40. AKSA (ANGKASA RAISA)

16.8K 1K 3
                                    

Raisa mendapati Angkasa tengah duduk termenung disebuah taman yang ramai. Hanya saja, saat ini Angkasa menyendiri, semari menekuk kedua lututnya.

Raisa tersenyum lebar, karena ini adalah tempat yang biasa Angkasa dan Raisa datangi. Mereka biasa kesini setelah pulang sekolah, karena jarak sekolah dari taman, tidak terlalu jauh. Taman ini pula, yang membuat Raisa dapat kenal Angkasa lebih dalam.

“Aku tau kamu disini.”

Saat mendengar suara yang amat Angkasa rindukan membuat hatinya terenyuh. Dia langsung menoleh, saat merasakan tangan yang menyentuh pundaknya.

Tatapan Angkasa melemah, saat melihat Raisa terduduk dikursi roda. Dia ingin meninggalkan Raisa, tetapi tangannya tertahan.

“Kenapa kamu selalu menghindar dari aku, Angkasa? Kenapa kamu menjauh dari aku? Aku kangen banget sama kamu, kenapa kamu seperti ini?” tanya Raisa sembari menggenggam tangan Angkasa. “Aku kangen banget sama kamu, Angkasa. Kangen banget.”

“Aku denger semua apa yang kamu ucapkan saat itu, tetapi aku gak bisa buka mata aku. Aku pengen nahan kamu untuk gak pergi jauh dari aku, tetapi gak bisa,” katanya. “Aku setiap hari nungguin kamu, aku berharap kamu bisa datang.”

“Jaket kamu selalu aku simpan, kadang juga aku pakai. Aku kangen banget sama kamu, Angkasa. Aku pengen banget kita seperti dulu, tetapi sekarang, kenapa kamu meninggalkan aku?” tanya Raisa dengan air mata yang sudah terjatuh.

“Apa karena aku lumpuh?” tanya Raisa. “Karena aku gak bisa jalan, sebab itu kamu menjauh dari aku? Aku akan bisa jalan, aku akan belajar jalan lagi, asalkan kamu jangan tinggalin aku.”

Angkasa menepis tangan Raisa, tetapi saat ada pergerkan dari Raisa, membuat Angkasa membalik badannya menatap Raisa kembali.

“Aku akan buktiin, kalau aku bisa jalan,” Raisa menahan tangannya dengan penyangga dikursi roda yang berada dikedua sisinya. “Kamu diam disitu, aku bakalan bisa jalan.”

Bruk!!

Angkasa langsung menangkap Raisa dengan memeluknya. “Jangan ceroboh, Ca!! Kamu masih belum bisa jalan!! Jangan kekanakan!! Kalau kamu jatuh, kamu bisa terluka!!” bentak Angkasa.

“Aku tau,” bisik Raisa sembari mengeratkan pelukan itu. “Jangan tinggalin aku. Aku tau ada yang kamu sembunyiin dari aku, aku tau kamu menjauh dari aku, karena ada alasannya.”

“Tapi apa alasan itu? Kasih tau aku, Angkasa!!”

Angkasa semakin mengeratkan pelukan itu, dia menahan pinggang Raisa agar tidak terjatuh. Dia merindukan tubuh mungil yang nyaman dipeluk, dia merindukan suara yang selalu nyaman saat terdengar ditelinganya.

“Maaf,” bisik Angkasa.

“ANGKASA SAPUTRA WIRATAMA!!”

Teriakan itu membuat Angkasa kembali tersadar, dan membuat Angkasa langsung melihat sekeliling.

Duar!!!

Sebuah tembakan yang melesat dengan tepat ditangan Angkasa, membuat Raisa langsung terkejut. Angkasa melepas pelukan itu, dan memindahkan Raisa ke kursi roda.

“Angkasa, tangan kamu?” tanya Raisa terkejut.

“Aku gapapa,” balas Angkasa.

“Tapi siapa yang nembak kamu, ini berdarah.”

Angkasa mengeram pelan, mencoba mengambil peluru kecil yang masuk ke tangannya diatas siku. Raisa mengeluarkan sebuah handuk kecil, lalu melilit tangan Angkasa dengan handuk itu.

“Kita kerumah sakit!!” ujar Raisa cemas.

“Angkasa kamu gapapa?” tanya Bryan langsung menghampiri Angkasa. “Sudah berapa kali, Om bilang!! Tahan nafsu kamu sebentar!! Lagi dan lagi kamu selalu menggalkan rencanakita!!”

“Ssshh!!” ringis Angkasa.

“Mereka sudah ada ditaman ini, dan tengah mengepung tangan ini, lebih baik kita segera menyerah.”

“GAK!! ANGKASA GAK AKAN MENYERAH DITENGAH JALAN!!”

“Jika kita tidak menyerah, maka kamu akan terluka, bukan hanya kamu, tetapi semua orang yang ada disini akan terluka!”

“Om, tolong bawa, Raisa! Angkasa akan pergi bersama anak Razel!!”

“Tidak!! Om akan menemani kamu!!”

“Jika Om menemani Angkasa, Raisa dan keluarganya akan bahaya. Om kali ini tolong ikuti rencana Angkasa, rencana ini akan menyelamatkan kita semua.”

“Ada apa, Angkasa? Sebenarnya ada apa?” tanya Raisa.

“Om, tolong Angkasa kali ini.”

“Baiklah, Om berharap kamu baik-baik saja. Jaga diri kamu terlebih dahulu, Om akan membawa Raisa ke tempat yang lebih aman.” Balas Bryan.

Dengan sekuat tenaga, Angkasa langsung meninggalkan taman itu, dia mengendarai motornya dengan keadaan susah payah. Saat Angkasa melirik kaca spion, sekelompok lelaki menggunakan pakaian hitam, dengan motor mereka, mengikuti Angkasa.

“Brengsek!!” ujar Angkasa.

Dia langsung memutar arah, dan megambil gang kecil untuk mengelabui sekelompok lelaki itu, dan pergi ke Warsep.

“Lo dari mana aja, Sa?!” ujar Robi.

“Eh, tangan lo kenapa, Bos?” tanya Hafiz.

***

Hoaaahhhh mau end guysss.
Kapan nich mau updateeeeee
Aku sayang kaliannnnnnnnnn muachhhhhhhhh!

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang