Not human

3.6K 529 7
                                    

Doyoung duduk di kasurnya dengan kedua tangannya berada di atas paha. Bayang-bayang lima temannya yang tersiksa terus berputar di ingatannya. Doyoung tidak bisa bersikap biasa saja saat orang yang di kenalnya dalam keadaan terluka.

Doyoung menolehkan kepalanya ke arah jendela. Dia mendengar suara mobil. Doyoung berdiri, berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya melihat Haru keluar dari mobil.

Dia berlari keluar dari kamar, bahkan berlarian di tangga. Hingga dia sampai di pintu masuk Haru dengan nafas tersenggal.

Haru menekuk alisnya, "Sedang apa?"

Doyoung mengangkat tangannya ketika dia sedang membungkuk untuk bernafas. Kamar dan pintu masuk jauh sekali, dia seperti lomba maraton.

Haru menghela nafas kemudian memberikan Doyoung gelas minum yang seharusnya untuk dirinya. "Minum lalu katakan."

Doyoung mengambilnya kemudian meminum sampai air mengalir ke lehernya. Haru terkekeh dengan seringai-an. Tangannya mengambil gelas yang di teguk Doyoung dan memajukan wajahnya, menyerap air yang turun ke leher dengan lidahnya.

Doyoung membeku. Tangannya gemetar membuat Haru terkekeh lalu memejamkan mata.

"Jangan menggoda, Kim Doyoung." Bisik Haru sebelum kembali menegakan tubuhnya.

Doyoung membuang muka. "S-siapa yang menggodamu? Aku hanya minum." Balasnya jengkel. Dia kembali menatap Haru, "Bisa kita bicara sebentar. Empat mata, bukan enam." Doyoung memandang tajam Lucire yang berada di belakang Haru.

Pria Ilario itu mengusap kepala Doyoung. "Permintaan yang bagus." Haru menyeringai kecil sebelum melewati tubuh Doyoung yang terdiam di tempatnya.

Sedangkan Lucire hampir menertawakan Doyoung karena salah meminta sesuatu.

***

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Haru bertanya, duduk di sofa center, menatap Doyoung yang duduk di sofa sebelah kanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Haru bertanya, duduk di sofa center, menatap Doyoung yang duduk di sofa sebelah kanan.

Laki-laki manis itu tidak berbicara. Dia justru merundukan kepalanya, melihat jari-jarinya yang bergerak tak karuan.

Haru berdiri, dia menghampiri Doyoung, berdiri di depannya kemudian mengangkat dagu laki-laki itu.

"Kau bukan pelayan yang harus menunduk di depanku." Ucap Haru dengan suara rendah. Pria itu membungkuk, memajukan wajahnya. "Kau submissive ku, ingat itu." Bisiknya lalu kembali berdiri tegak.

Haru kembali duduk di sofa sambil meminum cangkirnya. "Sekarang katakan, sebelum aku yang memaksa kau bicara."

Doyoung menelan ludahnya. "S-soal kemarin siang, a-aku minta maaf karena membentakmu." Cicit Doyoung membasahi bibirnya. "Aku hanya tidak suka jika kau mengatakan tidak ada yang baik di dunia."

"Memang kan? Itu kenyataan." Ucap Haru santai.

Doyoung merenggut bibirnya kesal. "Dengarkan, jika tidak ada manusia yang baik, bagaimana dengan keluargamu? Paling tidak Ibumu yang berusaha melahirkanmu."

Haru terdiam cukup lama, sampai akhirnya kekehan sinis pria itu membuat Doyoung waspada.

"Iblis tidak lahir dari rahim. Iblis tidak di buat dengan tanah, tapi dari api." Kata Haru memainkan air di cangkirnya. "Dan aku adalah iblis yang tidak memiliki Ibu." Sambungnya membuat Doyoung membuang nafas.

"Kau manusia―"

"AKU BUKAN MANUSIA!" Marah Haru melempar cangkir di tangannya. Doyoung terkejut, dia mundur ketika Haru berjalan ke arahnya.

Pria itu menarik rambut Doyoung sampai cowok itu berdiri dengan ringisan sakit.

"Kau tau apa tentang aku?" Haru bertanya, semakin kuat mencengkeram rambut Doyoung. "Kau tidak tau apa-apa, berbeda denganku yang tau kehidupan menyedihkanmu."

Doyoung membuka satu matanya menatap Haru dengan ringisan hebat. "Lepas.."

"Manusia hanya berbicara seolah mereka tau dan paham masalah semua orang. Manusia suka merasa hebat, dan suka pencitraan dengan berpura-pura baik pada orang lain." Nafas Haru memburu kuat, memberikan rekaman masa lalu kelamnya lewat mata.

"Iblis dan manusia berbeda. Meskipun derajat manusia lebih di pandang tinggi oleh Tuhan, tapi iblis setidaknya tidak semunafik kalian, orang-orang yang menyembunyikan sisi buruk di balik topengnya."

Doyoung menangis merasakan rambutnya seperti akan di cabut pelan-pelan. Tangannya memegang tangan Haru, mencoba melepaskannya namun Haru justru semakin menguatkan tarikannya membuat Doyoung berteriak.

"Mintalah ampun karena berani menganggap seorang iblis adalah manusia." Suruh Haru tajam. Menatap manik berkaca di depannya.

"A-aku minta maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Maaf, maaf, maaf."

Cengkeramannya semakin lama semakin mengendor. Tangan Haru yang semula menarik rambut, sekarang menepuk rambut Doyoung membuat kepala cowok itu menunduk dengan takut.

"Jadilah penurut jika tidak ingin ku hukum." Lalu Haru menarik tubuh Doyoung masuk ke dalam pelukannya. Dia mengusap rambut belakang cowok itu. "Kau tau? Iblis tidak hanya menyakiti fisik, tapi jiwanya." Bisik Haru semakin membuat Doyoung ketakutan.

Haru melepas pelukannya kemudian mengusap air mata Doyoung dengan ibu jarinya lembut.

"Ada lagi yang ingin kau bicarakan?"

Doyoung langsung menggeleng kuat membuat Haru terkekeh. Tangan pria itu mengusap-usap rambut Doyoung dengan lembut.

"Lebih baik, jangan membuatku marah lagi. Kau tau bukan, ketika iblis marah mereka tidak akan segan membunuh siapapun meski itu tuan mereka sendiri. Kau paham?"

Doyoung mengangguk masih dengan kepalanya yang merunduk.

Haru tersenyum, "Sekarang pergi ke kamarmu."

Doyoung mengangguk lagi. Dia pergi keluar dengan bahu masih sesegukan.

Di luar, Lucire tersenyum melihat Doyoung keluar dengan mata sembab juga wajah ketakutan. Ekspresi wajah yang Lucire sudah duga sejak Doyoung meminta untuk berbicara empat mata dengan Tuannya.

"Manusia memang bisa menjadikan iblis peliharannya, tapi manusia tidak bisa menjinakkan iblis." Lucire terkekeh.

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang