14. Pacaran atau Pelampiasan

39.3K 2.6K 27
                                    

“Ca, aku minta maaf. Aku dan Clara gak ada hubungan apapun. Dia harus aku jaga,” Angkasa menatap Raisa yang masih menunduk di hadapan nya, “Aku sama Clara gak pernah tunangan, tapi aku pernah sempat suka sama Clara.” 

Angkasa menjeda ucapan nya sekejap, melihat respon Raisa yang masih diam. “Aku dan Clara memang dekat dari kecil, bahkan aku suka sama dia, tapi itu masih kecil, Ca. Aku masih SD. Terus waktu Clara di diagnosa punya penyakit Jantung, aku sempet khawatir. Lalu dia ngilang gitu aja selama 8 tahun, rasa aku buat Clara udah hilang, Ca.” 

“Jadi..., aku cuma pelampiasan doang?” tanya Raisa menggigit bibirnya, takut salah bicara. 

    “Apasih, Ca. Kamu punya aku, kamu milik aku, kamu bukan pelampiasan, Ca,” balas Angkasa menarik dagu itu untuk menatapnya, “Dia sakit, Ca. Kamu gak boleh egois.” 

“Aku? Egois? Egois dari mana, Angkasa?! Aku bahkan gak minta apapun dari kamu. Sekarang kamu bilang egois, aku egois dari mana nya?!” ujar Raisa kesal. “Aku siapa kamu sekarang? Aku cuma pelampiasan kamu, terserah kamu mau deket sama siapapun, hiks!! Itu terserah kamu, hiks!! Aku juga ngga peduli!!” 

Angkasa menarik Raisa ke dalam dekapan nya. Dada nya terasa sesak ketika melihat Raisa terisak, “Aku minta maaf, jangan nangis, Ca, aku salah, aku minta maaf.” 

Raisa masih terisak di dalam pelukan Angkasa, tetapi dia tidak membalas pelukan itu, tangan nya masih tergantung diatas udara. “Hiks!! Aku gak peduli kamu mau deket sama siapapun, mau pacaran sama siapapun, atau mau ngapain. Aku gak peduli tentang itu!!” 

“Apasih, Ca? Aku suka nya sama kamu, sayang nya sama kamu. Kalau kamu mau aku jauhin Clara,aku akan jauhin dia, demi kamu. Asalkan kamu jangan nangis kayak gini, aku gak mau kamu sedih, Ca.” 

Raisa memeluk tubuh Angkasa, dan mengeratkan pelukan itu, “Sekarang kamu mau apa? Kamu milik aku,  Ca. Gak akan ada yang bisa gantiin posisi kamu.” 

“Madol,” jawabnya asal. 

Angkasa mencubit hidung itu. “Jangan nakal!” katanya. “Tapi gak papa, ayo! Lewat belakang, ya?” 

Mereka meninggalkan area kantin yang memang sepi sejak tadi, karena sebagian besar murid masih belajar. Angkasa berjongkok, membiarkan Raisa menginjak pundak nya untuk melompati dinding pembatas sekolah. “Ayo Angkasa, naik!!” 

Angkasa menaiki dinding itu, dan melompatinya lebih dulu. Raisa melompat, dan langsung terjatuh menindih tubuh Angkasa. Mereka tertawa geli bersama. “Sakit?” tanya Raisa saat sudah bangkit. 

“Lumayan. Badan kamu gede soalnya,” kata Angkasa bergurau. “Naik ke punggung aku, Ca. Aku gendong kamu, dan bawa kamu ke taman deket sini.” 

Raisa menaiki punggung kekar Angkasa. Laki-laki itu langsung terlonjak saat tubuh Raisa berada di punggung nya. Dia membawa Raisa berlari sembari menggendong nya. “Pelan-pelan Angkasa!!” sahut Raisa kesal. 

Mereka berhenti di taman permata, terdapat tukang es cendol dengan gerobak berwarna merah muda, plat nomor yang sudah di pasang oleh anak Razel karena kegabutan nya. “Kita mau ngapain ke sini?” tanya Raisa terheran. Pasalnya dia terkekeh ringan saat melihat gerobak. 

“Mang, cendol dua,” sahut Angkasa. 

Untuk kali ini Raisa hanya mengikuti kemauan Angkasa, walaupun akan membuat nya jatuh sakit, tetapi untuk kali ini Raisa juga ingin mencoba makan es cendol itu. Apalagi Angkasa yang mengajaknya, Raisa enggan menolak. 

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang