Sebelas

9.5K 1K 69
                                    

BAM!

BAM!

Jimin menatap Jungkook setelah terus mendengar suara ledakan dari arah yang lumayan jauh dari mereka. Sejujurnya suara-suara itu sedikit membuat Jimin takut.

Jungkook yang mengerti ketakutan Jimin mencoba menenangkan dengan mengusap punggung Ratunya.

"Tidak apa-apa, Ratu. Jangan takut. Aku sedang berusaha sebisaku agar mereka tidak sampai menyakitimu dan seluruh kaumku."

Walaupun Jungkook mengatakan tidak akan terjadi apa-apa tapi tetap saja dalam hati kecil Jimin ia ketakutan.

Tanpa menggerakkan tangan pintu kamar Jungkook terbuka lebar mempersilahkan kedua pengantin tersebut masuk.

Kamar Jungkook yang memang biasanya tidak pernah terang, sekarang menyala lilin-lilin yang membuat suasana kamar terkesan horor tapi tetap romantis. Kamar Jungkook yang luas bergaya klasik khas kamar seorang raja membuat suasana benar-benar terasa sakral.

Jungkook meletakkan Jimin perlahan di ujung ranjang besar miliknya. Suasana kamar sangat sepi dan rasanya hanya terdengar suara degup jantung Jimin yang berdetak kencang. Untuk pertama kalinya saat hendak bercinta Jimin gugup!

Jimin berdehem saat Jungkook hanya diam dan terus memandang lekat dirinya. "Ekhem, Jungkook, ehm... itu... a-anu..."

"Hm?"

Jimin mengerjap saat suara berat nan serak Jungkook mengalun merdu tepat di telinganya membuat ia merinding. Kenapa jadi begini?! Seharusnya Jungkook yang gugup karena Jimin bukan sebaliknya!

Gigi Jimin bergemelatuk kesal. Tidak boleh! Jimin tidak boleh jadi pihak lemah! Situasi canggung ini harus di balik, pokoknya yang harus gugup hanya Jungkook, dirinya tidak boleh begini!

Jimin mendongak menatap Jungkook tepat di matanya. Nyali yang semula berapi-api kini menciut saat tatapan dan mata yang menggelap tersebut. Seakan Jimin bisa melihat hanya ada Jimin di mata itu. Jimin tenggelam di dalam mata kelam Jungkook.

Jungkook menunduk dan mengecup bibir Jimin yang sedikit terbuka. Ia berbisik tepat di depan bibir tebal semerah mawar tersebut.

"Kau tahu seberapa lama aku menunggumu, Ratu?" Ia membelai wajah ratunya.

Jimin menggeleng. "Memangnya seberapa lama?"

Jungkook duduk di hadapan Jimin. "Sangat lama. Lebih dari seratus tahun aku menunggu kau yang sudah dijanjikan untukku. Selama itu seluruh teman-temamku sudah menikah dan mempunyai anak, hanya aku yang tertinggal. Beberapa orang meragukan dan hendak menurunkan jabatanku karena aku yang tidak bisa memberi pada mereka keturunan."

Ia tersenyum kecil. "Kau tahu, Ratu? Seorang Raja atau pemimpin yang tidak mempunyai pendamping dan penerus biasa disebut pemimpin yang cacat. Aku sering di hina begitu oleh semua orang."

Jimin menatap sedih Jungkook. "Benarkah? Lalu kenapa kau tidak mencari pria cantik saja? Banyak pria pihak bawah yang ada di dunia ini. Kenapa kau malah menunggu aku yang bahkan kau sendiri tidak tahu aku terlahir kapan dan bagaimana. Kenapa kau percaya bahwa kita pasti akan bertemu?"

Jungkook mengecup punggung tangan Jimin yang tengah ia genggam. "Selama ratusan tahun gairah seksualku sama sekali tidak ada, Ratu. Sama sekali tidak. Entah pada wanita atau pria cantik seperti yang kau bilang, aku sama sekali tidak pernah tertarik pada mereka. Libidoku tidak pernah naik selama ini, itu seperti mati dan tidak berfungsi sama sekali."

"Pria seperkasa kau sama sekali tidak tertarik pada siapapun?!" Kaget Jimin tidak menyangka bahwa pria yang bahkan baru Jimin lihat sekilas sudah seperti playboy cap kakap ternyata sama sekali tidak pernah berkeinginan begitu.

Jungkook mengangguk. "Hm."

"Tapi kenapa bisa begitu?! Karena maaf-maaf saja, Jungkook. Selama di duniaku setiap malam harus ada penghangat di ranjangku karena nafsuku itu tinggi. Kenapa kau bisa sama sekali tidak merasa berkeinginan begitu?"

"Kau tahu kenapa istana kita sekarang di serang?"

Jimin menggeleng tidak tahu. Dirinya bahkan belum sampai sebulan tinggal di sini, mana mungkin ia tahu permasalahan istana Jungkook.

"Ratusan tahun lalu aku pernah menolak ajakan menikah dari putri Raja Penyihir. Karena penolakanku mereka jadi merasa  malu dan mengutukku agar tidak ada wanita manapun yang bisa memilikiku, itu karena dia merasa sakit hati. Mungkin karena kutukan itu perasaan gairahku juga ikut terkunci."

BAM!

BAM!

Jungkook melihat pada jendela sebentar lalu menatap Jimin kembali. "Sampai sekarang mereka terus menyerangku dan selalu mengibarkan bendera permusuhan untukku dan kaumku. Mereka bahkan mengajak kaum lain untuk turut membenciku. Karena itu istana dan seluruh kerajaanku diberi lapis sihir pelindung oleh Jackson agar mereka tidak bisa menganggu kami lagi."

Jimin mengangguk-angguk mendengar cerita Jungkook. Jadi itu sebabnya kenapa Jungkook mengatakan bahwa Jimin terlahir untuknya. Baiklah Jimin mengerti sekarang.

"Lalu, Jungkook, apa hubungan permusuhanmu dan anak kita? Apa jika anak kita lahir permusuhan akan berhenti?"

Jungkook menggeleng. "Aku juga tidak tahu bagaimana pastinya. Tapi yang jelas adanya anakku di dalam perutmu bisa melindungimu dari sihir mereka. Mereka berencana membunuhmu lewat sihir."

Jimin memicing menatap Jungkook. "Tapi kau bilang kau tidak pernah bergairah. Jika batangmu tidak tegang kita tidak bisa bercinta, Jungkook!"

Mata Jungkook membola. "Aku juga tahu itu, Ratu!" Dia berdecak dan menbawa tangan Jimin menyentuh selangkangannya yang terasa sesak. "Kau bisa merasakannya? Sejak aku melihatmu untuk pertama kalinya ini selalu tegang. Berada di dekatmu selalu membuatku hampir gila. Feromonmu sangat memabukkan dan membuatku selalu ingin menerkammu."

Jimin meneguk ludah kasar saat apa yang dipegangnya benar-benar keras dan tegang.

Jungkook mendengus. "Kau bisa merasakannya bukan? Kau tidak tahu saja bagaimana aku selalu menahan diriku sampai kau bersedia, Ratu."

Salah satu sudut bibir Jimin terangkat, ia membawa tangan Jungkook untuk menyentuh perut datarnya.

"Kalau begitu, buat agar ada anak di sini, Jungkook."

Seringai Jimin yang sangat sayangnya malah sangat menawan di mata Jungkook sontak membuat libido Jungkook sampai ke ubun-ubun. Ia mengukung tubuh mungil Jimin.

"Batas kesabaranku hanya sampai di sini, Ratu. Kau yang meminta, aku akan bekerja keras sampai anak kita jadi malam ini juga." Geraman Jungkook amat jantan di telinga Jimin.

Jimin tertawa pelan dan mengecup rahang tegas Jungkook. "Kita akan bekerja sangat keras."



/Tbc







Adegan ehemnya skip aja ya. Tiba-tiba merasa tidak sanggup aku tuh wkwk.

Queen [Kookmin/Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang