap hari minggu, saat Rizky sudah ada janji dengan Alesha. Rupanya kali ini hanya trik Fira, supaya Rizky tak bertemu dengan kekasihnya. Dia memendam rasa sejak ia SMP, tapi ia malah mengetahui Rizky menyukai gadis lain. Ia pikir, Rizky menyukainya ternyata tidak. Itu yang membuatnya cukup terpukul dan sakit hati. Rizky tak boleh jadi milik orang lain, dia merasa lebih berhak atas Rizky karena ia lebih lama mengenalnya.
“Aku takan membiarkan kamu bertemu dengannya, aku akan membuat dia mengerti dan meninggalkanmu.” Fira seperti merencanakan sesuatu untuk membuat hancurnya hubungan Alesha dengan Rizky.
****
Saat Alesha menunggu kabar Rizky lewat ponselnya. Yang muncul setiap hari hanya Adit dan Rangga yang terus menanyakan sedang apa lewat pesan singkat. Terkadang juga menelefonnya. Adit sangat sering mengajaknya liburan, namun dengan halus Alesha selalu menolaknya. Terkadang juga dia meminta izin untuk main ke rumah Alesha, tapi Alesha selalu beralasan sedang tidak di rumah. “Maaf Kak, aku sedang di rumah Nenek.”
Berbeda, ketika Rangga yang menghubunginya. Dia menawarkan untuk membaca komik barunya. Kesuntukan di rumah bisa ia redapkan dengan membaca komik pikirnya. “Aku akan segera ke situ.” Bangkit dari kasurnya, langsung ke luar dengan pakaian seadanya. Ia memang suka sekali dengan kaos oblong oversize dan celana panjang trining olahraga.
Saat di perjalanan menuju rumah Rangga, ia terkejut dengan Rizky yang memboncengkan gadis lain di motornya. Rizky tak menyadari, jika Alesha melihatnya. Alesha yang masih belum yakin, mengurungkan ke rumah Rangga dan mengikutinya Rizky.
Terlihat Rizky berhenti di sebuah kafe, Alesha yakin itu motor Rizky, tapi ia berusaha menampik sebelum melihat rupa orang yang membawa motor itu benar-benar pacarnya. Dia semakin kecewa, saat Rizky membuka helmnya yang berarti, ia telah sia-sia sempat menampiknya tadi. “Jadi inikah urusan mendadakmu, dasar keterlaluan.” Ingin sekali ia melabraknya sekarang, namun rasa malu yang ditimbulkan akan jauh lebih besar daripada rasa marahnya sekarang.
Dia memutuskan turun dari motornya, sengaja lewat di depan Rizky. “Rizky, masih ingat aku?” sindirnya.
“Alesha, sedang apa kamu di sini?” Rizky begitu gugup dan panik.
“Mau makan, tapi dah males duluan. Siapa dia?”
“Aku bisa jelasin, jangan salah paham dulu.”
“Aku cuma nanya siapa dia.” Tatap tajam Alesha pada Rizky.
Belum sempat Rizky menjawab, Fira memperkanalkan diri. “Hai, aku Fira. Kamu pasti Alesha ya?”
“Dari mana kamu tahu?”
“Rizky manggil kamu dengan nama itu tadi,” jawab Fira dengan senyuman.
Ngapain dia senyum begitu, dasar sok manis. Maki Alesha dalam hatinya.
“Ya sudah selamat bersenang-senang, bye.” Alesha meninggalkan mereka menuju motornya.
Rizky hendak mengejar Alesha, namun ditahan oleh Fira. “Ayo, tadi katanya ajakin makan. Aku sangat lapar.”
Rizky ingin sekali mengejar Alesha, namun ia teringat perkataan ibu Yana tadi. “Ki, Fira belum makan apa-apa selama tiga hari, bantu tante Ki.”
Ibu Yana, dia juga hanya bisa mengandalkan Rizky untuk membantunya menjaga Fira. Namun Fira, sebenarnya hanya memanfaatkan rasa khawatir ibunya untuk melancarkan rencananya saja kali ini. Ia ingin Rizky khawatir padanya, datang dan menghiburnya seperti dulu. Tiga hari, ia pura-pura mengurung diri dan tidak makan. Padahal, jika ibunya berangkat kerja, ia ke luar kamar. Di kamarnya juga ia menyimpan camilan dan minuman yang ia sembunyikan di lemari kecil.
“Apah? Bahkan dia tak mengejarku. Sungguh keterlaluan!” Alesha begitu kesal. Ia melajukan motornya, berniat ke rumah Rangga tujuan awal ia pergi.Happy reading, no spaneng
Fb: desia
Ig: @de_siaq
![](https://img.wattpad.com/cover/281983724-288-k585673.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex (Tak Terbatas Waktu)
Teen FictionAlesha gadis sederhana, yang terlanjur menutup hatinya setelah gagal di masa lalunya. Dia tak mengizinkan laki-laki masuk ke hatinya, apalagi menerima cinta seorang laki-laki. Ini berawal saat SMA dulu, ia terpaksa menerima cinta Adit demi memutuska...