Chapter 2

297 33 1
                                    

Pagi ini riku terbangun karena merasa surainya di acak-acak. Sambil mengerang, dia mencoba membenamkan wajahnya ke dalam bantal dalam upaya yang sia-sia untuk memaksakan dirinya kembali tidur.

Tapi sebuah tawa lembut terdengar di dekatnya, sangat mirip dengan suara tawa kakaknya tenn yang mungkin sekarang sedang berbelanja kebutuhan untuk mendepak riku ke alam baka.

Tunggu sebentar.... Dia sedang tidak sendirian di kamarnya?
Riku segera membuka matanya dan langsung bertemu dengan pemandangan yang dapat membuat napasnya terhenti.

Entah ini merupakan salah satu imajinasi riku yang selama ini selalu ia inginkan setiap pagi hari menyambutnya?ataukah ini kenyataan? Riku tidak terlalu ingin memikirkannya untuk saat ini, ia malah menikmati saat jemari mungil tenn menyisir surai crimsonnya sambil sesekali tawa lembut itu kembali mengalun dari bibir tenn.

"Hm? Pagi riku"

Wow..... Dan imajinasinya terdengar sangat nyata sekarang. Tenn kembali tertawa memaklumi saat menyadari raut wajah adiknya yang sempat beranggapan kalau dia itu mungkin hanyalah sebuah khayalan atau apapun itu di dalam pikiran riku, karena semenjak kematian kedua orang tua mereka. Hubungan keduanya mulai retak, meskipun demikian. Riku tetap menjalankan kewajiban kedua orang tuanya untuk selalu menjaga dan melindungi keluarga nanase dari bermacam-macam pihak termasuk interpol.

Tapi bukan itu fokus riku sekarang, dengan sangat sigap bak hendak menangkap buruannya. Riku dengan sangat cepat bahkan tanpa di sadari oleh tenn, sebuah pelatuk revolver kaliber .38 yang berisi timah sudah bertengger lurus di keningnya.
"Siapa kau? Tenn-nii yang ku kenal selalu membawa CZ 75 atau setidaknya sebuah pisau dapur setiap kali berada di samping ku," tanya riku dengan tatapan penuh selidik, bahkan sekarang pelatuk itu sudah mulai menekan tengkorak tenn dengan semakin keras. Tenn yang tidak sempat menarik pisau dapur yang sudah ia siapkan di samping vas bunga anyelir hanya bisa meringis kecil.

Tenn terlihat menghela napasnya sejenak sebelum tangannya terulur ke depan. Gerakan ingin memeluk leher, "Turunkan senjata mu riku," ujar tenn dengan nada sedikit berbisik di telinga riku.

Kali ini riku yang terdiam, riku bisa merasakan ada sesuatu yang menekan kepala belakangnya, sepertinya itu CZ 75 yang barusan ia bahas.

Tenn ternyata sama sekali tidak berubah, kakaknya yang cantik masih tetap iblis yang haus darah. Bahkan dengan perlakuan manis yang sempat di terima oleh riku sesaat sebelum ia terbangun tadi.

Yah, tentu saja. Karena iblis buruk rupa yang berada di luar sana tidak akan bisa menandingi iblis cantik yang juga merangkap sebagai kakaknya ini. Dengan berat hati riku meletakkan revolvernya setelah menyadari kalau orang yang berada di hadapannya itu masihlah sang iblis cantik dari keluarga nanase.

Riku memutuskan bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk mengagumi seluruh lekuk tubuh tenn, bahkan paras wajahnya hari ini terlihat sangat segar. Di padukan dengan fashion sederhana sebuah kaos putih berlengan pendek serta celana jeans hitam yang membalut kakinya dan rantai bermanik bulan sabit yang berada di ikat pinggangnya. Tapi sekali lagi isi pikiran riku kembali teralihkan dengan aroma parfum yang tercium dari tubuh tenn.

Aroma parfum yang sama dengan milik ibu mereka.....

"parfum bunga teratai" gumam riku sebentar sebelum dengan kasarnya ia menarik tenn langsung kedalam dekapan hangatnya dan sedikit mengeram saat berusaha menghirup aroma favorit ibu mereka.

"Hei!" protes tenn yang kepalanya sempat berbenturan dengan dada bidang riku, CZ 75 yang masih di pegang oleh tenn sempat hampir jatuh. Beruntung, riku sempat menekannya sebelum keduanya mati sambil berpelukan.

Riku tidak mempedulikan protesan dari tenn, dia tetap berusaha memenuhi indra penciumannya dengan aroma yang sangat ia rindukan. Riku sangat tahu kalau tenn pasti memiliki niat terselubung sampai secara terang-terangan mendekati riku pagi ini, tapi ya sudahlah setidaknya tenn mau menerima permintaan riku untuk menggunakan parfum bunga teratai semenjak dirinya membunuh kedua orang tuanya malam itu.

No ExitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang