Chapter 12🔞

8K 489 67
                                    

Hola te amo awowowok:"3 lama ga jumpa sama kedua dad and son yang menurutku UwU ini(menurutku ya:"3)👉👈

Happy Read🎉

Author POV's

Sebastian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.

"Kenapa kau menggemaskan sekali, hmm? Anak merajuk Daddy." Sebastian mencubit kecil hidung Ciel. Alih-alih dibilang menggemaskan, Ciel malah merajuk.

"Please Dad.. Aku sudah besar, jangan katakan itu.."Ciel mengerucutkan bibirnya dan melipat kedua tangannya. Sebastian terkekeh, mengacak-acak rambut Ciel yang sudah kering.

"Apanya yang besar, hmm?" Sebastian berbisik menggoda, sambil menaik turunkan sebelah alisnya.

"Hah? Tentu saja diriku, memangnya apa?" Ciel mengerutkan dahinya.

"Baiklah.. Baiklah. Dad minta maaf kalau begitu. Ayo turun, pakai bajumu nanti masuk angin." Sebastian menggendong Ciel, menurunkan Ciel dari pangkuannya.

Sebastian berjalan ke lemari baju, mengambil kaos dan memakainya, handuk yang berada dipinggang masih melilit dirinya.

"Daddy.." Ciel mencicit kecil, Sebastian mendengar itu, ruangan hampa itu terlalu sunyi. Sebastian menoleh lalu berbalik setelahnya.

"Aku--tak tahu harus memulainya dari mana.. Aku ingin menceritakan ini kepada Daddy--tapi.."Ciel menggantung kata-katanya.

"....."Ciel sambil berjalan menghampiri baju lemari disamping Sebastian. Sebastian menutup pintu lemarinya.

"Ceritakan pada Daddy ada masalah apa." Sebastian bersandar pada lemari baju sambil bersedekap dengan kaki yang disilang.

"....."

Ciel diam beberapa saat, mengambil bajunya dan memakainya. Sebastian tetap menunggu, sampai Ciel selesai memakai bajunya, selesai memakai bajunya Ciel mengambil boxer dan ingin melepas handuk yang melilit dipinggangnya.

Sebastian terperanjat melihat Ciel melepas handuk di hadapannya dan sedikit menungging memperlihatkan bokong nya sejenak lalu selanjutnya tertutup oleh boxer.

"C-Ciel."

Ciel menoleh, "Hmm?" Dia mengangkat sebelah alisnya, Sebastian menggeleng.

"Kenapa kau tidak mengganti bajumu diruang ganti?" Sebastian menutup wajahnya dengan sebelah tangan dan mengedarkan pandangan.

"Kenapa? Aku dan Daddy kan laki-laki kenapa aku harus menggantinya di ruang ganti?" Ciel berjalan keranjang kasur dan duduk di pinggirnya.

"L-lupakan." Sebastian membuka pintu lemari, "Jadi katakan, apa yang kau ingin ceritakan kepada Daddy?"
Dibalik pintu lemari sana Sebastian bertanya, Ciel lagi-lagi diam.

Sebastian menutup pintu lemari bajunya, ternyata dia memakai celana dibalik pintu lemari itu.

"Engg--" bola mata Ciel kesana kemari dengan gelisah. Sebastian menyampirkan handuk dibahunya dan mengambil baju kotor yang sempat dipegang Ciel sebelumnya.

Ciel menatap baju kotor itu dan menundukkan wajahnya, kakinya saling bergesekkan tak nyaman dibawah sana. Menunggu lagi untuk mendengar jawaban Ciel, Sebastian duduk disamping bersama Ciel.

"Dad, aku sudah besar. Kenapa aku tidak dimasukan ke sekolah umum saja?" Ciel bertanya dengan hati-hati.

Sebastian diam, belum menjawab, dia tahu Ciel masih ingin berbicara yang tidak seharusnya dia potong.

"Daddy malah mendaftarkanku sekolah privat, aku--" Ciel meremas ujung bajunya.

"Aku kesepian~~ aku ingin sekolah umum seperti yang lainnya. Merasakan punya banyak teman, pergi kesana kesini kerumah teman untuk kerja kelompok." Lanjut Ciel.

"Daddy, selalu tidak ada dirumah. Daddy selalu pulang sebentar..Aku merasa bosan meskipun kak Meirin, Kak Finny dan Tanaka dirumah.."gumam Ciel.

"Aku tahu ini demi kebaikanku Dad.. Tapi kau terlalu over protective, melarangku untuk bermain diluar dengan alasan Daddy takut aku salah pergaulan, Daddy bilang homeschooling agar aku dan Daddy merasa lebih dekat tapi apa--- "Ciel mulai melirih, Sebastian sedikit demi sedikit menggeser posisi duduknya.

"Daddy hanya punya sedikit waktu untukku, yang hanya Daddy pikirkan bekerja, aku rasa aku tidak pernah puas dengan metode sekolah yang Dad terapkan padaku. Nyatanya aku kesepian-- banyak yang aku kurang paham dari penerapan homeschooling ini Dad~~ ini seperti terlalu menuntutku." Semakin melirih, dan tubuhnya mulai bergetar.

"Aku bukan lagi anak kecil yang memerlukan pengawasan lebih dekat dari orang tuanya--bukan?" Ciel menggeleng

"Meskipun begitu, aku merasa Daddy jauh disisiku... Hiks." Ciel mulai menangis.

Ya, semenjak Sebastian mengadopsi Ciel menjadi anak semata wayangnya, Sebastian mengurus segala identitas penting Ciel dan termasuk sekolahnya. Ciel adalah prioritas Sebastian, Sebastian menginginkan selalu yang terbaik untuk anak satu-satunya ini. Termasuk home schooling, Sebastian mempunyai alasan banyak untuk itu.

Dia tidak ingin Ciel salah pergaulan, seperti anak diluar sana dan menurut Sebastian jika Ciel home schooling, Ciel lebih fokus untuk mengembangkan minat dan bakatnya dirumah tanpa hasutan atau gangguan apapun. Tapi-- apa yang Ciel katakan ada benarnya.

Home schooling salah satunya agar mempererat hubungan antara anak dan orang tua. Tapi, Sebastian malah asik berkutat dengan pekerjaannya, itu juga berlaku saat dia dirumah yang selalu fokus kepada lembaran-lembaran kertas pekerjaannya yang menjulang.

"Ku harap Dad mengerti apa yang ku--"

Bruk

"Maafkan Daddy, Dad mohon maafkan Daddy mu ini sayang.." Sebastian memeluk Ciel secara tiba-tiba.

"Memang benar, Daddy mendaftarkanmu home schooling karena Daddy mempunyai banyak alasan dan itu sendiri untuk kebaikanmu, tapi... Daddy tidak pernah berpikir tentang bagaimana perasaanmu, sayang. Maaf, daddy menyesal untuk itu."

"Hemm...Tidak..Tidak." Ciel menggelengkan kepalanya.

"Mungkin ini salah tapi mohon pertimbangkan lagi semuanya, Daddy. Aku juga minta maaf karena lancang berbicara seperti ini, aku tahu Daddy sibuk bekerja juga untukku juga." Ciel membalas pelukan Sebastian. Sebastian melepas pelukannya lalu menangkup wajah Ciel.

"Apa yang kamu katakan, tidak perlu minta maaf. Dari awal memang semua salah Daddy, Daddy memang tidak pernah ada waktu untukmu. Daddy tidak pernah meluangkan waktu untukmu." Sebastian menyatukan keningnya dengan kening Ciel.

"Aku masih ingat ketika, Tanaka meminta cuti untuk berlibur bersama dengan kak Finny, kak Meirin mereka semua pergi berlibur.. Aku pernah meminta padamu untuk berlibur dan meluangkan waktumu untuk refreshing sejenak tapi Daddy malah mengabaikanku."Ciel menunduk, Sebastian menggeleng dan menarik Ciel lebih mendekat.

Hup

Ciel berada dipangkuan Sebastian sekarang, Sebastian menggeleng.

"Tidak akan lagi terjadi seperti itu, untuk masalah sekolahmu...Daddy akan mengurus data-datanya dam memasukkan mu kesekolah umum. Kau tunggu saja, okey." Sebastian menyentuh hidung Ciel sekilas dengan jari telunjuknya.

Chu

Sebastian mencium bibir Ciel sekilas dan mengusap bekasnya dengan ujung ibu jarinya.

"Jadi jangan sedih lagi, dad janji Daddy akan mempertimbangkan lagi apa yang baik dan nyaman untukmu." Sebastian tersenyum lembut.

"Nghh~~~" Ciel mencengkram kuat bahu Sebastian dan tubuhnya melengkung keatas, wajahnya mendongak lalu Ciel menyembunyikan di ceruk leher Sebastian.

"Ciel, kenapa?" Ciel menggeleng, nafasnya di leher Sebastian panas dan memburu. Sebastian menjauhkan tubuh Ciel dan melihat wajahnya memerah.

"Dad~~~

Aku keluar."

TBC Or End?

End ajalah:"3 ideku mabur kat mana tau:3

yaksip lama ga up jadi unfaedah gini scenenya:)dahlah:"3 yang suka ship SasuNaru silahkan ada yg baluu😂

16-11-2020 :9.03 PM















MY DADDY [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang