Dua puluh lima

7.3K 917 119
                                    

"Vyan! Monyet itu melempari kita terus! Makan, ayo! Ayo, makan dia, Vyan!" Teriak Jimin menunjuk monyet putih yang masih anteng menatap mereka dari atas pohon dengan tenang.

Vyan alias Taehyung diam mereka benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang. Vyan menatap bergantian antara monyet itu dan Jimin, dirinya menggeram.

Grrr.

Hanya geraman ringan tidak bermaksud menakuti lawan namun monyet itu langsung berhenti melempari mereka ranting. Taehyung tersenyum, dirinya adalah mate monyet itu, apapun perintah Taehyung monyet itu harus dan memang sepatutnya menurut.

Namun, cemberut di wajah Jimin masih nampak jelas. Suami dari Jeon Jungkook itu duduk dan mendesah kencang, "Huuaaaa, Jungkook, aku merindukanmu!! Jemput aku!!" Teriak Jimin nyaring bergema memenuhi hutan yang sepi nan lembab.

Jimin menatap tajam pada Vyan dan menunjuknya tepat di mata hewan besar itu. "Cepat tukar shift dengan Taehyung! Aku butuh teman bicara!" Teriak Jimin.

Trak.

"AUWH!" Jimin berteriak tatkala ranting kecil lagi-lagi mengenai wajahnya. Monyet itu benar-benar.

Kasihan melihat Jimin yang nampak frustasi, Vyan memutuskan untuk bertukar shift dengan bentuk manusianya.

"Jungkook, aku tidak suka tempat yang tidak ada kau di sana. Aku tidak suka hutan ini. Hutan tampak menyeramkan jika tidak adanya kau. Apa kau mencari ku? Kenapa lama sekali! Jemput aku di sini." Racau Jimin memainkan ranting di tangannya dan mencoret-coret tanah tempatnya duduk.

"Jimin,"

Jimin mendongak menatap tubuh tinggi Taehyung yang tengah menatap kearahnya. "Ayo, bangun. Kita harus kembali melanjutkan perjalanan."

Jimin menggeleng seperti anak kecil menunjuk monyet putih di punggung Taehyung yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Kenapa kau mengajak monyet itu?!" Tanya Jimin bingung karena tidak menyadari sejak kapan Taehyung akrab dengan monyet tersebut.

Taehyung tersenyum kecil, "Aku memang harus membawanya, Jimin. Sekarang, ayo. Aku janji dia tidak akan menyakiti mu lagi."

Meski masih cemberut, Jimin bangkit dengan menerima uluran tangan besar Taehyung. Ia membersihkan dedaunan yang menempel di celana dan melanjutkan perjalanan bersama Taehyung di sampingnya.

Oh, ya, jangan lupakan monyet yang bertengger di punggung lebar Taehyung. Kenapa monyet itu ikut, sih. Pikir Jimin.

***

"Kau kalah."

Dibalik jeruji besi yang telah dilapisi sihir, Jungkook diam menatap lantai penjara yang nampak lembab dan dingin. Wajah Jungkook mengeras mengingat bagaimana liciknya Jiyeon yang bekerja sama dengan para penyihir melawan dirinya dengan menggunakan senjata kelemahan vampir.

Belati perak.

Padahal kaum werewolf juga lemah akan senjata itu namun liciknya Gong Yoo alias raja penyihir-lah yang menggunakan senjata itu sedangkan Jiyeon hanya diam melihat dengan tenang dan senyuman kemenangan. Benar-benar licik.

"AKHH!!"

Tangan Jungkook terkepal mendengar teriakan kesakitan dari beberapa kaumnya yang sebelumnya terkena goresan belati perak. Jelas itu sangat sakit, tapi Jungkook bisa apa. Jungkook tidak bisa melakukan apapun di balik jeruji ini.

Jungkook menghela napas, memejamkan mata memikirkan kejadian-kejadian yang terus menimpa dirinya. Semua ini terus saja menimpa dirinya sejak ia menolak cinta Putri Gong Yoo.

Jungkook berpikir apakah salah dirinya menolak orang yang tidak ia cintai?

Menurut Jungkook cinta itu tidak bisa dipaksakan, jadi menurutnya keputusannya menolak cinta wanita itu sudah benar meski dirinya harus melewati banyak kesulitan. Lagi pula dibalik semua kesulitannya ia dikirim seseorang yang akan selalu menemaninya.

Park Jimin,

Ah, tidak. Maksudnya Jeon Jimin. Suami Jungkook.

Jungkook tersenyum teringat bagaimana dirinya yang hampir frustrasi menunggu tahun demi tahun menanti seseorang yang katanya akan menjadi ratu di istananya, ratu di hatinya. Jungkook bahkan sempat putus asa merasa seharusnya tidak perlu mempercayai ramalan itu. Lagi pula Jungkook sempat berpikir apakah nanti ia bisa mencintai dan menerima orang itu? Apa Jungkook bisa?

Namun, hari dimana Hoseok mengatakan ratunya telah lahir. Hari dimana dirinya untuk pertama kalinya melihat sang kekasih yang sudah ditakdirkan untuknya, Jungkook jatuh. Jatuh dalam mata seindah sabit. Jatuh ke dalam pesona ratunya yang memancar membuatnya terpikat. Jatuh akan suara lembut yang mengalun indah di telinga. Jungkook jatuh, jatuh cinta pada takdirnya.

Jungkook kembali jatuh semakin dalam saat hari dimana ia mengucapkan janji untuk hidup bersama ratunya selamanya. Saat dimana Jungkook mencium kening Jimin, Jungkook kembali jatuh. Saat melihat bagaimana Jimin yang sangat unik dan berbeda membuatnya tertawa, Jungkook kembali jatuh. Jungkook akui dirinya jatuh cinta, benar-benar jatuh dan mencintai Jiminnya.

Jungkook mengepalkan tangannya kuat. Dirinya tidak boleh menyerah dan pasrah di kandang besi lapis sihir ini. Dirinya harus keluar dari sini dan segera menemukan ratunya. Jiminnya pasti sudah lama menanti kedatangannya.

"Jimin, aku janji akan segera menemuimu. Dimana pun kau berada, bertahanlah." Gumam Jungkook menatap pada cincin pernikahan mereka.

***

Jimin mendengus melihat bagaimana monyet putih yang hanya menurut jika Taehyung yang memerintah. Seperti saat ini, mereka tengah duduk di bawah pohon rindang dan Jimin hanya melihat bagaimana Taehyung yang mengelusi monyet berbulu putih halus itu. Sedangkan tadi saat Jimin ingin ikut mengelus, monyet itu malah memukul pelan tangan Jimin. Monyet menyebalkan.

"Sangat menyebalkan. Aku disini hanya nyamuk melihat serigala pacaran dengan monyet. Kalian menyebalkan," gerutu Jimin.

Taehyung terkekeh, "Kau tahu kenapa kami bisa cepat akrab?" Tanya Taehyung tetap mengelus kepala monyet tersebut.

Jimin menggeleng, "Tidak tahu dan tidak mau tahu!"

"Aku tetap akan memberi tahumu. Dia, monyet ini adalah mate-ku, Jimin. Kau tahu istilah mate, kan?"

Jimin membulatkan mata, "Bukannya mate itu pasangan yang sudah ditakdirkan? Berarti, kau dan monyet ini..."

Taehyung mengangguk pada Jimin yang nampak shock.

"Mmphh,"

Jimin menahan tawa saat menatap bergantian antara wajah tampan Taehyung dan monyet putih yang berada di pangkuan pria tampan itu. Benarkah? Haruskah monyet? Astaga, apa-apaan takdir Taehyung ini.

Taehyung menghela napas dan ikut menatap mate-nya. "Sejujurnya aku juga bingung, sama sepertimu. Tapi aku dan Vyan sangat yakin dia adalah mate kami."

Segaris senyuman terlukis indah di wajah tampan Taehyung saat menatap monyet tersebut. Dirinya yakin sebab hatinya yang memilih dan meyakinkan dirinya. Entah takdir apa dan bagaimana tapi dirinya tetap menerima mate-nya apa adanya.

Jimin mendongak menatap pada matahari yang perlahan mulai terbenam. "Taehyung, haruskah kita segera cari tempat berlindung? Hari sudah hampir malam."

Taehyung mengangguk. "Kita memang sudah dekat dengan tujuan kita. Ayo, hanya sebentar lagi dan kita akan secepatnya menemui suamimu."

Mendengar suaminya alias Jungkook membuat Jimin mengangguk semangat. Ia bangkit dan berjalan cepat menyusul Taehyung yang berjalan mendahului dirinya.

"Yang jelas kita harus segera kembali dengan selamat. Usia pernikahanku baru beberapa minggu!"

Taehyung menjitak pelan kening Jimin yang mengomelinya. "Tentu saja, dasar bodoh."

"YAK!! Dasar pacarnya monyet!!" Teriak Jimin marah dan mengejar Taehyung yang berlari kegirangan.




TBC

Queen [Kookmin/Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang