Chapter 5

187 27 7
                                    

Rapat baru saja berakhir, ketika touma dengan sadis menerjang pintu masuk dengan panik. Ia langsung berteriak tidak jelas di dalam ruangan sang bos, Nanase riku.

"Gawat riku, gawat! Lima menit lagi sang malaikat pencabut nyawa kesayangan mu beserta pelayan setianya akan datang! Kau harus cepat sembunyi. Ah tidak, lari saja!".

Meski beberapa kali butiran peluru terbang ke arahnya, mulut itu tetap tidak mau bungkam.

"Ck" riku hanya bisa mendecakkan lidahnya, setelah sadar kalau dia hanya membuang-buang peluru karetnya. Dengan cepat, riku mencoba apatis pada kehadiran touma yang sekarang mulai menarik-narik kemeja putihnya.

Mungkin Inumaru touma sudah bosan hidup, hingga berani berteriak tidak jelas di hadapan riku bahkan kemeja putih yang sudah di siapkan oleh tenn tadi pagi mengerut di ujungnya akibat tarikan dari touma. 

Riku, dengan suasana hati yang masih abstrak. Mulai mengganti isi dari SIG Sauer P226 yang awalnya peluru karet dengan timah panas, yang mana hal itu tidak di sadari oleh touma kalau bahaya telah mengintip dari balik pintu.

"Tolong berhenti berteriak tidak jelas di ruangan Nanase-sama, Inumaru-san. Aku bahkan tidak mengerti apa yang ingin kau katakan sejak tadi".

Hingga sebuah suara bariton menghentikan niat riku yang hampir menjadi 'dewa kematian', secara khusus untuk sang tangan kirinya yang setia tapi sedikit -banyak- bodoh dalam memahami cara kerja hingga penjelasan riku dalam membunuh secara halus.

Di belakang mereka, terlihat iori yang sepertinya juga ikut terkena dampak dari serangan brutal peluru karet miliki riku. Sekarang, surai navy milikinya yang seingat riku selama rapat tadi masih rapi terlihat acak-acakan. 

Manik crimson miliki riku menatap penampilan iori dari atas hingga bawah dengan spachlesss, sementara touma menutup rapat mulutnya menggunakan telapak tangan. bahkan bola matanya terlihat ingin melompat keluar saat melihat keadaan iori yang bisa di katakan jauh dari kata baik.

"Iori, kau terlihat-" komen riku yang mulai kembali fokus pada paper worknya, "-seperti orang gembel" tambahnya lagi tanpa mempedulikan perasaan iori.

Jangan tanya perasaan iori setelah di komentar sang atasan kalau masih ingin hidup.

Touma sedikit lagi hampir tertawa lepas hingga salto kebelakang, kalau saja dia tidak segara teringat dengan tugas maha penting dari seniornya yang memiliki peran sebagai 'pelayan setia sang malaikat'.

"Ah, riku.... lima menit lagi sang malaikat pencabut nyawa beserta pelayan setianya akan datang". Dan sekarang bukan hanya riku saja yang ingin membuat kepala touma bocor, iori juga ingin ikut bagian. Karena touma yang mengoceh tidak jelas malas terkesan bahkan terlihat seperti anjing rabies di hadapan mereka berdua.

Dengan cepat keduanya segera mengangkat masing-masing senjata, dan membidikkannya ke arah touma.

"Eh?" touma terdiam mematung saat dua buah moncong kaliber dengan tipe yang berbeda menekan tengkoraknya, baik dari arah depan maupun belakang.

"Sudah ku bilang bukan, Inumaru-san? kalau mau berbicara itu gunakan bahasa yang mudah di mengerti" kata iori dengan senyuman kecil di sudut bibirnya. 

Tapi, touma tahu. Di balik senyumannya itu tersimpan perasaan jengkelnya yang sebentar lagi akan meledak. Kalau touma salah bicara, maka pelatuk itu akan di tekan oleh keduanya dengan brutal.

Dengan bersusah payah, touma mencoba meneguk kasar ludahnya sendiri. Sambil menahan rasa takutnya, touma mulai berbicara  "Tenn dan momo-san akan tiba di kantor dalam waktu lima menit lagi".

Dan kejadian selanjutnya, terlalu bajingan untuk di beritahukan. Bahkan seluruh penghuni lantai yang sama dengan sang bos yakuza dapat mendengar teriakan bahkan suara rentetan peluru di dalam ruangan sang bos besar.

No ExitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang