53cr3t

2.3K 382 60
                                    

gak sadar, sudah mencapai 50 bab dengan 13k pembaca dan 5k vote(◔‿◔) makasih ya untuk tidak bosan membaca chapter sebanyak ini(˘・_・˘)

Love you all❤️

























Doyoung berjalan tergesa-gesa keluar dari rumah, pergi ke area taman. Lama-kelamaan, Doyoung berlari cepat begitu melihat sesuatu berbentuk persegi panjang di taman.

"Saya melihat sesuatu di dekat taman arah selatan sebuah lukisan. Mungkin kau mencarinya."

Lelaki Kim itu mengatur pernafasannya sebelum akhirnya tangannya terulur, membuka kain yang menutupi lukisan itu. Hingga, Doyoung menatap dengan kernyitan tipis saat melihat lukisan di depannya.

Jika tidak salah, lukisan yang dia lihat ini namanya Interchange karya Willien De Kooning. Ya Doyoung tau karena beberapa kali dia membaca buku yang berserakan di kamar Haru, banyak sekali.

Jari-jarinya menyentuh lukisan itu, dengan pandangan menatap dalam. Sejenak yang Doyoung fikirkan hanya kedua orang tua Haru. Siapa Ayahnya, dan Ibunya? Pertanyaan itu mungkin tidak akan pernah Doyoung tau, tapi El pasti bisa menjadi jawabannya.

Doyoung memakaikan kembali kain di lukisan itu, lalu berlari terburu-buru masuk ke dalam rumah. Doyoung mencari El di dapur, di lantai atas, dan seluruh lantai bawah, tapi El tidak ada. Lelaki Kim itu membuang nafas kasar, gusar mencari El.

"Tuan."

Laki-laki itu tersentak saat seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke arah pelayan muda yang baru saja memanggil tadi. "Y-ya.. ada apa?"

"Tuan mencari apa?"

"El!" Seru Doyoung reflek menjawab. "Ma-maksudku, aku mencari Bibi El. Kau tau dimana dia?"

Pelayan muda itu mengangguk. "Bibi El ada di ruangan 53cr3t." Jawab perempuan itu berhasil membuat Doyoung mengernyitkan kening.

"A-apa tadi?"

"53cr3t."

Doyoung mengangguk dengan wajah tidak paham lalu pergi ke area lain. Sepertinya, ruangan itu dekat dengan perpustakaan mini. Kalau tidak salah.

Tapi benar, ada kamar dengan nama 53cr3t. Tangan Doyoung terulur, memegang handle kemudian menatap El yang sedang membelakanginya, tengah berberes ruangan.

"Tuan, sedang apa?" El bertanya, tetap fokus merapihkan barang.

"Aku.."

"Pergilah. Anda tidak boleh masuk kemari."

"Kenapa?" Doyoung bertanya, menguatkan cengkeramannya di handle pintu. "Kenapa aku tidak boleh masuk?"

"Karena ini kamar privasi Tuanku."

"Tuanmu itu dominan-ku, aku berhak tau apa yang ada di ruangan ini." Balas Doyoung berjalan masuk, mendekat El. Wanita tua itu menaruh buku di tangannya, lalu menatap Doyoung yang berdiri di depannya.

"Anda sudah berani ya?" El terkekeh. "Apa yang ingin anda tau tentang Ilario? Kehidupan lamanya? Atau seseorang yang pernah menjadi istri Tuan Ilario?"

"Istri?" Ulang Doyoung dengan kernyitan di dahinya. El hanya terkekeh sinis, sembari kembali membalikan tubuh, memunggungi Doyoung.

Tangan El sibuk membersihkan tumpukan buku di dalam dus. Doyoung yang penasaran tapi tidak mendapat jawaban El, langsung kesal dan marah.

"El, jawab aku, siapa istri Haru?"

"Aprodithe." El menjawab. "Istri Tuan Ilario yang mati mengenaskan di tangan suaminya sendiri. Perempuan menyedihkan yang memiliki kehidupan sebelas-duabelas denganmu, Kim Doyoung."

El kembali berdiri tegak, membalikan tubuhnya dengan kedua tangannya memegang sebuah sepatu yang masih menyangkut di kaki yang sudah terpotong terbelah di bagian lutut. Tubuh Doyoung menegang, melihat kaki di tangan El.

Kaki yang sama dengan yang ia lihat hari itu.

"K-kaki ini milik Aprodithe, istri Tuan Ilario. Tapi sayang dia mati karena rasa penasarannya tentang kehidupan Tuanku." El terkekeh sinis, melihat wajah pias Doyoung. "Kau tau apa yang Ilario lakukan untuk membunuh istrinya? Kepalanya di gantung di rantai, lalu kakinya di potong dengan gergaji. Kulitnya di belek bagaikan bulu domba, lalu di pajang beserta dengan kepalanya." El tertawa dengan mata menatap Doyoung tajam. "Kepala. Kulit. Dan sepatu merah yang kau lihat selama ini, adalah milik istri Ilario."

Kaki Doyoung mundur, namun El justru menahan bahunya. El menatap tajam dan dalam. Manik gelapnya menarik mata Doyoung untuk terpaku pada satu titik.

"Aku muak menyimpan ini, jadi akan ku beri tau padamu satu hal." El berdesis sambil menguatkan cengkeramannya di bahu Doyoung. "Tuanku itu hanya mencintai rasa sakit-mu, kau pasti sudah tau kan? Tapi, kau juga harus mengingat dan percaya, jika omongan iblis hanya tipu jenaka bagi mereka. Ucapan manis mereka hanya mainan sedangkan ucapan marah mereka adalah kematian."

Tangan El berpindah, memegangi dagu Doyoung, memencet leher lelaki itu dengan kukunya sampai Doyoung meringis saat kuku El menembus kulitnya.

"Tuanku pernah mengatakan padamu, bermain dengan iblis sama saja seperti kau melangkah di depan jurang, dan mundur di depan tajamnya pisau. Kau tau artinya?" El terkekeh sinis, dengan tatapan yang menusuk tajam. "Sekali kau bermain dengan iblis, tidak akan pernah ada jalan keluar selain kematian. Dan jika kau hanya diam, maka kau hanya terkurung tanpa bisa melakukan apapun."

Setelahnya, El pergi dari ruangan itu, meninggalkan Doyoung yang mematung dengan tatapan kosong.

"Kak Doyoung.."

Manik kosong Doyoung menoleh tanpa berkedip ke arah Crana yang berdiri di depan ruangan setelah tadi mengumpat untuk mengintip.

"Ada satu hal.. yang pingin Crana bilang.."

***
Lelaki itu berjalan terburu-buru dengan penuh hentakan. Manik cokelatnya tak lagi lembut dan sayu, justru terlihat tajam dan penuh kecewa di hiasi dengan bola mata memerah juga air mata menumpuk.

Rasa kecewa, juga amarah membuat Doyoung hilang akal.

Anna yang baru masuk ke dalam rumah Ilario itu menatap submissive Tuannya dengan membawa suatu barang yang mampu membuat Anna hanya terkekeh. Perempuan itu memasukan pistolnya ke selipan gespernya lalu berjalan mengikuti Doyoung.

Tidak sadar ada yang mengikutinya, Doyoung tetap berjalan menuju ke ruangan Haru. Membuka pintu hitam itu, lalu menatap dominannya yang duduk di kursi ekslusifnya.

Lirikan mata Haru menatap Doyoung yang berdiri di sebelah pintu. Awalnya Pria Ilario itu mengernyitkan kening bingung saat melihat raut yang di hiasi gelap. Tidak biasanya.

"Ada ap―"



DOR!



Pandangan Haru berubah kosong menatap ke arah submissive-nya yang menodongkan pistol yang baru saja dia tembakan ke arahnya. Dada kanan Pria Ilario itu basah berlumur-kan darah di kemeja putihnya.

Sedangkan tangan Doyoung gemetar, namun tatapannya tetap menunjukan ekspresi kecewa dan marah. Seakan suara yang dulu dia takutkan, tidak lagi dia perdulikan.

"Ap-apa.. yang kau lakukan?" Haru bertanya, tangannya terkepal kuat dengan pandangan menahan sakit juga amarah.

Doyoung tidak langsung menjawab. Lelaki itu menahan tangisannya yang ingin meledak dengan menggigit bibirnya sendiri. Tangannya terus gemetar, saat dia sendiri yang membuat suara yang dia takuti.

Juga, tangannya sendiri yang membuatnya melihat darah.

"Apa yang kau lakukan?!" Haru bertanya marah, dengan suara membentak. "Kim Doy―"

DOR!

Anna menembak punggung Doyoung membuat lelaki Kim itu jatuh dengan lututnya yang bertubrukan dengan lantai. Pistol di tangan Doyoung jatuh, dengan lelaki itu yang merundukan kepala merasakan sakit di punggungnya.

Sedangkan Haru menatap Anna marah, dan langsung mengambil pistol di laci, mengarahkannya ke Anna namun tidak langsung dia tembakan karena ucapan Doyoung membuat dirinya membeku.

"K-kau m-mbunuh.. ayah-ku.. Ilario.."

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang