“Seperti mimpi, tetapi ini nyata.”—Aqila Nailatusy Mawla.
•••
“Seseorang akan berharga jika sudah kehilangan.”—Author-nya.•••
“Sebuah mimpi yang berujung menjadi kenyataan.”—Aqila Nailatusy Mawla.
•••
Suara ketukan pintu di ruang kerjanya membuat Alexander menghentikan jari-jemarinya yang sedang mengetik di laptop. Ia melirik pada arah pintu.
“Masuk!” Tak lama setelah Alexander mempersilahkannya masuk, pintu ruang kerja terbuka lebar. Memperlihatkan Mang Cecep, satpam rumah ini tengah berjalan ke arah Alexander dengan membawa surat yang entah isinya apa.
“Ada apa?” tanya Alexander dengan sikap tegas.
“Ini, Pak.” Mang Cecep memberikan sebuah surat pada Alexander. “Tadi ada yang anterin surat ini, katanya buat Pak Alexander,” ujar Mang Cecep menjelaskan.
“Terimakasih,” ucap Alexander.
“Kalau gitu, saya permisi keluar,” ujar Mang Cecep berlaku pergi meninggalkan ruang kerja Alexander, dan kembali menutup pintunya.
Alexander membaca luarnya saja. Ternyata ini hasil tes DNA itu. Merasa tidak penting, ia kembali menaruh kertas hasil tes DNA-nya. Selang beberapa menit kemudian, pintu ruang kerja kembali terbuka. Memperlihatkan Oma Mira tengah berjalan ke arah Alexander.
“Tumben ke sini? Ada apa, Ma?” tanya Alexander pada ibunya ketika sudah berada di hadapan.
“Tidak ada apa-apa, Mama cuma penasaran sama hasil tes DNA-nya,” jujur Oma Mira. “Barusan yang dikasih Cecep hasil tes DNA 'kan?” tanyanya meyakinkan.
“Iya, Ma.” Alexander kembali berkutat dengan laptopnya. “Biarkan saja, karena tanpa tes DNA juga sudah pasti Bara bukan anakku,” ujar Alexander sangat yakin dengan ucapannya.
“Kamu harus lihat Alex, meski sudah dipastikan hasilnya Bara bukan anakmu.” Oma Mira ngotot ingin Alexander melihat hasilnya.
“Baiklah.” Alexander mengalah. Ia menutup laptopnya terlebih dahulu. Setelahnya Alexander membuka surat hasil tes DNA itu.
Tak lama kemudian, setelah membaca beberapa detik, kedua bola mata Alexander membulat sempurna. Apakah matanya ini salah melihat? Ini tidak mungkin.
“Kenapa, Lex?” tanya Oma Mira ketika melihat raut perubahan wajah Alexander berubah drastis.
“Mama baca ini.” Alexander memberikan kertas itu, dan Oma Mira mengikuti perintah Alexander. Ia tak kalah terkejut setelah membacanya.
“T–tidak mungkin jika Bara anak kandungku!” Alexander mencengkram rambutnya tatkala hasil tes DNA itu mengatakan kalau Bara dan Alexander cocok. Bara adalah anak kandung Alexander.
“Jadi selama ini Bara yang Mama anggap bukan cucuku, ternyata dia cucu kandung Mama.” Oma Mira tak kalah shock. Kenyataan ini seakan seperti mimpi.
“Tapi ini tidak mungkin, Ma.” Alexander masih tak percaya jika Bara bukan anaknya. “Bisa saja ini salah,” lanjut Alexander.
“Tidak mungkin salah! Arkan memilih tempat terbaik untuk tes DNA,” tampik Oma Mira seketika membuat Alexander terdiam. Mencoba menerima kenyataan ini.
“Jadi, selama ini apa yang dikatakan Eira benar. Jika Bara darah dagingku,” ujar Alexander mengingat almarhum istrinya yang mengatakan jika Bara darah daging Alexander. Bukan anak hasil selingkuhan. Karena Eira tidak pernah selingkuh dengan lelaki mana pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih, Aku Pamit [Tamat]
Teen Fiction"Mungkin kamu akan bahagia jika aku pergi." "Jaga diri kamu baik-baik, aku gak suka lihat kamu terluka." "Maaf, selama ini aku memang egois." "Terima kasih untuk segalanya. Jangan lupa tersenyum meski tanpa aku." "Aku pamit, Qila." Star: 13 Agustus...