Chapter 21

3.7K 266 40
                                    

-Takdir, semua sudah ditentukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Takdir, semua sudah ditentukan. Bagaimana kau ingin mengeluh?-

***
Waktu terus berputar, ketakutan yang Ciel rasakan benar-benar terjadi. Ciel yang mengandung kini lebih sentimental dan sensitif. Kadang Sebastian bertanya-tanya kepada diri sendiri, apakah itu memang hormon orang yang sedang hamil? Wajar bagi wanita ... Tapi, Ciel itu pria.

Anak yang didalam perut anak adopsinya itu adalah darah dagingnya. Sebastian sungguh tak menyangka hal ini akan terjadi, dia senang. Tapi Ciel was-was, dia selalu bilang dia takut, semakin hari perutnya kian membesar.

"Bagaimana ini, Daddy?"

Ciel sudah tersebar luas satu sekolah, bahkan banyak yang menyebut alien atau semacamnya. Ciel hanya bisa membangun benteng kesabarannya kuat-kuat. Dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan, membuat pembelaan? Bisa saja, bukan dia tidak mau menanggung anak ini.

Tapi, pikir saja. Siapa yang bisa menolak takdir? Terkadang Ciel menyumpahi mereka agar suatu hari mereka yang menggunjingnya mengalami hal yang sama, atau hal yang lebih parah. Ciel baru terpikir, anak ini seperti tanpa Ayah, jika memang ini darah daging Sebastian, seharusnya Ayahnya itu segera menikahinya. Ciel dirundung kesal panjang, kenapa sang Ayah begitu terlihat menyepelekan? Sudah lima bulan berlalu, perutnya melembung besar.

Setiap dia mengadu diejek dan digosipi satu sekolah, Sebastian seperti mengabaikannya, hanya sibuk dengan anak yang ada didalam perutnya. Hari ini, Ciel masuk sekolah, dia menghela nafas dan siap-siap telinganya panas mendengar celotehan ini dan itu.

"Selamat Pagi, anak Daddy..." Setelah siap dengan pakaian sekolahnya yang sedikit ketat, Sebastian mengecup bibir anaknya itu. Semenjak 'itu' terjadi, Sebastian lancang macam-macam terhadap Ciel, dan itu membuat anak remaja ini risih.

Ciel menjauh, melontarkan tatapan sinis pada orang tua itu. Memunggunginya tanpa berkata apapun pada Sebastian kemudian menggendong tas sekolahnya.

"Ciel, mau Daddy antar?" Ciel menggeleng tidak menoleh.

"Aku diantar Tanaka saja, terima kasih. Aku berangkat, Dad." Ciel terus berjalan, mengabaikan Sebastian yang memaku di tempatnya, Sebastian merasa heran. Belakangan ini, Ciel menghindar dan mulai acuh tak acuh pada Ciel. Sebastian agak gelisah dengan itu, tapi dia harus fokus memikirkan yang lebih penting. Dia tahu, Ciel juga penting baginya, Sebastian akan bertanya atau mencari tahu nanti.

Sementara Ciel sudah tiba di sekolah bersamaTanaka yang mengantarnya, Ciel memasang wajah murung sejak tadi.

"Tuan Muda, kau tidak apa-apa? Sedang sakit? " Ciel hanya menggeleng lemah, tidak berniat membuka suara pada pria tua itu lalu melengos pergi. Tanaka sendiri hanya bisa menghela nafas berat, dua Tuan nya sangat aneh hari ini.

Ciel yang sudah menginjakkan kakinya di halaman sekolah pun mulai menutup telinga, membuatnya tuli akan cemooh dari orang-orang tak berguna yang mengkritik kehidupannya. Ciel mulai berpikir keras sekarang, siapa mereka? Berani-beraninya dia menilai kehidupan orang dan mengaturnya, tidakkah mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi?

Ciel duduk pada kursi panjang dibawah pohon Ginko yang menguning, seperti cahaya matahari yang berjarak satu jengkal dari kepalanya. Pohon itu terang dan tampak ceria sekali, Ciel tersenyum kecut. Selama beberapa bulan kedepan, akankah dia terus seperti ini? Selalu diam, sama sekali tak ada pembelaan.

Plak.

"Lihat siswa aneh itu, apakah di dalam perut itu adalah hasil selingkuhannya? Aneh sekali, bagaimana bisa pria mengandung?" Sebuah kaleng soda menyapa mengenai kepalanya, membuat Ciel sedikit meringis sambil mengusap kepalanya.

"Tidak bisakah kalian berhenti mengusik kehidupan orang?! " Ciel mengurungkan niatnya untuk melawan orang-orang itu, orang yang memicu amarahnya. Di tatapnya orang yang berhasil membuat murid sekolah yang mengejeknya sambil ketakutan dan berkata.

"Hii.. Orang aneh! Ba- bagaimana bisa? " Salah satu dari mereka menunjuk Ciel dan orang di sampingnya dengan tatapan heran lalu pergi.

Seorang remaja, sama seperti dirinya, kemudian remaja itu tersenyum sipit kearah Ciel.

"Aku Alois. Siapa namamu? Senang bisa bertemu.. "

Remaja yang di ketahui bernama Alois itu mengulurkan tangannya, dengan gugup Ciel membalasnya canggung.

"Juga. Namaku Ciel." Ciel agak gugup jika bertemu orang baru, dan beginilah dia sekarang. Pandangan Alois jatuh pada perut Ciel yang melembung.

"Sudah berapa bulan?" Tanya Alois gamblang, Ciel mendongak menatap Alois kemudian memalingkan wajahnya.

"L-Lima bulan."

TBC or End aja disini? Pft-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC or End aja disini? Pft-

29-08-2021
09:14

MY DADDY [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang