4. Tauran ala anak Razel

67.5K 4.3K 180
                                    

Sekelompok lelaki berjaket hitam, dengan lambang sayap burung elang di bagian punggung nya serentak memakai slayer bersamaan. Sedangkan pemimpin mereka, masih sibuk dengan kopi hitam yang di seruput oleh nya. Hari sudah mulai tengah malam, dan jarang orang yang berlalu-lalang jam segini. 

“Kemarin gue udah ngajak damai Harilla, tapi mereka masih kekeh untuk dapetin posisi pertama Gangster,” kata Angkasa di sela-sela minum kopi nya. 

“Kalau emang Harilla udah ngga mau pakai cara baik-baik, buat apa? Mendingan langsung hajar mereka yang udah buat kerusuhan di sini. Ga usah di bawa ribet,” balas Hafiz melangkah ke arah Angkasa. “Mereka masih aja ngerebutin posisi itu. Padahal kita udah buat perjanjian balapan di area sirkuit.” Lanjutnya.

“Ikuti aja cara main nya Harilla, kalau emang mereka masih macem-macem di wilayah kita, langsung bantai habis,” sahut Robi membalas mereka. 

“ALEX BARGANDA ADITAMA!!!” teriak Erick memancing mereka sat sudah sampai di markas Harilla-Musuh besar Razel. “MAJU SINI LO!!” 

Mereka langsung saling memukul satu sama lain. Menggunakan berbagai macam alat, seperti baalok kayu, ataupun samurai yang berada di bahu nya. Begitupun dengan Angkasa, membawa balok kayu, yang sudah terikat bendera lambang Razel di ujung balok kayu tersebut. 

Siapapun yang mendengar suara pukulan dan Tauran tersebut sontak menjauh dari area itu. Mereka lebih baik untuk menyelamatkan dirinya masing-masing, dari pada ikut campur. 

“Bangsat Alex!!” ujar Angkasa memukul bahu pemimpin anak Harilla tersebut. \

Mereka saling adu jotos dan menjatuhkan lawan nya masing-masing. Begitupun dengan Hfafiz dan Robi yang menyerang markas Harilla, dan menghancurkan nya. 

“ANGKASA AWAS!!” teriak Erick berdiri di belakang tubuh Angkasa. Ketika tadi, Angksa hampir di pukul dengan kayu di punggung nya. Tetapi kini sudah terhalaukan oleh Erick. 

“Jangan main di wilayah Razel,” Angkasa masih tenang. Dia mengucapkan itu dengan berbisik di telinga Alex. “Kalau emang masih mau hidup,” lanjutnya. 

“CABUT WOI!!” mereka langsung meninggalkan markas itu. Dengam motor yang tadi di taruh nya sembarang tempat. “Lo gak terluka kan, Sa?” tanya Erick. 

“Iya, thanks Rick udah nolongin gue,” balas Angkasa menaiki motor itu. Dia menepuk pundak Erick. “Gue gak tau, kalau lo ngga nolongin gue tadi, mungkin Razel udah kalah.” 

“Santai, Sa. Kita satu, satu sakit, semua sakit.” Erick menyahuti Angkasa yang berada di belakang nya. 

“Gila Alex!! Anak buah nya banyak banget.” Aan langsung menyalip motor Erick. “Udah gitu terlatih semua lagi. Bener-bener keren.” Lanjutnya. 

“Makanya itu, Hrarilla ngga bisa di anggap remeh,” sahut Hafiz di ikuti segerombolan lainnya anak Razel. “Lo semua ngga ada yang terluka parah kan?!” 

“GAK ADA!!” teriak mereka dari motornya. “Alex ngga bisa di anggap main-main Bos. Mereka bisa melakukan yang lebih dari ini,” sahut Hito dari belakang. 

“Bener tuh. Intinya kita harus hati-hati, mereka bisa nyerang kita kapan aja.” Balas Robi kepada sahabatnya. 

***

Selepas Tauran besar yang membuat beberapa anak Razel cedera ringan. Mereka langsung di obati, dan beristirahat di Warsep-Warung mang Asep. “Entah apa yang merasuki mu, hingga kau tega menyakiti aku, yang tulus mencintai mu.” Erick dan Aan bernyanyi dengan suara ambyar nya, hingga anak Razel bersorak. 

“Joget terus, An!! Yang bahenol joget nya supaya mantep!!” sahut mereka. “Tarik seeeeesss semongko!! Ah mantap.” 

“Woi lagi nyanyi aje. Bayar dulu kopi, dateng cuma numpang nyanyi mending pulang!!” usir mang Asep kepada mereka. “Ya Allah, itu sofa kemarin baru di benerin, udah jebol aja.” 

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang