19

3.4K 306 20
                                    

“Sadar gak kalau ucapan kamu itu, bisa melukai perasaan orang.”Abimael Bara Valerin.

•••

“Orang yang kamu sebut lemah, nyatanya tidak selemah yang kamu kira!”—Author-nya.

•••

Bau amis menyerbak indra penciuman seorang lelaki yang kini sedang dilanda kesakitan karena penyakitnya yang kambuh. Ia merasakan sakit di kepalanya yang sangat luar biasa. Rasa sakit yang melebihi sebelum-sebelumnya.

Sebisa mungkin Bara mengambil ponsel yang tersimpan di atas nakas kamarnya. Dengan susah payah ia meraih ponsel itu. Tangannya bergemetar ketika hendak menelpon Qila. Bukan karena takut, melainkan karena rasa sakit penyakitnya yang kini sedang kambuh.

Via telpon tersambung, membuat Bara segera menempelkan ponselnya ke telinga.

Hallo, kenapa Bara?” tanya Qila di sebrang sana.

“Q–qil, kamu di mana? T–tolong aku?” ujar Bara to the point.

Lo kenapa, Bara?” tanya Qila mulai khawatir. Terdengar dari nada bicaranya.

“Penyakit aku kambuh, Qil. Di r–rumah lagi gak ada siapa-siapa,” pinta Bara pada Qila agar segera menolongnya. Jujur saja, saat ini Bara tidak bisa apa-apa. Ia merasakan sakit berkali-kali lipat dari biasanya.

Oh.” Hanya satu kata tapi berhasil membuat fealling Bara tidak enak. “Gue kira lo kenapa. Sorry, gue gak bisa, Bara. Gue lagi di basecamp sama Arkan. Bentar lagi balapan di mulai,” tolak Qila tidak bisa membantu Bara.

“Qil—”

Jadi cowok jangan lemah, Bara! Lo bisa kan, minta bantuan sama satpam!” kesal Qila. “Gue tutup telponnya, Bar. Mau siap-siap.” Di detik itu juga sambungan via telpon terputus. Bara menyimpan kembali ponselnya dengan cara dibanting. Rasa sakit kali ini terasa sangat sakit melebihi sebelumnya. Hingga membuat ia meminta bantuan pada Qila. Dan di detik itu juga, kesadaran Bara perlahan mulai hilang.

***

Awalnya niat Bara hari ini tidak sekolah. Karena ia masih merasa agak kurang enak badan. Namun, Qila menelpon dan meminta agar Bara menjemput untuk berangkat sekolah bersama. Dengan senang hati Bara menjemput Qila ke rumahnya.

Kini lelaki itu sedang duduk di teras rumah kekasihnya. Menunggu Qila yang belum selesai.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya Qila pun sudah selesai. gadis itu sangat rapih dan cantik dengan rambut yang diikat ke belakang menjadi satu.

“Bara,” sapa Qila pada kekasihnya yang sedang memainkan ponsel. Bara yang sejak tadi fokus pada ponselnya membuat ia terkejut.

Bara menoleh ke samping. “Qila,” lirihnya. Lalu tersenyum melihat gaya rambut Qila hari ini. Gadis di hadapannya terlihat sangat imut.

“Kaget, ya?” kekeh Qila melihat Bara yang terkejut karenanya.

“Iya, nih, ngagetin aja kamu,” ujar Bara kemudian beranjak dari duduknya. “Hari ini kamu cantik banget dengan gaya rambut seperti ini,” puji Bara membuat gadis itu tersipu malu.

“Gampang banget mulutnya buat gombal, Bar,” ujar Qila diiringi cengiran.

“Aku serius, Qila. Aku gak gombal.” Seketika membuat Qila terdiam, membuat Bara mengajaknya untuk segera berangkat sekolah.

Terimakasih, Aku Pamit [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang