Afraid

3.6K 539 22
                                    

Doyoung turun dari lantai atas, pergi ke ruang makan. Malam ini, dia memakai pakaian yang lagi-lagi oversize. Doyoung tidak paham, padahal bajunya baru semua, tapi kenapa tidak ada yang pas dengan ukurannya.

Ketika sampai di ruang makan, Doyoung memilih berdiri di tempatnya. Matanya memperhatikan Haru yang duduk di kursi utama, sedang meminum alkohol.

Mata sayu Haru menatap Doyoung yang berdiri di depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata sayu Haru menatap Doyoung yang berdiri di depan. Haru terkekeh kecil. Tangannya melambai, menyuruh lelaki manis itu untuk menghampirinya.

Mendapat kode, Doyoung berjalan menghampiri Haru. Dia tidak duduk di kursinya, melainkan tetap berdiri karena masih takut pada Haru.

Prang!

"Ku bilang duduk!" Marah Haru berdiri, menatap Doyoung tajam setelah melempar gelas kaca sembarang arah. Dia menarik tubuh Doyoung agar duduk di kursi sebelahnya.

Lucire yang lewat ruang makan dapur itu memperhatikan apa yang di lakukan Tuannya pada Doyoung.

"Minum, cepat!"

Tangan Doyoung gemetar mengambil botol kaca berisi alkohol di depannya. Haru menumpu sisi wajahnya dengan satu tangan, memperhatikan 'calon' submissive- nya memegang botol alkohol itu hendak meminumnya.

"Tuan Ilario!"

Lucire berlari masuk ke ruang makan. Dia mengambil botol alkohol itu kemudian membuangnya diam-diam. Lucire kembali menatap Haru, dan memberikan iPadnya.

"Perempuan yang baru anda bawa, melarikan diri."

Haru menatap Lucire bingung. Dia menolehkan kepalanya ke arah Doyoung dengan tatapan mabuk juga kekehan kecil. Tangan Haru mengusap rambut Doyoung lembut, "Bukankah dia ada di sebelahku?"

Lucire membuang nafas. "Tuan, saya mohon. Jika perempuan itu tidak segera di tangkap, lokasi kediaman anda bisa―"

"Kalau gitu kau yang cari!" Teriak Haru menggebrak meja. Dia menarik kerah baju Lucire, menatap tajam pria itu. "Tugas kamu disini sebagai rekan, harus ada gunanya jika tidak ingin pindah alam."

Doyoung gemetar di antara keduanya. Kedua tangannya mencengkeram kuat pahanya sambil merundukan kepalanya.

"Tapi Tuan, anda sendiri yang harus berbicara dengan perempuan itu." 

"TULI KAU HAH?!" Haru menjerat leher Lucire kencang. Manik gelapnya menatap tajam mata Lucire. "Jangan jadi tidak berguna, kau tau apa resikonya Lucire Alveano." Desis Haru mengancam.

Lucire kehabisan nafas. Tangannya terkepal di bawah seakan menguatkan diri. "S-saya buk-annya ing-ngin menj-jadi tidak berg-guna.. h-hanya saj-ja―"

Jeratan Haru semakin kencang membuat Lucire semakin kehilangan oksigen.

Sedangkan Doyoung hampir menangis. Dia semakin kuat mencengkeram celanannya. "T-tolong berhenti.." Cicit laki-laki itu memohon.

Haru abai, tetap mencekik leher Lucire.

Kini Doyoung menangis. Tangannya memegang tangan Haru, membuat pria itu menunduk ke bawah dengan matanya yang tajam.

Ketika melihat wajah Doyoung, amarah Haru perlahan menurun. Tangannya yang mencengkeram kuat leher Lucire semakin mengendor sampai lepas membuat Lucire langsung kembali bernafas.

Dua Ibu jari Haru mengusap mata Doyoung lembut. Dia mengusap rambut lelaki manis itu dengan senyumnya. "Pergi ke kamarmu, aku akan menemuimu disana."

Doyoung menelan ludahnya, tetap diam di tempatnya. Mata Doyoung melirik Lucire dengan tangannya yang masih mencengkeram celanannya.

Haru yang sadar, terkekeh kecil. Dia menodongkan wajahnya di telinga Doyoung. "Lucire tidak akan mati karna dia masih berguna." Bisik Haru lalu mencium sisi kiri leher Doyoung.

Laki-laki berdarah Korea itu mengangguk kaku. Dia berdiri, lalu berlari pergi ke kamarnya di lantai dua. Pelayan tua itu menatapnya dengan tatapan aneh sambil membersihkan debu di barang-barang yang terletak di meja.

Sementara Haru mengusak rambutnya sendiri mencoba menetralkan rasa pusingnya. Lucire menyodorkan pil obat pada Tuannya, yang langsung di terima Haru.

"Buka gerbang utama, tutup pintu belakang." Titah Haru melepas piyamanya, di gantikan dengan kemeja hitam transparan yang di berikan pelayan perempuan muda di sebelahnya.

Lucire mengangguk. Haru kemudian berjalan melewati tubuh Lucire dengan garis matanya yang kembali menajam juga auranya yang gelap.

Ketika pintu terbuka, Haru berdiri di ambang lantai rumah. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana sedangkan matanya melihat jauh seorang perempuan berdress putih yang terlihat ketakutan.

"Seret kemari."

Lucire yang baru datang mengangguk patuh. Pria itu berjalan keluar rumah, dan menghampiri perempuan itu yang menjerit ketika rambutnya di tarik sehingga tubuhnya terseret sampai di depan Haru de' ilario.

Lucire menjauh ketika Tuannya berdiri di depan perempuan itu yang kini mencium sepatunya sambil menangis meminta ampun.

"S-saya tidak bermaksud kabur. Saya mohon. Saya hanya takut dengan pria di kamar itu. Saya mohon, keluarkan pria itu di kamar saya. Sa-saya takut, dia mau menyentuh tubuhku. Saya mohon, ampuni saya." Pintanya menjerit pengampunan. Mencium sepatu pria di depannya beberapa kali.

Haru menatap perempuan itu dengan tatapannya yang datar.

"Kenapa? Kau bilang rela memberikan tubuhmu."

Perempuan itu terdiam dengan tubuhnya yang gemetar. Melihat itu, Haru menyeringai lalu berjongkok. Tangannya menarik kepala perempuan itu membuat si gadis menjerit sakit.

"Jawab, kenapa?"

"Maaf! Hiks, maaf.." mohon perempuan itu dengan matanya yang terpejam sakit. Ketika tarikan di rambutnya semakin kencang, perempuan itu kembali menjerit dengan lehernya yang semakin mendongak juga urat-uratnya terpajang jelas memanjang. "AMPUN!!!"

Haru terkekeh sinis. Dia melepas cengkeramannya kemudian berdiri. "Entra o muori?"

Perempuan itu mendongak sambil memejamkan mata. "Muori mio signore.." tangisnya mengepalkan tangan.

"Va bene, questo è il tuo desiderio."

Dor!
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!

Haru menembak kepala perempuan itu secara brutal menyebabkan darah muncrat ke baju juga bagian tubuhnya yang terbuka. Tatapan Haru tidak sekalipun merasa ragu, bahkan tangannya terus menembakan peluru pistol ke kepala perempuan itu hingga pecah tak terbentuk.

Di balik itu semua, Doyoung meringkuk di balik jendela sambil menutup telinganya. Dia memejamkan mata sambil menangis dalam diam dengan tubuh gemetar ketakutan.

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang