27. Pertunangan

37.4K 2.6K 214
                                    

“MALAM INI KAMU AKAN BERTUNANGAN DENGAN CLARA!! TIDAK ADA BANTAHAN DALAM UCAPAN PAPA!!” bentak Adam menatap jengah putranya yang tengah dalam keadaan marah.

Sedari tadi Adam dan Angkasa terus bertengkar dan adu mulut, tidak ada yang mau salah disini. Raka hanya bisa memandang takut mereka, dengan perasaaan cemas, Raka juga tidak setuju dengan perlakuan Adam, Dia tidak menyukai Clara dan tidak ingin Raisa terluka. 

“Sebenarnya Angkasa ini apa, Pa?” tanya Angkasa dengan nada yang mulai melemah, “Papa selalu menghakimi Angkasa, supaya Angkasa menuruti semua ucapan Papa. Angkasa gak suka sama, Clara, Pa. Papa gak bisa maksa Angkasa....” 

“Apa yang Papa gak bisa?!!” bentak Adam. 

Mendengar bentakan Adam yang langsung menyela ucapannya, nada Angkasa sudah mulai tinggi, emosinya yang tadi mereda kini kembali menaik.

“GAK CUKUP UNTUK PAPA MEMBUNUH MAMA?!! DAN PAPA MASIH MAU MEMBUNUH KELUARGA RAISA?!! APA YANG MAU PAPA REBUT DARI ANGKASA SIH, PA?!!!” bentak Angkasa dengan nada yang tinggi. 

“PAPA TIDAK MEMBUNUH MAMA KAMU!!” sungut Adam tidak kalah emosi. “Papa mau yang terbaik untuk kamu....” 

“Yang terbaik untuk aku, atau untuk jabatan Papa?!” bentaknya. “Papa mau aku dan Clara menikah, lalu jabatan Papa bisa semakin tinggikan?!” 

“Apa yang kamu fikirkan tentang Papa, itu salah, Angkasa!!” ujar Adam. “Apa yang kamu dapatkan dari Raisa?! Anak berpenyakit seperti itu tidak akan berguna untuk kamu!!” ujarnya. 

“Penyakitan apa sih, Pa?! Raisa gak sakit apapun. Kalau Papa gak suka sama Raisa, Papa gak usah ngejelekin dia didepan Angkasa!” bentak Angkasa dengan raut wajah marah. 

“ANGKASA!!” teriak Adam. “Kalau kamu membantah ucapan Papa!! Maka Papa tidak akan segan-segan untuk menyakiti keluarga.....” 

“BRENGSEK!” sungut Angkasa. 

“Pilihan ada ditangan kamu sekarang, Angkasa!” 

Angkasa merengkuh dengan perasaan kecewa, Adam sama sekali tidak bisa ditahan kemauannya. Dia mengeram pelan, saat ini Angkasa tidak bisa apapun apalagi sampai untuk melawan Papanya. Karena Adam bisa melakukan apapun yang lebih kejam daripada Angkasa. 

Ini yang Angkasa takutkan sedari dulu, mungkin saja Raisa akan terluka karena para musuhnya, tetapi lain hal dengan ini, Raisa akan terluka ditangan Adam. Angkasa tidak ingin membahayakan Raisa. 

Angkasa lelah menjadi pewaris keluarga Wiratama, dia harus selalu mengikuti kemauan Papanya, dan membantu mengurus perusahaan Papanya.

“Angkasa gak bisa, Pa...” 

Keluhan Angkasa bagaikan tombak yang langsung menusuk didalam hatinya, ada perasaan yang tidak nyaman melihat Putranya sedih, dan seperti ada yang menyangkut ditenggorokan Adam ketika ingin bicara. 

“Papa, Raka gak suka sama Kak Clara, Raka maunya sama Kak Raisa, Pa,” kata Raka menghampiri mereka. “Kak Raisa baik, Pa. Dia suka bacain dongeng buat Raka, Kak Raisa juga sering masakin makanan untuk Raka, Kak Raisa baik, Pa.” 

“Masuk Raka,” ungkap Adam dengan nada lembut tetapi menekan semua kata-katanya. 

“Kak Clara galak, Pa. Raka gak suka sama dia, dia sering marahin Clara,” pungkas Raka. 

“Masuk Raka!” 

“Papa...” 

“Masuk!!” 

Mendengar bentakan Adam, sontak Raka langsung terkejut, pundaknya bahkan langsung menaik karena kemarahan Adam. 

“Gak usah bentak Raka!!” sungut Angkasa. “Raka sana masuk.” 

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang