Empat belas

8.4K 934 38
                                    

Jimin jalan mondar mandir memperhatikan keadaan kacau di luar istana dari balik jendela kamarnya. Ia tegang, takut dan juga khawatir. Apalagi tidak adanya Jungkook di sampingnya membuat Jimin kian gelisah.

Brak

"Akh, sialan!" Jimin tidak sengaja menabrak meja dan menjatuhkan vas yang ada di sana. Ia berdecak marah.

"Jungkook sialan! Aku menikah dengannya untuk hidup tenang. Tapi apa yang dia berikan padaku? Peperangan dan kekacauan. Aku di sini takut, bodoh! Cepat kembali!" Maki Jimin pada Jungkook yang ia lampiaskan pada vas yang terpecah bela.

BAM!

BAM!!

"Ish! Sampai kapan ini berakhir?! Sebenarnya peperangan apa ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak bisa jika harus tetap diam di sini." Jimin menggigit kuku tangan memikirkan apa yang harus ia lakukan.

"Dari kemarin Jungkook belum pulang. Ada apa dengan Jungkook? Apa Jungkook tewas?!"

Jimin menggelengkan kepalanya kuat saat pemikiran aneh itu muncul di kepalanya.

"Tidak! Tidak boleh! Jangan tewas dulu! Aku tidak mau jadi duda! Huaa!"

Jimin menghempas tubuhnya di ranjang besar kamarnya dan Jungkook, menghentak-hentakkan kaki. Ia sangal kesal, takut dan bosan.

"Huaa, Jungkook, cepat kembali!!!" Teriak Jimin frustasi.

***

Jungkook mengelap darah yang mengotori dagunya. Entah sudah berapa musuh yang ia habisi tapi rasanya tidak ada habisnya. Semua rencana musuh ini sangat matang. Sepertinya penyerangan ini sudah direncanakan sejak lama.

"Hoseok, apa pasukan kita masih banyak? Dan berapa orang yang menjaga ratu di istana?" Tanya Jungkook saat melewati Hoseok dan menghajar musuh yang menyerang.

"Sekitar sepertiga vampir menjaga istana dan seluruh sisanya ada bersama kita." Jawab Hoseok.

"YANG MULIA AWAS!"

Jackson menangkis belati perak yang hampir saja mengenai Jungkook. Untung ia cepat atau Jungkook dalam bahaya.

Melihat belati perak itu membuat Hoseok dan Jungkook mundur beberapa langkah. Bisa bahaya jika mereka terkena atau terluka karena belati itu. Mereka bisa tewas. Karena, selain matahari, perak juga merupakan kelemahan terbesar vampir.

"Siapa yang menyerang menggunakan belati perak? Bukannya ini juga kelemahan werewolf? Mereka seharusnya tidak bisa menyentuh ini." Tanya Hoseok.

"Para penyihir yang membawanya. Di sebelah sana, para vampir banyak tewas karena belati ini." Jackson menunjuk ke arah tempat dirinya datang.

"Ini bahaya bagi kita, Yang Mulia. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Jungkook menatap diam pada menara istananya yang masih dapat ia lihat dari jarak peperangan mereka. Saat ini pikirannya hanya tertuju pada keselamatan Jimin. Bagaimana dengan Jimin.

"Prioritas kalian ratu. Selamatkan ratu. Pergi ke istana sekarang dan pastikan ratu baik-baik saja." Perintah Jungkook.

"Lalu bagaimana dengan anda, Yang Mulia?" Tanya Hoseok khawatir.

"Jackson akan bersamaku. Pergilah, Hoseok. Pastikan Jimin baik-baik saja."

Hoseok mengangguk patuh. "Baik, Yang Mulia."

Perginya Hoseok membuat Jungkook sedikit lega. Setidaknya walaupun keadaan sangat kacau dan di luar kendali, Hoseok orang kepercayaannya ada bersama ratunya.

***

Hoseok menatap terkejut pada halaman istana yang berantakan. Apa yang terjadi? Apa paar musuh berhasil menembus penjagaan istana?

Hoseok berlari cepat menuju dalam istana. Dilihatnya keadaan yang sama kacaunya sama seperti keadaan halaman luar. Hoseok panik.

"RATU?" Teriak Hoseok di seluruh penjuru istana. Ia berlarian mencari Jimin.

Merasa tidak menemukan Jimin di manapun membuat Hoseok semakin panik. Ia menarik kerah kemeja seorang vampir yang tergeletak di lantai.

"Hei, bangunlah! Apa yang terjadi?! Dimana ratu?!" Teriak Hoseok.

"Uhuk..."

Hoseok menepuk-nepuk pipi vampir tersebut mencoba menyadarkannya.

"Dimana ratu?! Apa yang sudah terjadi di sini?!"

Vampir tersebut membuka mata sekuat tenaga, mencoba berbicara pada Hoseok.

"Beberapa orang berpakaian serba hitam menyusup dan menyerang istana. Mereka membawa belati perak dan menyerang kami. Maafkan aku tapi aku tidak tahu ratu kemana."

Hoseok menghempas vampir tersebut. "Bagaimana ini?! Bagaimana jika ratu dalam bahaya?! Apa yang harus aku katakan pada Yang Mulia Jungkook." Perasaan bersalah menghantui Hoseok. Ia merasa bersalah karena terlambat datang.

Hoseok bergegas kembali ke tempat Jungkook. Selama beberapa saat ia terus memejamkan mata mencoba membaca sesuatu tapi yang ada hanya gelap. Sama sekali tidak ada gambaran.

Hoseok memukul kepalanya. Kenapa di saat penting seperti ini ia tidak bisa membaca dan memprediksi ini? Dia selalunya bisa membaca masa depan. Ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa membaca masa depan Jimin.

"YANG MULIA."

Jungkook menatap sekilas Hoseok dan kembali menyerang musuh-musuhnya. "Ada apa? Kenapa ke sini lagi? Aku memerintahkanmu untuk menjaga Jimin."

Hoseok menelan ludahnya gugup. Merasa takut akan fakta yang menyakitkan mengatakan ini.

"Yang Mulia, istana diserang oleh orang berpakaian serba hitam. Mereka membawa belati perak membuat penjaga tidak berdaya."

Jungkook menatap Hoseok terkejut. "Lalu?! Bagaimana Jimin?!"

"Ra-ratu, ratu hilang. Kemungkinan besar dibawa pergi orang-orang itu."

Kepalan tangan Jungkook yang ingin menyerang musuh terjatuh. Ia menatap Hoseok marah.

"Cari Jimin sekarang!" Teriak Jungkook marah.

Untuk pertama kalinya, Jungkook yang selalu tenang sekarang marah karena ratunya yang menghilang.

"Aku tidak mau tahu. Jimin harus segera ditemukan!"

"Ba-baik, Yang Mulia."




Tbc

Queen [Kookmin/Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang