37. BACK TO SCHOOL

15.1K 1.2K 34
                                    

Tak terasa sudah 1 Minggu kepulangan Raisa dari rumah sakit, dan sudah beberapa kali pula Raisa melakukan terapi dibantu sahabatnya untuk kesembuhan Raisa.

Kini saatnya Raisa kembali sekolah, seperti biasa dengan menjaga ketat apa yang Raisa lakukan, karena dia masih proses penyembuhan.

“Sebenarnya siapa yang donorin ginjalnya buat aku, Pa?” tanya Raisa.

“Papa kurang tau.”

“Loh, kok papa bisa gak tau? Memangnya papa tidak bertemu dengan orang itu? Apa orang itu ikhlas mendonorkan ginjalnya untuk Raisa?” tanya Raisa bertubi-tubi. “Raisa ingin bertemu orang itu, Pa.”

‘Untuk apa kamu bertemu dengannya?”

Riza masih fokus menyertir, sedangkan Raisa hanya menatap papanya dari samping.

“Untuk berterima kasih, Pa! Raisa belum mengucapkan terima kasih kepada orang itu, Raisa gak enak.”

“Sebenarnya ini terjadi karena Tuan Wiratama.”

“Maksud papa?”

“Anak saya sangat mencintai putri bapak, dia bahkan sampai bodoh seperti itu,” Adam terkekeh sembari melirik Riza. “Anak bapak, sangat mirip dengan istri saya, mungkin saat Angkasa bertemu dengannya, dia akan melihat istri saya dalam anak bapak.”

“Terima kasih, Pak.” Kata Riza.

“Sebenarnya yang inginkan hanyalah membawa anak saya meninggalkan Indonesia, tak disangka dia justru yang memintanya sendiri,” ucap Adam.

“Memangnya apa yang terjadi?”

“Tidak ada. Saya mohon, bapak hanya ikuti ucapan anak saya, jika dia ingin anak Geng motornya menjaga rumah bapak, itu demi keluarga bapak sendiri.”

“Saya berterima kasih sekali kepada Tuan Wiratama.”

“Jangan terlalu formal, kita akan jadi besan kan? Haha.”

“Semoga saja, Pak.” Balas Riza agak canggung.

“Jika nanti Angkasa meninggalkan Indonesia, biarkan anak Razel menjaga rumah sakit, serta rumah bapak. Begitupun jika bapak ingin keluar, biarkan anak Razel terus mengawal bapak. Sebenarnya agak sulit untuk dijelaskan, tetapi percayalah, jika tidak ada anak Razel, mungkin bapak akan terluka.”

“Siapa yang akan melukai keluarga saya?” tanya Riza.

“Seseorang.”

“Oh ya, Pak. Siapa yang mendonorkan ginjal untuk anak saya, saya harus berterima kasih kepada orang itu.”

“Dia anak buah saya, tidak perlu bertemu dengannya, dia melakukan itu dengan sangat ikhlas.”

“Sekali lagi terima kasih, Pak.”

Riza menatap Raisa yang malah tersenyum sendiri. “Kenapa senyum-senyum seperti itu, Raisa?” tanya Riza.

“Berarti papa sudah berikan restu untuk hubungan Raisa dan Angkasa?” tanya Raisa terkekeh.

“Tidak!!” ujar Riza. “Kalian tidak boleh pacaran!! Papa tetap tidak mengizinkan kamu pacaran!! Kalian hanya boleh berteman.”

“Kalau nikah?” tanya Raisa menggoda Riza, tetapi dia malah terdiam. “Papa diam berarti Raisa boleh nikah muda sama Angkasa, dong!!”

“Tergantung, seberapa banyak nyali Angkasa untuk menemui papa.”

“Oke!! Kalau Angkasa sudah kembali dari London, nanti Raisa akan bilang kalau papa sudah beri restu.”

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang