Empat

11.4K 1.1K 128
                                    

Jimin duduk di ruang tamu dengan dua orang pria dewasa dihadapannya. Ayahnya dan satu lagi Jimin tidak kenal.

Seojoon nampak menimang apa yang harus ia katakan supaya Jimin tidak marah dan mengerti. "Jimin."

"Iya?" Jawab Jimin.

"Kau tahu 'kan Ayah sangat menyayangimu?" Tanya Seojoon pelan.

Jimin mengangguk. "Iya, kenapa?" Jimin merasa bahwa apa yang akan dikatakan Ayahnya setelah ini pasti bukan sesuatu yang baik karna ekspresi gugup Ayahnya itu sangat jarang Jimin lihat. Apapun yang akan Ayahnya katakan pasti sesuatu yang tak tertuga.

Jungkook hanya diam memperhatikan bagaimana cara Seojoon menyampaikan keinginannya pada Jimin. Ia memperhatikan bagaimana ekspresi Jimin yang menyimak seksama apa yang akan Seojoon katakan.

Seojoon menarik nafas pelan lalu menatap Jimin mantap. "Ayah sudah menjodohkanmu dengan Jungkook. Pernikahan kalian akan diadakan secepatnya."

Jimin berdiri cepat dengan mata menatap terkejut ayahnya. "Apa-apaan?! Menikah? Dijodohkan? Yang benar saja, aku tidak mau!"

Seojoon ikut berdiri dan menyentuh lembut bahu Jimin. "Ayah sudah memikirkannya Jimin, ini yang terbaik."

Jimin menghempas lengan ayahnya. "Terbaik apanya?! Kau menjodohkan aku dengan seorang pria? Aku ini juga pria Ayah! Kenapa harus dengannya?!" Jimin menunjuk Jungkook dengan mata tajam. Jungkook diam tidak bereaksi, ia mengerti jika Jimin akan bereaksi begini.

Seojoon menurunkan telunjuk Jimin yang mengarah pada Jungkook. "Ini sudah takdir Jimin." Seojoon menarik Jimin untuk kembali duduk. "Kau tahu 'kan kau itu punya rahim?"

Jimin menurut dan duduk kembali. Ia menatap sinis Jungkook dan menatap tidak suka ayahnya. "Lalu kenapa jika aku punya rahim? Masalah?! Ayah malu punya anak sepertiku jadinya dijodohkan dengan pria tua ini?" Tunjuk Jimin pada Jungkook.

Jungkook menatap Jimin datar. Tua apanya? Dia tidak tua, hanya sedikit terlalu lama hidup di dunia. Lagi pula walaupun Jungkook sudah lama hidup penampilannya sama sekali tidak menua, ia sangat tampab dan muda.

Seojoon menatap penuh pengertian pada Jimin. "Ayah sama sekali tidak menyesal punya anak sepertimu. Ayah sangat menyayangimu, Jimin. Kau memang lahir untuk menikah dengan Jungkook, sudah keputusan yang tepat menikahkan kalian segera."

Jimin lagi-lagi menggeleng dan berdiri. "Tidak mau! Aku tidak mau menikah dengan dia atau dengan siapapun. Mulai sekarang aku tidak suka Ayah!" Lalu Jimin pergi ke kamarnya meninggal Jungkook dan Seojoon yang masih diam mematung.

Seojoon menatap Jungkook menyesal. "Maafkan sikap Jimin, Yang Mulia."

Jungkook menggeleng, "Tidak apa-apa, dia hanya sedikit terkejut mungkin nanti ketika dia sudah tenang dia akan mengerti."

Di dalam kamar Jimin menghempas tubuhnya ke ranjang dan memukul-mukulkan kakinya di kasur. Ia kesal juga marah pada ayahnya. Bisa-bisanya ayahnya  berpikir menjodohkannya dengan pria asing yang tidak Jimin kenal.

"Benci, benci, bencii, aaahhhh!" Teriakan Jimin teredam kasur karna ia yang tengkurap. Jimin bahkan sudah menangis. Sedikit berlebihan tapi mungkin karna hormon datang bulannya ia jadi begini.

Setelah puas menangis Jimin meraih boneka srigalanya. Ia memandang sedih pada boneka yang ia beri nama Tata itu. "Tata, Ayah menjodohkan aku dengan seorang pria~" curhat Jimin pada Tata.

Jimin kembali sesenggukan. "Pria itu tampan dan sepertinya kaya, hidupku akan sejahtera jika  menikah dengan dia. Tapi-tapi itu menjatuhkan harga diriku sebagai pria sejati jika aku menikah dengannya."

Queen [Kookmin/Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang