"Akh.." Ringis cowok itu memegangi keningnya yang terasa perih. Dia bangkit dari berbaring-nya lalu menatap sekitar ruangannya yang terasa asing baginya.
Tangan kanan-nya yang bebas, mencengkeram selimut seiring dengan kepalanya yang memberat, membuat dia pusing.
ceklek
Seorang pelayan perempuan muda masuk ke dalam kamar. Dia membawa nampan berisi handuk putih juga sebuah bathrobe putih. Perempuan muda lain ikut masuk dengan nampan yang berisikan espresso dan biscotti.
Dua perempuan muda itu berdiri di samping kasur dengan mata mereka yang fokus ke depan, tidak berkeliaran kemana-mana. Cowok di atas kasur itu meringis sambil menatap bingung keduanya.
"Kenapa kalian disini?" Dia bertanya dengan bahasa koreanya membuat dua perempuan itu panik karena tidak bisa menjawab. "Hei, aku―"
"Mereka pelayan anda," Lucire menjawab dengan bahasa Korea yang fasih. Dia masuk ke dalam ruangan, kemudian memposisikan diri hormat pada cowok di atas kasur itu. "Silahkan gunakan handuk dan bathrobe ini untuk anda mandi, setelah itu anda bisa sarapan di Sofawindow." Jelas Lucire dengan wajah datarnya.
Cowok di atas kasur itu menatap Lucire tidak paham. Lucire membuang nafas, "Sekarang anda ke kamar mandi, biar handuk dan bathrobe-nya mereka yang antarkan." Kata Lucire to the point.
"Siapa kamu menyuruh aku pergi ke kamar mandi?" Cowok itu bertanya, menatap Lucire kesal.
Lucire menahan rasa kesalnya. "Saya di suruh untuk memantau anda agar pergi ke kamar mandi setelah bangun lalu sarapan." Jawab Lucire. "Jadi bisakah anda ke kamar mandi sekarang?"
Cowok itu menggeleng tidak mau, membuat Lucire memejamkan mata menahan kesal.
"Bekerja samalah. Aku bisa mati kalau kau tidak pergi mandi sekarang." Ujar Lucire geram.
"Kau bercanda?" Balas cowok itu. "Kau tidak mungkin mati hanya karena aku tidak mau ke kamar mandi." Katanya yakin membuat Lucire menyeringai meremehkan.
Lucire menekan cip komunikasi di telinganya dengan satu tangan lain masuk ke saku. "Buongiorno signore, saya ingin memberi tau jika laki-laki yang anda bawa kemari tidak ingin melakukan apa yang ada suruh." Katanya dengan logat bahasa Italia membuat cowok di atas kasur itu mengernyit tidak paham.
"Hm, biar saya yang mengurusnya. Kau pergi ke Corfion menggantikan ku."
"Va bene." Lucire mematikan panggilan kemudian menyeringai sebelum pergi dari ruangan dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku.
Cowok di atas kasur itu menatap kesal lelaki berpakaian serba hitam yang baru saja keluar. Dia menatap dua perempuan muda yang masih setia berdiri, tak bergerak sedikitpun layaknya sebuah patung.
"Apa kalian tidak lelah berdiri?" Dia bertanya tidak enak. Lagi-lagi pertanyaannya tidak di jawab. Cowok itu membuang nafas, "Kalian ini kenapa sih? Bisu kah?"
"Jawab pertanyaannya." Suruh Haru berdiri di ambang pintu sedang bersender dengan suara beratnya juga kedua tangannya yang terlipat.
Dua perempuan muda itu merundukan kepala mereka dengan gemetar tubuh. Haru mendekat, berdiri di depan dua perempuan itu. Dia menekan cip di telinganya, "Bawa dua perempuan ini dan ganti mereka dengan yang fasih berbahasa Korea."
Sejumlah pria masuk ke dalam ruangan kemudian membawa dua perempuan muda itu keluar dari ruangan. Setelah kepergian mereka, dua perempuan muda lainnya masuk ke dalam dengan nampan yang sama dengan yang di bawakan tadi.
Cowok di atas kasur itu berkedip bingung. "Kau apakan dua perempuan tadi?"
"Aku jadikan sarapan hiu."
"Kau gila?!" Cowok itu berteriak tidak habis fikir.
Dua perempuan muda itu menggelek ludah mereka diam-diam mendengar bentakan cowok itu pada majikan mereka yang di kenal kejam dan tidak memiliki hati.
"Apa alasan kamu menjadikan mereka makanan hewan?! Mereka manusia! Kau―"
"Stt!!" Haru menutup mulut cowok itu dengan telapak tangannya. Kepalanya yang sejajar dengan cowok itu menatap mata lelaki di depannya dengan garis tajam. "Tidak usah banyak bicara, pergi ke kamar mandi sekarang dan sarapan dengan benar. Jika dalam 18 menit kau belum selesai mengerjakannya, aku akan menghukum-mu." Ancam Haru tajam sebelum menegakan kembali punggungnya kemudian pergi.
Ketika berdiri di samping pintu, Haru kembali membalikan badannya menatap cowok yang masih duduk di atas kasur itu. Dia menyeringai tipis melihatnya. "Kau tidak benar-benar ingin ku hukum bukan, Kim Doyoung?"
Entah alarm bahaya seperti apa yang membuat Doyoung langsung lari ke kamar mandi dengan dua perempuan tadi yang memberikannya handuk juga bathrobe.
Tatapan tajam itu terlalu menakutkan dan membuat Doyoung kembali trauma.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)
Fanfiction[turn] ―Haru de' ilario adalah Mafia berkelahiran Italia yang kabur ke Korea. Dalam pelariannya, Haru bertemu dengan Kim Doyoung, seorang pelajar SMA kelas 3 yang memicu keinginan Haru untuk mendapatkannya. Esok hari ketika pertemuan Haru dan Doyou...