SALLY

835 140 6
                                    

Jack, Rick dan Jessica ingin melanjutkan sekolah mereka. Jika harus pulang ke tempat asli mereka, mereka akan kehilangan Jaz dan keabadian mereka. Bagi anak nakal seperti mereka, keabadian sangat lah penting karena hal itu dapat membuat mereka melakukan apapun yang mereka suka.

Setelah sekian lama mencari tepat untuk bersekolah yang bagus, akhirnya mereka menemukannya. Namun sayangnya, mereka tidaklah memilih sekolah yang sama.

"Jadi bagaimana? Kita akan pisah sekolah?" Tanya Jessica.

Jack dan Rick terus berpikir. Akan bahaya kalau mereka bertiga pisah. Jika ada yang tahu kalau mereka adalah Tiga Remaja Gila, mereka sudah pasti akan di segani, namun hal itu juga bisa buat mereka terancam.

"Lebih baik jangan, aku menemukan SMA terbaik di kota ini. Ayo kita ke sana. Sally, tetaplah berada di rumah dan jangan kemana mana. Aku tidak mau kau pergi dariku."  ucap Jack.
Jaz mengangguk patuh. Ia tersenyum senang karena Jack sangat perhatian padanya.

Jaz memanglah seorang iblis, namun ia belum tahu banyak. Ia belum setinggi azazil yang mengetahui apa isi hati manusia.

Bagi Jaz, Jack itu adalah tuan yang sangat baik. Jack selalu memberi perhatian padanya. Tidak seperti Jessica dan Rick. Ia dapat melihat aura tidak suka dari mereka berdua saat ia dan Jack saling bercanda.

Melihat bagaimana serunya interaksi antara manusia di dunia fana membuat Jaz mempunyai impian gila. Ia ingin dikenali sebagai Jaz si manusia, bukan Jaz si iblis. Impian gila itu sudah pasti tidak akan terwujud. Walaupun dirinya dapat merubah bentuknya menjadi manusia, bukan berarti jati dirinya sebagai iblis akan hilang. Namun, karena hal itu lah ia akan semakin dianggap iblis.

Manusia tahu, iblis bukanlah makhluk Tuhan yang baik. Maka dari itu, mereka selalu menjaga jarak dari Jaz. Jaz merasa kalau hari kecilnya terluka.

Tapi hal itu tidak dilakukan oleh Jack. Satu kebaikan yang dilakukan oleh Jack pada Jaz membuat Jaz ingin terus bersama Jack. Walau Jaz harus menahan keki saat bertemu Rick dan Jessica. Tapi tak apa, selama ada Jack, ia akan bahagia.

Sudah sekitar dua jam Jaz menunggu kepulangan Jack. Ia bingung mau melakukan apa saat Jack tidak bersamanya.

BRAK!

Jaz terlonjak kaget saat pintu rumah terbuka kasar.

Jaz menatap tuannya yang sedang menahan amarah. Wajah tuannya memerah, dan rahang tuannya mengeras.

"Sudahlah Jack, kau tidak perlu terlalu memikirkan perkataan pria tadi." Ucap Rick. Ia mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia.

Jack menutup wajahnya dengan tangannya yang besar. "Tidak, dia sudah membuatku malu di tempat umum."

"Tidak ada yang mendengar percakapan kalian." Ucap Jessica.

"Tetap saja, harga diriku telah di pihak olehnya."

Jessica memutar bola matanya malas. Jack terlalu baperan.

"Jaz, apa kau bisa mengatur permainan pembunuhan nanti malam?" Tanya Jack pada Jaz.

Jaz gelagapan. "U-untuk apa, tuan?" Jaz bertanya balik.

[✓] 1. Petak UmpetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang