11 tahun berlalu setelah tragedi itu terjadi. Kini, Lucire sudah remaja berumur 16 tahun dengan Haru yang beranjak umur 11 tahun.
El menyiapkan makan di atas meja, yang sudah di duduki Lucire dan Haru. Meskipun iblis tidak makan, El tetap memberikan asupan makanan manusia untuk kedua putra dari Tuannya itu.
"Kamu makan yang banyak, jangan lupa setelah ini berburu hewan lagi." Ucap El mengusap rambut Haru yang sibuk makan.
"Iya." Kemudian Haru berhenti makan, dengan kepalanya mendongak ke arah El. "Kapan aku bisa membunuh manusia?"
El tertawa. "Bukankah Haru sudah pernah membunuh manusia?"
"Tapi El bilang yang kulakukan itu salah. Aku ingin membunuh mereka dengan baik supaya El bangga."
Lucire yang mendengarnya membuang nafas. "Haru."
Atensi Haru teralih ke Kakaknya, menatap dingin dan datar.
"Belum saatnya kau membunuh manusia. Kau masih kecil, dan dosamu masih di tanggung Ayah Bunda. Kau ingin mereka masuk ke Neraka?" Tanya Lucire tajam, bermaksud menakuti adiknya.
Namun reaksi dan respon Haru, tidak sesuai ekspektasi Lucire.
"Kau tau Kak? Aku tidak punya Ayah apalagi Bunda. Aku hanya punya El. Selama ini, aku besar karena El. Aku hidup karena El. Dan aku kuat karena El." Ucap Haru membuat Lucire mengepalkan tangan diam-diam. "Lagipula, tanpa aku berbuat dosa pun, Ayah dan Bunda Kakak sudah berdosa."
"Haru!"
Tatapan tajam serta bentakan Lucire tidak berpengaruh pada Haru. Si adik justru mengindik bahu tidak perduli, dan memilih turun dari kursi.
"Aku pergi dulu El."
El tersenyum, "Baiklah. Jangan lupa, kantung darahnya."
Haru mengangguk sekali, sebelum membuka pintu kayu dan keluar dari rumah itu dengan pakaian tebal karena saat ini salju di Italia. Sedangkan Lucire ikut turun dari kursi, memakai pakaian tebalnya dan berniat keluar dari pintu, namun El mencegah bahunya.
"Biarkan Haru pergi sendiri."
"El! Kau gila?!" Sentak Lucire marah. "Bagaimana Haru bisa sendirian di luar?!"
El membuang nafas. Membawa kedua bahu Lucire ke depan tubuhnya. "Dengar ini Lucire, apapun yang aku katakan pada Haru, itu adalah fakta. Iblis bukan manusia yang butuh pertolongan. Iblis mandiri, ingat itu."
Kedua tangan Lucire terkepal kuat. "Adik-ku, bukan iblis sepertimu El."
El hanya tertawa tidak perduli. "Ya, kau bisa mengatakan itu karena kau sudah mendapat kasih sayang manusia selama 5 tahun. Tapi tidak dengan adikmu, dia tidak pernah sehari pun mendapat sentuhan hangat manusia. Kau dan Haru berbeda. Jika kau bersikap manusia seperti ini terus, lebih baik keluar dari rumahku."
"Baik. Aku akan pergi bersama Haru."
El terkekeh sinis, "Silahkan. Kita lihat, siapa yang akan di pilih anak itu." Setelahnya El pergi, meninggalkan Lucire yang mengepalkan kedua tangan marah.
El benar-benar iblis.
***
Malam hari, Haru pulang dalam keadaan tubuh penuh darah. Bahkan bulu di jaket bagian kerahnya ikut terciprat darah, membuktikan sebrutal apa Haru menyiksa hewan itu.El mendatanginya dengan senyum. Tangan Haru terulur, memberikan kantung darah, yang langsung El terima.
"Ini darah rusa."
"Rusa?" Ulang El terkejut.
Kepala Haru mengangguk sambil kedua tangannya melepaskan sepatu putihnya yang penuh darah. "Ada pemburu di hutan tadi. Dia menembak rusa, yang tepat di dekatku. Karena rusa itu tidak mati, aku yang membunuhnya." Cerita Haru selesai melepas sepatunya.
El mengangguk dengan senyum bangga terlihat licik. Dia mendekat, lalu mengelus rambut Haru.
"Ke kamar setelah mandi. El sudah siapkan film yang seru."
"El, boleh aku tidak mandi? Dingin."
"Haru ingin badannya penuh darah?"
"Tidak masalah." Balas Haru membuat El tertawa. Kepala El mengangguk, membuat Haru tersenyum kecil lalu pergi dari hadapan El, pergi ke kamarnya.
Di dalam kamar, Haru langsung menidurkan diri di atas ranjang. Matanya menatap layar televisi yang benar-benar menunjukan film bagus baginya. Matanya terlihat antusias melihat dokter pembunuh itu yang menyiksa korbannya agar tidak cepat mati.
"El pasti suka jika aku menyiksa manusia seperti dokter itu." Gumam Haru kagum.
krieet.
Lucire masuk ke dalam, kembali menutup pintu. Kakinya bergerak mendekati ranjang. Menatap adiknya yang itu yang fokus melihat ke arah televisi.
"Haru."
Adiknya tidak menjawab.
"Haru."
Tidak menjawab lagi.
"Haru de'!"
Hachi!
Haru mengusap hidungnya yang memerah, sambil membuang muka. Tangannya terus sibuk menutup hidungnya agar tidak bersin kembali.
Lucire mendekat, menarik lengan Haru sampai tubuh adiknya itu menatap ke arahnya. Lucire menghela nafas begitu melihat adiknya sakit.
"Kau pantas sakit. Tidak usah menyembunyikannya."
"Tapi El bilang iblis tidak sakit."
Lucire menatap sinis adiknya itu membuat Haru semakin menekuk mukanya kesal.
"Seterah kau mau mengatakan dirimu manusia atau iblis. Aku tidak perduli." Ujar Lucire mengusap bekas bersin adiknya di hidung. "Aku akan pergi malam ini."
Haru langsung menatap Kakaknya itu. Meski datar tanpa ekspresi, tapi dalam hati, Haru ingin menunjukan ekspresi tidak ingin di tinggal. Hanya saja, Haru tidak tau bagaimana caranya.
"Oh, yasudah. Pergi saja, aku juga tidak perduli." Balas Haru melepaskan tangan Lucire. "Keluar sana." Usir-nya sambil menidurkan diri di atas kasur, memejamkan mata.
Lucire membuang nafas berat sebelum berdiri, dan melangkah pergi keluar kamar.
"Tunggu."
Genggaman Lucire di handle terhenti.
Mata Haru terbuka satu, melirik Lucire dengan mata memerah. "Katakan padaku, kau ingin pergi kemana."
Lucire terkekeh, "Kau tau, aku akan jadi gelandangan."
Kening Haru mengernyit, menatap Kakaknya tidak mengerti. "Kau akan menyesal jika pergi." Ucap Haru tajam, tapi hampir terdengar bergetar.
"Tidak akan."
"Aku serius, kau akan menyesal karena meninggalkanku."
Lucire berbalik badan, menatap adiknya yang menangis dengan muka marah. Lucire hanya menatap datar, dengan kekehan sinis.
"Jika pun aku menyesal, kau juga harus menyesal."
Setelah itu, Lucire pergi dari kamar Haru membuat anak lelaki itu buru-buru turun dari ranjang, berlari membuka pintu namun pintunya terkunci. Beberapa kali dia menggedor pintunya, sambil berteriak menyerukan nama Kakaknya.
Sedangkan El yang sudah mengkunci pintu kamar Haru, menatap Lucire datar.
"Selamat merantau mencari orang tuamu, Lucire de'. Ah ralat, only Lucire not Lucire de'."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)
Fanfiction[turn] ―Haru de' ilario adalah Mafia berkelahiran Italia yang kabur ke Korea. Dalam pelariannya, Haru bertemu dengan Kim Doyoung, seorang pelajar SMA kelas 3 yang memicu keinginan Haru untuk mendapatkannya. Esok hari ketika pertemuan Haru dan Doyou...