Lelaki yang sudah sempat memeluk, bahkan mencemari polusi suara yang ada di sekitarnya seketika harus merasakan straight forward dari tenn -melengos dan menghempaskan- secara kasar.
Naas, lelaki bersurai silver itu tidak menyadari. Kalau dia baru saja menghempaskan dirinya secara sukarela ke arah tenn yang sangat sensitif dengan pergerakan tiba-tiba dari sekitarnya.
Naas gandanya, tenn yang tanpa segan-segan akan langsung defensif saat merasakan bahaya. Menghempaskannya tepat di hadapan publik. Sekarang, mereka harus menahan malu karena mendapat tatapan penuh rasa ingin tahu dari setiap orang yang melihat kejadian barusan.
"Ah, sialan" umpat momo yang sangat tidak suka menjadi pusat perhatian banyak orang.
.
.
.
.
.No Exit
By
Lucian_Lucy_.
.
.
.
.
"Gaku, buka baju mu".Gaku tertegun, "Apa?"
"Akan ku lihat seluruh punggung mu dengan sangat teliti, mungkin punggung mu memiliki beberapa memar. Tadi aku membanting mu dengan sekuat tenaga".
"Itu tidak perlu".
Tapi sayang, tenn bersikeras. Tangannya terulur untuk melepaskan kancing kemeja gaku. Tanpa canggung, tanpa minta izin pula, "Aku sangat profesional dalam merawat luka". Ujar tenn yang masih sibuk dengan kancing kemeja gaku.
Pada dasarnya, tenn selalu di larang untuk melakukan bermacam-macam kegiatan di dalam mansion, selain menyambut kepulangan kepala keluarga nanase dan menyiapkan hidangan khusus untuknya. Jadi, bisa di bilang. Kemampuan tenn dalam merawat luka masih di ragukan.
Tapi, yang dasarnya gaku tidak suka berprasangka buruk pada lelaki muda bersurai baby pink itu. Dia membiarkan tenn, menjadikan punggungnya sebagai objek menyalurkan bakat dalam ilmu kesehatan versi neraka jahanam.
Bahkan, baik momo dan juga ryuu yang sejak awal sudah mendepakkan diri dari mobil bugatti milik tenn. Dapat mendengar suara dramatis gaku, yang sedang menahan rasa dingin yang menusuk, dari dalam mobil tenn yang tertutup rapat. Menyisakan keduanya yang saling bertatapan di luar mobil bersama teriknya matahari.
.
.
.
.
.Yaotome gaku segera menggeser posisi, memejamkan mata. Sementara tenn duduk di belakangnya. Mengompres punggung kekar gaku yang telanjang karena baju kini berada di salah satu pangkuan tenn.
Handuk basah yang dinginnya setara dengan air es batu. -ralat- lebih tepatnya, handuk tersebut memang di lapisi sekantung es batu. Di tepuk-tepuk secara perlahan, menutup memar nyeri di sepanjang punggung gaku. Dingin air es merambat masuk ke dalam pori-pori, meminimailasir pendarahan jaringan. Mata pink lembut menatap punggung keras sekaku batu dengan pandangan kosong. Tenn ingin sekali saja mendengar gaku mengaduh –bukannya malah meringis menahan rasa dingin es batu-. Agar sekaligus menggenapkan rasa bersalahnya.
"Gaku," gumam tenn dengan sangat lirih tapi masih bisa di dengar olehnya
"Hmm?"
"Pergilah yang jauh, Gaku. Jangan pernah muncul lagi di hadapan ku".
Mata gaku terbelalak kaget, saat mendengar kalimat pengusiran tanpa segan secara sepihak dari tenn. Tapi dia memilih diam untuk mendengarkan seluruh kalimat lelaki bersurai baby pink itu. Di tambah suara gebrukan ringan kantong es batu yang terjatuh, membuatnya sadar kalau dia tidak boleh meninggalkan tenn dalam keadaan buruk seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Exit
FanfictionKeluarga Nanase merupakan sebuah keluarga yang memasuki kategori keluarga abnormal. Mereka saling menjaga dan melindungi sekaligus saling membahayakan.