Dua puluh delapan

8.2K 1K 172
                                    

"Yang Mulia."

Jungkook berbalik kearah suara yang telah memanggilnya. Sejujurnya dirinya sedikit bingung saat tiba-tiba ia berada di tempat ini, tempat yang terlihat seperti taman di atas awan. Bukannya sebelumnya ia berada di penjara sihir? Lalu dirinya sekarang dimana? Tempat indah apa ini.

"Yang Mulia, kau bisa mendengarku?"

Jungkook menggeleng, merasa tersadar. Ia mengernyit pada wanita cantik anggun yang tengah berdiri dihadapannya dengan dua serigala yang mengikuti di belakang tubuh si wanita.

"Kau siapa?" tanya Jungkook.

Sang wanita tersenyum lembut membuat dada Jungkook berdesir, bukan desiran cinta tapi lebih ke perasaan gugup juga deg-degan. Jungkook tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, sebelum bertemu Jimin.

"Yang Mulia--"

"Moon Goddes? Kau seorang Dewi?" ucap Jungkook saat baru menyadari jika tepat di kening sang wanita terdapat tanda bulan yang bersinar putih, juga penampilan si wanita yang terasa sangat anggun namun misterius membuat Jungkook yakin dan secara spontan langsung berpikiran jika wanita dihadapannya ini adalah sang Dewi bulan.

Dewi tersebut tersenyum dan mengangguk anggun, "Kau bisa mengenali ku, Yang Mulia."

Jungkook menunduk memberi hormat pada seorang Dewi dihadapannya, sang Dewi bulan.

"Seorang raja tidak menunduk pada siapapun, Yang Mulia."

Jungkook bangkit menatap pada sang Dewi, "Tapi anda seorang Dewi, raja sekalipun harus tunduk pada anda."

Dewi bulan terkekeh ringan, "Kau memang raja paling bijaksana dan bertanggung jawab, Jungkook. Raja terbaik dari yang paling baik. Hanya saja, Yang Mulia, kau tidak perlu terus mengalah."

Jungkook diam memperhatikan sang Dewi yang tengah mengelus kepala serigala yang setia di samping sang Dewi.

"Jangan selalu berpikir mengalah dan menjauhi masalah adalah jalan terbaik, Yang Mulia. Hadapi dan kalahkan siapapun yang menghalangimu."

"Aku mencoba melindungi rakyat ku dari peperangan yang tidak ada artinya. Tujuan mereka menyerang tidak terlalu jelas. Mereka menyerang untuk merebut kerajaanku, melindungi kerajaan dan seisinya dengan lapis sihir yang dibuat Jackson sudah bisa mencegah pertumpahan darah. Aku hanya mencegah banyak korban berjatuhan."

Sang Dewi tertawa mendengar penjelasan dari Jungkook membuat raja vampir itu sedikit cemberut. Apanya yang lucu? Dirinya memang hanya mencegah banyaknya korban yang berjatuhan dari keegoisan dan kekonyolan putri penyihir yang cintanya ia tolak.

Bukankah memang konyol hanya karena cintanya ditolak membuat sang ayah alias raja penyihir membuat dan menghasut seluruh kaum menyerang dirinya dan kerajaannya? Jungkook hanya mencegah peperangan terjadi akibat alasan yang konyol.

"Aku bisa membaca pikiranmu, Yang Mulia. Entah alasan apapun itu, peperangan tetaplah peperangan. Bahkan peperangan untuk melindungi ratu dan calon raja dari jeruji besi musuh itu juga perlu kau lakukan. Kau harus melawan mereka."

"Calon raja?" bingung Jungkook yang membuat senyum kecil di bibir sang Dewi terbit.

"Kau bukan hanya bertanggung jawab melindungi rakyat dan ratumu saja, tapi juga calon raja yang aku titipkan di rahim ratumu, Yang Mulia."

"A-apa,"

Sang Dewi terkekeh, "Penantian mu akan segera berakhir. Pewaris takhtamu akan segera lahir, Yang Mulia."

Jungkook tidak dapat menyembunyikan senyumannya, ia tersenyum lebar mengetahui fakta jika ia akan segera menjadi seorang ayah.

"Ratuku tengah mengandung," bahagia Jungkook membayangkan ia yang akan langsung memeluk Jimin jika mereka sudah bertemu nanti.

Queen [Kookmin/Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang