Submissive

4.5K 626 32
                                    

Haru keluar dari mobilnya kemudian langsung naik ke tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haru keluar dari mobilnya kemudian langsung naik ke tangga. Ketika masuk ke dalam rumah, Haru melonggarkan dasi hitamnya kemudian memberikan jasnya yang langsung di terima hormat oleh pelayan perempuan muda itu.

Lucire membungkukan badan hormat dan mengambil cash box di tangan Haru. "Apa saya perlu mengerjakan urusan disana?" Lucire bertanya, menatap tuannya yang duduk di sofa sambil meminum secangkir kopi.

Pria Ilario itu melirik Lucire sambil menyesap kopinya. Dia menaruh cangkir itu di meja, "Tidak perlu." Jawab Haru membuat Lucire menganggukan kepalanya. "Bagaimana dengan Kim Doyoung?"

Lucire menelan ludahnya. Dia  membuang nafas terlebih dahulu, "Dia pingsan karena saya memberi tau identitas anda."

Haru menatap tajam Lucire meminta penjelasan lebih.

"Saya hanya ingin Kim Doyoung bisa menurut pada anda. Saya fikir, jika dia tau anda seorang Mafia yang kejam, dia akan menurut pada anda, dengan kata lain, anda bisa menjadikan dia submissive anda." Jelas Lucire.

Haru berdiri, dia pergi naik ke lantai dua bersama Lucire yang mengikutinya dari belakang. Haru masuk ke dalam kamar, dan memperhatikan Doyoung yang terbaring di kasur dengan mata terpejam juga selimut yang menutupi tubuhnya sebatas dada.

Haru menghampiri Doyoung, duduk di sisi ranjang. Tangannya mengelus rambut berantakan di kening basah cowok manis itu.

"Sejak kapan dia pingsan?" Haru bertanya, tetap menatap Doyoung dengan tangannya yang kini membenarkan kerah piyama Doyoung.

"Siang tadi." Lucire meringis.

Mata tajam Haru menatap dada Doyoung. Tangannya membuka kancing pertama piyama sehingga memperlihatkan dada cowok manis itu.

"Bekas luka apa ini?" Haru bertanya, memegangi garis luka itu yang terlihat dalam dan panjang.

"Saya mendapat informasi jika dia mendapat luka itu sejak 2 tahun lalu, tepatnya ketika dia kelas 1 SMA." Jawab Lucire. "Kejadiannya di sekolah, bekas lukanya berbentuk diagonal, saya bisa mendapat jawaban jika itu bekas perundungan."

Haru menatap bekas luka itu. Mengusapnya dengan jari telunjuk, dengan matanya yang kosong namun terlihat menaruh dendam.

"Kim Doyoung," Sebut Haru dengan nada rendah. "Kau tau? Semua yang menjadi milikku tidak akan pernah ku biarkan tergores." Haru kini mengusap kening Doyoung dan memperlihatkan luka garis panjang. "Siapapun atau apapun yang menggores milikku, akan langsung hilang dari muka bumi ini."

Haru memajukan wajahnya. Pria itu menghirup leher beraroma Doyoung dengan mata terpejam menikmati. Tangan bebasnya memeluk sebagian leher Doyoung hingga tangannya kini mengusap rambut cowok manis itu.

"Terlebih kau, submissive ku."

***

Tirai besar berwarna gelap itu tidak memberikan sinar matahari masuk ke dalam kamar. Gelap dan sunyi, hanya terdengar dentang jarum jam juga detak jantung cowok itu yang terbaring gelisah dengan mata terpejamnya.

"Sialan, mati saja kau!"

"Tidak tau diri!!"

"Kau fikir, kau berhak mendapat kebahagian?"

"Sadarlah Kim Doyoung, kau terlahir hanya sebagai contoh yang Tuhan buat agar manusia sadar jika kehidupan mereka lebih baik darimu."

"Menyedihkan. Bahkan aku tidak bisa membedakan sampah denganmu."

Doyoung terbangun langsung ke posisi duduk. Pelipisnya basah juga keringat bercucuran dari kening hingga lehernya.

Setetes air mata jatuh, Doyoung langsung merundukan kepalanya dengan rintihan sesak juga air matanya yang semakin deras berjatuhan membasahi selimut.

"Manusia memang terbuat dari tanah, tapi mereka terlahir dari Ibu mereka. Bagaimana denganmu, kau tidak mungkin lahir dari rahim Ibu bukan?"

Tangannya terkepal kuat lalu memukul kasur dengan kepalanya yang tetap di umpatkan. Setiap cacian yang melintas di benaknya membuat dia sakit dan tanpa sadar menangisi sesuatu yang seharusnya tidak dia tangisi.

"Kau marah dan benci mereka? Kau ingin balas dendam?" Haru bertanya, berdiri di sebelah pintu dengan kedua tangan terlipat.

Doyoung mengangkat kepalanya, menatap sayu Haru disana. Pria berpiyama hitam itu menghampiri Doyoung dan duduk di sisi ranjang. Tangan bebasnya mengusap lembut mata Doyoung dengan ibu jari.

"Katakan jika kau ingin balas dendam seperti apa? Di bakar? Di mutilasi? Atau penyiksaan yang sama dengan yang mereka lakukan padamu?"

Doyoung sesegukan, "Apa maksudmu?" Tanya Doyoung menatap Haru tidak paham.

Senyum Haru terukir tipis. Jari-jarinya mengelus belakang telinga Doyoung, memainkan helai rambut disana. "Kau tau? Manusia sampah yang mengatakan mereka hidup lebih baik daripadamu, tidak lebih hanya seonggok benalu yang harus di bumi hanguskan." Haru tersenyum miring. Manik gelapnya menatap mata cokelat kalbu Doyoung.

Tangan Doyoung meremas selimut dengan kuat. Matanya tidak bisa lepas dari tatapan Haru seolah terkunci dalam kegelapan yang panjang. Dia seperti jatuh dalam lubang yang di gali dirinya sendiri.

"Jadilah submissive ku. Dengan begitu, balas dendamu akan terjadi sesuai keinginanmu, manisku." Bisik Haru mencium aroma leher Doyoung. Dia tersenyum kemudian menjauhkan kepalanya dan berdiri, pergi dari kamar.

Meninggalkan Doyoung yang terpaku diam seolah tersihir oleh perkataan Haru yang terdengar seperti iblis yang menghasut dirinya agar ikut terjerumus.

[✓] THE DEVIL MAFIA (DE' ILARIO SEASON 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang