30. TEKA-TEKI

38.1K 2.2K 213
                                    

Angkasa menuruni jet pribadi tepat disebuah lapangan luas. Terdapat puluhan orang laki-laki yang menyambutnya menggunakan seragam hitam, yang Angkasa tau, mereka adalah anak buah papanya yang berada disini. 

“Selamat datang di London, Tuan muda Wiratama,” ucapnya. 

Angkasa hanya menaikan sebelah alisnya melihat laki-laki itu, tubuh yang sejajar dengannya, tetapi rambutnya berambut pirang. 

“Kami sudah menyiapkan mobil untuk anda naiki,” lelaki itu menunjuk sebuah mobil hitam yang terlihat mengkilat dan sangat indah. “Kami akan mengantar anda ke Mansion Wiratama.” 

Tak ada balasan kembali dari Angkasa, dia hanya bergumam  dengan meninggalkan koper, dan langsung menghampiri mobilnya. Lelaki itu tidak terkejut atas perlakuan Angkasa, justru dia malah tersenyum miring. 

“Mirip sekali denganmu, Bang...” batinnya

Tak berada jauh dari tempat awal mereka. Angkasa sudah berada disebuah rumah besar bernuansa putih dan emas, banyak sekali penjaga yang berdiri didepan rumah itu. Luasnya teras mampu membuat Angkasa terkesan, dia tidak mengetahui bahwa papanya ternyata memiliki rumah sebesar ini. 

“Kenapa? Apa kamu terkejut akan hal ini?” tanya lelaki itu. 

“Kenapa cara berbicara anda berbeda dengan yang tadi? Anda tidak menghormati saya?!” sungut Angkasa. 

Lelaki itu tersenyum, “Disini kita hanya berdua, kamulah yang harus menghormati saya,” katanya. 

“Apa papa sering kesini?” tanya Angkasa mengalihkan topik pembicaraan. 

“Menurutmu?” 

“Saya bertanya kepada anda, kenapa anda membalik pertanyaan itu ke saya?” 

“Bicaralah seperti biasa, saya bukan orang jauh dari keluarga Wiratama,” ucapnya. 

“Maksudnya?” tanya Angkasa. 

“Lupakan,” balas lelaki itu. “Nama saya Bryan, kamu bisa memanggil saya, Bryan, atau sesuai keinginan kamu.” 

“Om, saya akan memanggil anda, Om,” balasnya. 

Bryan langsung tersentak karena ucapan Angkasa, dia menatap Angkasa dengan tatapan berbinar dan horor. Ada rasa bangga kepada dirinya, ada rasa sedih yang amat mendalam yang Bryan rasakan. 

“Inilah yang saya inginkan, saya merindukan kamu,” batinnya. 

Kedatangan Angkasa langsung disambut beberapa pelayan muda yang berdiri di kedua sisinya, tetapi tidak ada yang menarik disini, yang Angkasa inginkan hanyalah Raisa. Sekalipun banyak perempuan bule menarik disini. 

Dia diajak Bryan memasuki rumah itu. Angkasa kembali terkesan karena arsitektur rumah ini menjadi perhatian pertamanya, tak disangka, kedua orang tuanya memiliki selera yang tinggi. 

“Istirahatlah disini, saya akan menyiapkan minuman untuk kamu.” 

Angkasa berbaring dikasur yang amat luas, dua kali lipat dari kasur biasanya. Suhu ruangan disini juga sangat dingin, karena sedang musim panas. Tangannya tergerak meraih ponsel dengan walpaper wajah Raisa memeluk boneka miliknya. 

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang