-Jangan jatuh sakit, cukup jatuh cinta padaku saja. - Sebastian Michaelis.
- Hidup itu sulit menerima, apalagi pada kata tanpa. Tanpa kamu, misalkan.- Claude Faustus.
Pemuda di sampingnya mengangguk santai, sedangkan Ciel masih agak kikuk untuk berbicara. Perutnya memang sudah terlihat jelas dari hari ke hari, dan ejekan yang ia terima pun semakin banyak.
"Jangan takut, biarkan mereka yang bertindak begitu padamu. Selagi masih lisan yang bertindak kau bisa berpura-pura tuli. Tapi, jika mereka sudah kasar dan melampaui batas, jangan diam saja, lawan."
"Aku Alois, jangan takut. Aku mengalami hal yang sama sepertimu.
Kandungan ku sudah tiga bulan, aku juga salah satu murid di sini, aku sering melihat mu di olok-olok mereka. Aku awalnya mengalami hal yang sama, selalu diam ketika mereka mulai menginjak-injak seperti aku tak memiliki harga diri." Perkataan Alois membuat Ciel terdiam agak sedikit terkejut, selain dirinya ternyata ada lagi pelajar yang mengalami hal yang serupa seperti dirinya. Meski Ciel jarang menerima celaan yang menganggu fisiknya, tetap saja dia merasa sakit hati. Apa salah jika pria mengandung? Bukankah anak itu juga anugerah dari Tuhan?"Kau juga--"
"Alois?" panggilan dari seseorang membuat Ciel menutup mulutnya tanpa berbicara lagi, kedua matanya mengikuti kemana tubuh pemuda bernama Alois itu bergerak. Di kejauhan beberapa meter dari mereka berdua, nampak seorang pria tampan, menggunakan kacamata juga setelan jas yang rapih.
Setelah mereka saling berpelukan, keduanya menghampiri Ciel.
"Dia suamiku, Claude Faustus." Ciel mengamatinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, perawakan nya terlihat seperti sang Ayah. Ciel mengangguk sebentar sebelum terhenyak karena satu kata.
"S-suami?" Ciel mengerutkan dahi tidak yakin, membuat Claude juga ikut mengerutkan dahinya bingung. Sementara Alois kalem kembali duduk di samping Ciel.
"Kenapa? Jangan katakan kalau kau belum terbiasa dengan hubungan seperti ini. Oh, Ciel ... Hubungan seperti aku dan Claude ini sudah biasa di sekolah kita, hanya saja mereka terlalu minder dan ber ego tinggi untuk mengungkapnya. Sial, mempertahankan wajah? Dia mengejekmu, mengejek aku, mencela kita." suara Alois naik beberapa oktaf yang membuat Ciel tercengang sembari memikirkan sesuatu.
"Tak ada yang aneh, mereka saja ripuh mencari kesenangan pribadi pada kehidupan orang lain." Kedua manik pria itu sudah berputar kesal, Ciel selalu setuju dengan perkataan Alois sedari tadi. Dia tidak salah, Sebastian juga, begitu pun dengan bayi yang perlahan membentuk meringkuk di dalam perutnya.
Ciel mengangguk paham, akhirnya dia mendapat pencerahan setelah kalimat-kalimat Alois menyentak kesadaran nya.
"Terima kasih, berkatmu aku jadi lebih percaya diri sekarang." Gumam Ciel tak terlalu lantang, samar-samar dapat di dengar oleh Alois dan dijawab dengan anggukan.
"Tak masalah, itu bagus. Mari kita hadapi masalah ini bersama-sama." Satu tangan Alois sudah mendarat di pundak Ciel.
***
Sepulang sekolah, Ciel sangat- sangat lelah. Harus duduk berjam-jam lamanya fokus memperhatikan pelajaran dan memutar otaknya berfikir. Dia ingin cepat pulang dan sampai dirumah merebahkan tubuhnya yang tambun itu, alangkah terkejutnya Ciel ketika satu tangan nya menurunkan gerendel pintu kamar.Kamar dengan interior yang berubah 180 derajat, kelambu putih yang dipasang pada setiap tiang kanopi tergantikan dengan sutra-sutrah merah. Kelopak Mawar yang terkesan romantis berhamburan sana sini, bahkan lilin aromatherapy menyeruak masuk menggelitik penciuman.
Mulut itu nyaris kering saat Ciel menutup mulut beberapa waktu lamanya, kedua netra itu membelalak dengan siratan kagum mengedarkan pandangan pada seisi ruangan. Di depan cermin, berdirilah seorang Sebastian menggunakan kemeja berbalut jas hitam juga pantofel yang mengkilap.
"D- Daddy? Ini apa?" Pemuda itu sangat amat terkejut, setelah ia menelan susah payah saliva dan membuka mulut bertanya. Dengan wajah kharisma yang menggoda, Sebastian terus melangkah begitu kalemnya mendekat.
Tubuh itu bergerak, berlutut di hadapan Ciel sembari mengecup punggung tangan pemuda itu. Ciel merona dibuatnya, ingin berkutik namun dia penasaran dengan apa yang Sebastian lakukan selanjutnya.
"Please, Marry me. Aku tidak meminta, tapi aku memaksa."
.
.
.
.
.
.Bookmarknya saja tulisan To Be Continue, kalau aku niat sampai sini ku gantung. Jaa nee~ Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DADDY [BL]
Short StoryATTENTION, PLEASE! DI MOHON UNTUK MEMBACA DESKRIPSI! Judul : My Daddy Status : Tamat Genre : Mature, Slice of life, Romance, Fanfiction, M-Preg. Penulis : Echtellion/ Kuma Usagi FIRST WARNING ⚠🔞 Author gamau tanggung jawab lho yang baca cerit...