Pisang~

177 12 16
                                    

Demi apapun, tolong jangan salfok sama judulnya! Tolong banget!! Ini hanya pemanasan sebelum special chapter.

Kalau ada diantara para readers yang pikirannya sudah traveling keliling dunia gegara judul di atas, maka..... Tiket perjalanan anda sudah benar :)

**********


Untuk pertama kalinya, Nanase Riku benar-benar merasa aneh dengan permintaan istrinya.

Sudah terhitung satu bulan setelah insiden bakar-bakar di markas Interpol, dan sudah seminggu mereka meresmikan status yang awalnya sepasang tunangan menjadi sepasang suami-istri.

Seratus persen sah di mata hukum.

Jika biasanya Tenn mengeluh soal kulitnya yang memiliki bercak-bercak kehitaman seperti bekas gigitan nyamuk besar setiap bangun pagi, atau karena si baby yang sering mengompol saat Tenn sedang sibuk merakit hadiah spesial untuk Riku setiap harinya.

Kini, Tenn tidak mengeluh.

Melainkan....

Meminta pisang besar.

Ya! Pisang besar!

Kalian tidak salah baca.

Riku yang saat itu sedang sibuk-sibuknya mencari nafkah demi keluarga, harus dikagetkan dengan datangnya telepon dari sang istri yang meminta sesisir pisang besar.

Riku ingin menolak, dan mengatakan kalau Momo atau Touma yang akan mencarinya. Tapi Tenn hanya ingin Riku yang mencari dan membawanya langsung ke mansion.

Sungguh permintaan yang aneh bukan?

Ia bisa saja menyuruh Touma untuk mencarinya dan nanti tinggal diberikan oleh Riku sendiri pada Tenn. Tapi..... Ini Tenn lho yang kita bicarakan, bisa saja dia menyuruh seseorang untuk memantau segala pergerakan Riku.

Dengan kadar kesabaran sedalam samudera dan rasa sayang seluas lautan, Riku memaksakan dirinya untuk pergi ke toko buah-buahan segar dan membeli sesisir pisang sesuai permintaan Tenn.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di Mansion Keluarga Nanase...

Di sebuah kamar, dengan berbagai jenis barang-barang kebutuhan seorang bayi. Ada seorang lelaki muda bersurai baby pink yang sedang menggendong anaknya.

Sejak tadi, Tenn terus menerus memandang ke arah pintu masuk kamar anaknya. Ia sepertinya tengah menunggu seseorang.

Wajahnya terlihat sangatlah sedih, karena sang suami belum juga pulang.

Baru saja ia ingin menidurkan bayi yang sudah terlelah di dalam gendongannya, terdengar suara pintu kamar yang terbuka dan sesosok lelaki dengan surai crimson yang berantakan.

"Tenn.... Aku...."

"Diam, baby sedang tidur."

"Ah... Baik... Maafkan aku..."

Lelaki bersurai crimson itu mendudukkan dirinya di salah satu sofa yang sengaja disediakan kalau sewaktu-waktu mereka berdua ingin menghabiskan waktu menemani sang bayi kecil bermain-main.

No ExitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang