31. MIMPI

57.4K 2.5K 141
                                    

“Apa kamu pernah bertemu dengan Nyonya Wiratama?” tanyanya. 

“Ah, kamu masih memanggil dia dengan sebutan Nyonya?” tanya Bryan terkekeh. 

“Sesekali.” 

“Tentu, siapa yang tidak mengenal Istri Tuan Wiratama?” Bryan meneguk wine digelas kecil hingga habis. “Dia sering kesini bersama dengan Tuan Wiratama.” 

“Kesini?” tanya Angkasa spontan. “Untuk apa mereka kesini?” 

“Hah! Memangnya mereka pergi kemana?” tanya Bryan membuat Angkasa mengerutkan alisnya semakin tidak mengerti. 

“Jelaskan secara rinci!! Jangan terus menggantung ucapan!! Aku tidak mengerti apa yang kamu ucapkan!!” 

“Kamu anaknya, apa kamu tidak tau apa tujuan papamu melakukan ini?” Bryan yang masih dalam keadaan mabuk hanya bisa terkekeh. 

“Tunggu!! Berarti kamu mengetahui apa maksud terselubung papa?” ujar Angkasa. “Sebenarnya apa maksud dan tujuan papa melakukan ini semua?!!” 

“Menikahkan kamu dengan Clara?” tanya Bryan. 

“Kau? Kau tau dari mana tentang Clara?!” 

Bryan menyeringai, “Aku tau semua tentangmu, dan keluargamu. Secara rinci,  bahkan aku lebih tau tentang papamu, daripada kamu.” 

Angkasa mulai geram. Tidak bisakah Bryan langsung mengucapkan inti ucapannya, dia tidak mengerti apapun yang diucapan. 

“Apa maksud semua perkataan ini?!! Jelaskan semuanya kepadaku dari awal!!!” bentak Angkasa. 

Bryan bangkit, dan meninggalkan Angkasa. Hingga Angkasa hanya bisa mendesah, sebenarnya apa yang direncakan oleh papanya, masih belum diketahui oleh Angkasa. 

“Aku kangen kamu, Ca,” kata Angkasa. “Aku akan selesaikan semua urusan aku, dan aku akan kembali sama kamu.” 

*** 

“ANGKASA SINI!!” 

Angkasa langsung menoleh saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya langsung bergema, dia tersenyum lebar melihat seorang perempuan mengenakan gaun putih, dengan wajah yang amat cantik. 

“Ca? Kamu udah sadar?” tanya Angkasa langsung menghampiri perempuan itu. 

Raisa malah tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya kepada Angkasa. Tangannya terambang, membuat Angkasa langsung memeluknya. 

“Aku kangen banget sama kamu, Ca,” bisik Angkasa tepat ditelinga Raisa. 

“Aku juga kangen banget sama kamu,” balasnya. 

“Kamu kelihatan cantik banget hari ini.” 

“Memang harusnya gimana?” 

“Biasa aja, gak usah cantik-cantik, nanti banyak orang yang suka sama kamu,” kata Angkasa, “Gak boleh ada yang suka sama kamu, selain aku!” 

“Iya deh!” 

Raisa pergi menjauh dari Angkasa, laki-laki itu mengikutinya dari belakang dan menyamakan langkah kakinya bersama Raisa. 

Saat Raisa berlari, Angkasa langsung berteriak, “CA!! JANGAN LARI!! NANTI JATUH!!” ujarnya. 

“Aku bukan anak kecil!!” 

“Jalan aja!” 

Raisa tidak sadar dan menginjak batu hingga dia tersungkur kedepan. 

“KAN AKU UDAH BILANG!!” bentak Angkasa. 

“Bawel banget deh!! Aku baik-baik aja.” 

“Baik-baik aja, tapi terluka, gimana sih?!” 

“Terserah.” 

Angkasa memeluknya, dan mengusap rambut panjang Raisa. “Jangan kayak gini lagi, aku gak suka kamu terluka.” 

“Jangan pergi dari aku,” kata Angkasa kembaili. 

“Aku capek, Angkasa, aku harus pergi.” 

“Kalau kamu mau pergi, aku akan ikut.” 

“Kamu gak boleh ikut!! Kamu harus tetap disini,” ucap Raisa. “Masih banyak yang sayang sama kamu, Angkasa.” 

“Tapi aku maunya sama kamu.” 

“Aku mau istirahat,” kata Raisa. 

Angkasa memberikan pahanya sebagai sandaran kepala Raisa. Dia tertidur disana, membuat Angkasa mengusap kepalanya. 

“Aku tidur ya?” 

Angkasa tanpa sungkan mengangguk, “Jangan lupa untuk bangun lagi.” 

“Kalau nggak?” ucapan Raisa langsung membuat Angkasa meliriknya tajam. “Aku tidur ya, Angkasa. Sebentar, nanti aku bangun lagi.” 

Beberapa saat Raisa tertidur lelap, napasnya mulai teratur, matanya terpejam, dan sudut bibirnya melebar seakan-akan tersenyum. 

Tapi saat itu pula, Angkasa melihat napas Raisa tidak terasa ditangannya, dia langsung terkejut. 

“Ca, bangun, Ca.” 

“Ca!! Bangun!!” ujarnya kesal. “RAISA BANGUN!! BUKA MATANYA, CA!! BUKA MATA KAMU!!” 

“RAISA BUKA MATA KAMU!!” teriaknya. 

“RAISA!!” 

Saat itu pula menjadi mimpi terburuk dalam  hidup Angkasa. Dia langsung terkejut, dan mendapati Bryan tengah menatapnya cemas. 

“Ada apa? Kamu bermimpi siapa?” 

“Telepon jarak jauh!!” ujarnya. 

“Baiklah, akan aku ambilkan.” 

Bryan memberikan ponselnya kepada Angkasa, dia langsung menelpon Robi dengan panggilan jarak jauh. Angkasa jika ingin menelpon Robi, menggunakan panggilan jarak jauh. 

“HALO ROB!! RAISA GIMANA?!!” 

“Hiks!! Ini Kania, Sa.....” 

“RAISA GIMANA KABARNYA?!! DIA UDAH SADAR KAN?” 

“Raisa.... Hiks!! Raisa, Sa...” 

***

MAAP KALAU KELAMAAN UPDATENYA, KALAU FULL KOMENTAR LANGSUNG UPDATE....

BAY😘😘😙😘😘😙

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang