Painting

2.1K 348 23
                                    

"Gagal, gagal, gagal!" Wanita itu berteriak sambil menggebrak kuat meja dengan pandangan tajam juga nafas memburu kesal. "Bagaimana bisa, lagi-lagi kau gagal A?"

RahaA merundukan kepalanya, "Maafkan saya."

"Cih!" Wanita itu berdiri dari kursinya dan membelakangi RahaA sambil berdesis marah. Kuku merahnya ia gunakan untuk mencabik kecil bibirnya, sembari mencari cara.

RahaA berdiri dari kursinya juga, menghampiri atasannya. "Mungkin, saatnya kita melakukannya."

Wanita itu berbalik badan, menatap RahaA dengan alis naik satu. "Kau yakin, ini waktu yang tepat?"

"Ya, saya yakin. Karena," RahaA menggantung ucapannya, sambil menyeringai tipis. "Karena kita, punya orang dalam."

Wanita itu mengerutkan kening tipis, "Siapa?"

***

"Selamat bekerja,"

Anna Loginova membalas jabatan tangan Lucire dengan wajah santainya. "Ya, saya senang bekerja dengan anda."

Lucire memberikan senyum biasa. "Saya harap anda sudah mempelajari seluruh hakikat yang bersangkutan dengan Tuan Ilario."

"Tentu,"

Lucire mengangguk. "Kalau gitu saya pamit,"

Pertemuan dua bawahan Ilario itu berakhir dengan saling bungkukan badan. Lucire masuk ke dalam mobil hitamnya untuk pergi mengurus Corfion kembali, sedangkan Anna masuk ke dalam tanah kediaman Ilario.

"Oh ini, rumah yang di rumorkan para penjahat." Gumam Anna dengan wajah datarnya, meneliti setiap bangunan. Design mewah, namun terlihat menyimpan banyak rahasia.

Bahkan Anna Loginova sadar jika ada lukisan yang di tutupi kain hitam. Tapi karena Anna bukan orang yang memikirkan rasa penasaran, dan lebih mementingkan pekerjaan, dia abai dan tidak perduli, bersikap biasa saja seolah tidak lihat.

"Seperti di cerita saja, orang kaya yang punya banyak misteri hidup," Anna terkekeh, "Klasik."

***
Haru keluar dari basement dengan tubuhnya yang basah oleh keringat. Bawahannya itu kembali menutup akses masuk, dan mengikuti Tuannya yang menenteng tas hitam di tangannya.

Langkah kaki Haru berhenti, matanya menatap El yang berdiri di depannya. Pria Ilario itu menatap datar wanita tua yang merawatnya itu. "Apa?"

"Anna. Dia sudah datang."

Haru hanya mengangguk. Kakinya kembali melangkah, namun tepat di sebelah El, wanita itu menahan bahu pria itu hingga pergerakannya berhenti.

"Crana. Sepertinya anak kecil itu sudah terlalu banyak mengetahui tentang-mu. Ku sarankan, kau cari tau identitas aslinya, siapa keluarganya dan latar belakangnya. Aku tak yakin, dia hanya gadis polos yang tak tau apa-apa. Crana bukan anak kecil biasa, dia adalah sesuatu."

Setelah berbisik, El pergi lebih dulu meninggalkan Tuannya yang tetap berdiri di tempatnya dengan tatapan kosong seolah mencermati ucapan El barusan.

"Sepertinya El ada benarnya. Di lihat dari kepribadiannya, anak kecil itu bukan anak kecil pada umumnya." Gumam Haru setuju, lalu menyeringai kecil. "Kau,"

"Ya Tuan."

"Cari tau seluruh data Crana Priana Nahana. Jangan sampai ada yang terlewat, dan pastikan kau berguna."

Bawahannya itu hanya membungkukan badan sebelum pergi melakukan tugas. Sedangkan Haru pergi, ke ruangannya.

***
Di dalam kamar, Doyoung yang sudah membaik baru saja selesai membersihkan tubuh. Matanya menatap ke arah Crana yang tertidur di atas ranjangnya. Lelaki Kim itu membuang nafasnya, sebelum kembali duduk di sisi ranjang.

Tangannya terulur, mengusap rambut Crana seperti seorang keluarga. Doyoung sudah paham dan mengerti bagaimana pola pikir Crana. Rumit memang, namun seiring dengan seringnya dia berbicara dengan Crana, satu yang Doyoung tau,

―Crana memiliki sifat yang sama dengan Haru.

Helaan nafas dia buang lewat bibirnya, lalu berdiri dari ranjang. Namun baru saja menumpu tubuh dengan kakinya, Doyoung merasakan sesuatu yang melintas di otaknya, sangat cepat.

Lukisan.

Buru-buru Doyoung menoleh ke atas ranjang, lalu mengernyit bingung saat tidak melihat lukisan abstrak yang ada di atas ranjang. Lelaki Kim itu memegangi sisi kepalanya, dengan pandangan terus menatap ke dinding di atas kasur.

Emas.

Doyoung bergerak mundur, perlahan kakinya berlari keluar dari kamar, turun dari atas tangga  kemudian pergi ke ruang televisi. Seketika itu, Doyoung hanya menatap kosong ke arah emas yang masih terpajang di meja mini.

Lelaki itu maju mendekati emas itu, lalu berdiri tepat di depannya. Tatapannya meneliti, sembari mencoba mengingat apapun yang terlintas di benaknya. Memori ketika dia kecil.

"Apa yang Ayah lakukan?"

"Doyoung?" Kaget Ayahnya, menoleh ke belakang, menatap putra kecilnya yang baru berumur 3 tahun.

Pria tua itu menggendong tubuh Anaknya, sembari tersenyum biasa. "Tidak ada yang Ayah lakukan."

"Emas...?"

Awalnya pria itu terkejut, namun senyuman simpul hanya dia berikan pada putranya. "Kau tau Nak, Ayahmu ini seorang pencuri dan kriminal."

Kepala Doyoung langsung menggeleng kuat. Dia hampir berteriak, saat sebuah tangan menepuk bahunya. Buru-buru dia menoleh ke belakang, dan mendapati perempuan di depannya.

"K-kau si―"

"Aku Anna, pengikut Ilario."

Doyoung agak ngelag, sampai kepala lelaki itu mengangguk mengerti. "Aku tidak tau dimana Haru, k-kau tanya saja dengan El, pelayan disini."

Anna mengangguk saja, lalu pergi dari hadapan Doyoung, menemui El. Namun ketika dia berdiri di belakang Doyoung, perempuan itu sebentar memperhatikan punggung Doyoung lalu beralih ke emas di atas meja kecil dekat televisi.

Anna sebenarnya tidak terlalu penasaran, tapi dia terlalu peka pada keadaan. Anna juga merasa, misteri yang di buat kedua pasangan di rumah ini itu, sangat menarik.

"Hei,"

Doyoung menoleh ke belakang, menatap Anna yang baru saja seperti memanggilnya.

"Ada yang ingin ku beri tau."

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang