Nanase Riku heran kenapa setiap kali ia pulang ke mansion utama, Tenn selalu bad mood. Marah-marah tak jelas sampai berakhir ia diusir tidur disofa. Pernah sekali ia pada kekasih hatinya dan setelah itu ia berjanji tidak akan protes lagi jika mengingat perutnya yang kram seharian setelah ditonjok bak seorang binaraga profesional oleh Tenn.
Tapi Riku tidak tahan lagi, disuruh tidur disofa tak apa, dihajar meskipun sakitnya minta ampun juga tak apa, asalkan Tenn-nya masih mau memberikan jatah 'Iya-Iya' dan memasakkan makanan untuknya setelah pulang bekerja. Tapi sudah satu minggu Tenn hanya berdiam di mansion utama Nanase sembari mengurus Terra kecil yang baru berusia lima bulan. Ketika Riku pulang, ia tidak disambut oleh suara lembut dan pelukan, Tenn bahkan lebih memilih untuk berbicara dengan Terra daripada Riku sewaktu ditanya mana sambutannya. Tidak hanya sampai disitu saja kekejaman kekasih hatinya, makanan pengisi perut pun tidak disiapkan malah para pelayan yang disuruh menyiapkan makanan untuk Riku, bahkan Tenn tidak ingin dipeluk atau dicium. Ada apa gerangan dengan istrinya?
Riku tidak mau berpikir yang tidak-tidak. Ia tidak ingin malah berpikiran buruk jika cinta Tenn pada Terra anak mereka yang akan mewarisi sejuta kekejian kedua orang tuanya saat dewasa kelak terlalu besar dan berniat mencampakan Riku, dan jika hal itu benar-benar terjadi Riku sekalipun tidak tega membunuh Terra meski dirinya mendapat julukan 'Pembunuh Berdarah Dingin' dikalangan dunia bawah. Demi Tuhan, Terra masih berusia lima bulan dan belum terkontaminasi oleh kejamnya dunia orang tuanya.
"Sebenarnya kau ini kenapa?" tanya Riku diminggu pagi yang cerah sewaktu ia baru saja tiba di mansion utama.
Tenn masih diam sambil memindahkan siaran televisi.
"Kau tidak menjawabku? Kau kenapa sih sebenarnya?" tanya Riku sedikit emosi.
Tenn masih saja diam meski tahu kalau pria yang telah menjadi suami sahnya hampir lima purnama itu kini sumbu kesabarannya menipis.
"Tenn-nii." geramnya.
Tenn masih terdiam, tidak ada tanda-tanda untuk membalas ucapan Riku. Beruntung posisi Tenn sewaktu Riku menemukan dirinya adalah kamar mereka berdua, seandainya di kamar Terra mungkin Tenn akan langsung menyuruh Riku keluar sekarang juga.
Riku menghembuskan nafas, ia tahu jika terbawa emosi Tenn juga akan semakin keras kepala. Akhirnya ia mengalah dan berkata dengan lembut, "Tenn-nii, ada apa denganmu, sayang? Kenapa satu minggu belakangan ini kau berubah? Kau tidak seperti dirimu yang dulu. Kalau aku ada salah padamu bilang saja, sayang, jangan diam begitu."
Tenn masih saja melanjutkan aksi diamnya.
Riku yang sudah tidak tahan terus di diamkan mendekati istrinya dan merangkulnya erat dari belakang, sambil menempelkan bibirnya di surai baby pink istrinya ia berkata dengan suara yang tertahan bak sedang bergumam, "Apa ada sesuatu yang mengganggumu, sayang? Katakan jika ada sesuatu yang mengganggumu, ceritakan saja padaku atau aku ada salah padamu? Bilang sayang, aku mana tahu kalau kau diam begini terus."
Tenn langsung berbalik dan melotot, "Kau tidak tahu apa salahmu, Riku? Kau benar-benar tidak tahu?!" ucap si surai baby pink murka.
Riku kaget dengan reaksi Tenn, untung pelukannya tidak dilepas dan ia kembali menjadi sasaran amukan gozila Tenn. Tapi disisi lain ia bingung kenapa Tenn bisa semarah ini. Memangnya kesalahan apa yang sudah Riku perbuat?
"Kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya dan memangnya aku salah apa sama, Tenn-nii?"
Tenn memalingkan wajahnya.
"Sayang?"
Riku menghela nafas lagi, kali ini lebih berat daripada sebelumnya. Ia sedikit emosi dengan sikap Tenn yang mirip perempuan PMS namun dirinya juga takut menyakiti sang surai baby pink yang sudah bersusah payah dimenangkan hatinya oleh Riku.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Exit
FanfictionKeluarga Nanase merupakan sebuah keluarga yang memasuki kategori keluarga abnormal. Mereka saling menjaga dan melindungi sekaligus saling membahayakan.