Bagian 2

2.4K 290 28
                                    

Aska tak pernah mengalihkan pandangannya dari anak kecil di depannya ini, yang sekarang sedang menyantap makanannya dengan sangat lahap, entah kenapa hatinya terasa sangat hangat dan juga ada perasaan sedih di dalam hatinya, Aska tidak mengerti, padahal ia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Ia akan acuh pada seorang anak kecil, bahkan pada sepupunya sendiri. Namun berbeda dengan saat ini.

Arka menggoyang goyangkan kepalanya dengan senang dan melahap makanannya dengan sangat lahap. Pria kecil itu menolehkan kepalanya pada Aska yang sedari tadi memperhatikannya.

" Om kok nggak makan? " tanya Arka dengan wajah polosnya. Aska tidak bisa menahan senyuman di wajahnya, ia mengulurkan tangannya untuk mengusap bibir Arka yang belepotan karena makanannya.

" Om udah kenyang "

Arka mengerutkan keningnya, ia melihat piring milik Aska yang masih tersisa makanan.

" Tapi itu makanan om belum habis. Kata bunda nya Aka kalau makan harus abis soalnya nanti nasi nya nangis. Om tega bikin nasi nya nangis? Kan kasian " ujar Arka dengan sangat polos.

Membuat Aska tertawa menahan gemas, termasuk dengan Haikal dan Mario. Ketiga pria dewasa itu terkekeh pelan mendengar ucapan Arka.

" Pinter banget anak papa " Ujar Mario seraya mengelus lembut kepala Arka.

" Gila bang Arka tuh gemes banget. Gue adopsi aja ya. " saut Haikal.

" Enak aja! Punya gue ini, anak kesayangan gue "

Tiba-tiba saja ponsel milik Mario berdering. Aska yang duduk disebelah Mario tanpa sengaja Aska melihat nama yang tertera di ponsel milik Mario.

' Aruna ♡ '

Mario dengan cepat mengangkat telefonnya, ia meminta izin pada Haikal. dan Aska untuk mengangkat telefon dulu dan meminta agar menjaga Arka sebentar. Mario meninggalkan ketiganya.

" Sejak kapan lo demen anak kecil. Kayanya lo suka banget sama Arka, dari tadi lo ngeliatin dia mulu. " ucap Haikal.

Aska tersenyum kecil " Iya, gue juga nggak tau. Suka aja liat Arka, lucu terus pinter anaknya. "

Haikal menganggukan kepalanya setuju.

' Ikatan batin seorang ayah ' batin Haikal.

" Tapi kalau diliat-liat Arka mirip sama lo ya Ka "



Aruna tersenyum lega mematikan telefonnya. Baru saja ia menelfon Mario untuk menanyakan keberadaan anaknya, Arka.

Biasanya ia selalu menjemput Arka, namun tadi ia mendadak ada kunjungan dengan klien. Beruntung tadi Mario mengatakan akan menjemput Arka disekolahnya.

" Ngapain lo senyum-senyum kaya gitu " ucap seorang wanita, memasuki ruangan milik Aruna.

" Kebiasaan banget sih lo Gi, maen nyelonong masuk aja " kesal Aruna pada temannya itu.

Gia hanya tersenyum memamerkan gigi putihnya, lalu tangannya membentuk huruf  ' v '

" Lo nggak jemput Arka? " tanyanya.

Aruna menggelengkan kepalanya pelan.
" Engga tadi tiba-tiba aja klien gue minta ketemu, tapi untungnya Arka dijemput sama Mario " jawab Aruna

" Lo sayang banget sama Arka? "

Aruna menatap Gia dengan tajam. Pertanyaan temannya itu sangat konyol, tentu saja Aruna sangat menyayangi Arka anak kandungnya sendiri.

" Pertanyaan lo aneh aneh aja deh Gi, jelas lah gue sayang banget sama Arka. Arka anak kandung gue, gue yang mengandung dan ngelahirin dia "

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang