Pain

3K 451 22
                                    

Pria itu berjalan terseok ke arah gedung. Tubuhnya yang penuh luka, di paksakan agar berjalan. Hingga dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang di dominasi warna merah, dengan banyak lukisan-lukisan kuno abstrak di dindingnya.

Pria itu bersimpuh di depan seorang wanita muda yang sudah mencapai kepala 5 dengan parasnya yang seperti berusia 20 tahun.

"Jadi.. gagal?"

Pria itu mengangguk sambil meringis, memegangi tangannya yang gosong, memperlihatkan dagingnya yang menghitam terpanggang.

Wanita itu terkekeh sinis. "Tidak berguna."

"Maafkan saya."

"Kau ingin mati?" Wanita itu berdecih. "Sebaiknya.. jika tidak ingin mati, lakukan misi kali ini dengan benar."

Dia membungkukan kepalanya, "Saya bersumpah akan menjalankan misi kali ini, dengan baik dan benar."

"Jika tidak, kau siap ku penggal kepalanya?"

"Bahkan saya bersumpah akan memenggal kepala sendiri jika gagal." Ucap pria itu membuat wanita berkepala 5 itu terkekeh.

"RahaA," sebut wanita itu berdiri dari kursinya. Dia menghampiri pria di depannya yang bersimpuh. "Aku suka sumpah-mu."

***
Haru membuka pintu kamarnya, kemudian terpaku di ambang pintu begitu melihat submissive-nya dan Crana sedang tertidur nyenyak di atas ranjang.

Pria Ilario itu menggeleng kepalanya pelan. Dia kembali menutup pintu, dan memilih tidur di kamar lain. Kali ini saja, dia memberikan orang lain tidur dengan submissive-nya, lain kali Haru tidak akan membiarkannya.

Lucire melihat ke tangga dimana Tuannya kembali turun. "Anda.. tidak beristirahat Tuan?"

Haru hanya menggeleng sebagai balasan. Pria itu duduk di sofa, merebahkan punggungnya di sandaran sambil memejamkan mata.

"Lucire,"

"Iya Tuanku?"

"Bagaimana dengan ruangan itu? Sudah kau bersihkan?"

Lucire mengangguk. "Tidak ada satu pun jejak disana. Semua sudah bersih."

"Kemudian.. bagaimana dengan A? Apa mayatnya sudah hancur oleh bom?" Haru bertanya, kembali menegakan punggung. Manik hitamnya menatap Lucire.

"Besar kemungkinan A sudah tiada, bahkan mayatnya tidak tersisa." Jawab Lucire. "Tapi.. saya sedang meretas salah satu CCTV di halaman belakang. Saya punya firasat, jika A sempat kabur."

"Hm?" Haru mengangkat satu alisnya. "Jika pun dia sempat kabur, besar kemungkinan dia ikut terluka."

"Benar Tuan." Lucire setuju. "Karena itu, sekitar wilayah kemarin masih kami pertahankan dari polisi. Jika A sempat terkena ledakan, mungkin darahnya bisa kita gunakan sebagai petunjuk kemana dia pergi."

Haru mengangguk, kembali menyederkan punggungnya.

"Pastikan penghianat itu mati. Dia adalah jejak-ku, tidak ada yang boleh mengetahui keberadaan-ku."

Lucire membungkukan kepala. "Secepatnya, saya akan memberikan anda kabar kematian penghianat itu, Tuanku."

***
Doyoung mengernyitkan sekitaran matanya sebab terbangun dari tidurnya. Pelan-pelan, matanya terbuka, melihat sekeliling dengan pandangan sedikit buram. Doyoung menggelengkan kepalanya, lalu perlahan bangkit dari tidurannya.

Ketika duduk, Doyoung menolehkan kepalanya melihat sekeliling kamar. Lalu dia melihat ke arah samping dimana Crana masih terlelap.

"Apa Haru belum pulang?" Gumam Doyoung. Dia mengusap matanya dengan lengannya sendiri sembari menurunkan kakinya ke lantai. Lelaki manis itu berjalan, pergi keluar dari kamar.

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang