20

4.5K 328 1
                                    

“Hei, ada apa ini? Bukankah hubungan kita masih terjalin, meski di ambang kehancuran?”—Abimael Bara Valerin.

•••

Pertemuan antara keluarga Bara dan keluarga Qila berlangsung di resto Yozzu. Semua ikut menghadiri. Perasaan Bara sudah tidak enak. Ia merasa ada hal yang mengganjal di pertemuan keluarganya dan keluarga Qila malam ini. Karena biasanya, keluarganya itu tidak akan mengajak Bara jika tidak ada hal yang terlalu penting. Bara takut jika pertemuan kali ini membahas tentang perjodohan Qila dan kakaknya.

“Mari kita bahas ke topik utama, kenapa adanya pertemuan malam ini,” ujar Oma Mira mengawali pembicaraan setelah semuanya selesai makan.

“Pertemuan kali ini kita akan membahas tentang perjodohan antara Qila dan Arkan,” lanjut Oma Mira. Ternyata benar saja fealling Bara. Jika pertemuan malam ini membahas tentang perjodohan.

Bara beranjak berdiri. Raut wajahnya terlihat sangat kusut. “Saya tidak setuju!” protes Bara membuat keluarganya menatap Bara tajam.

“Bara, jangan bikin ulah kamu!” sentak Oma Mira pada Bara.

“Tapi Oma, sama sekali Bara gak setuju dengan penjodohan ini!” protes Bara dengan tegas. Terlihat sejak tadi Qila hanya menunduk. Tidak ikut protes tentang perjodohan ini.

Alexander geram melihat putra keduanya itu. Ia beranjak dari duduknya. Di detik itu juga sebuah gamparan melayang tepat di pipi Bara. Seketika suana menjadi mencekam. Qila dan kedua orangtuanya terkejut.

“Jaga sikap kamu, Bara! Jangan buat malu saya!” murka Alexander. “Lagian apa hak kamu melarang? Arkan saja yang akan dijodohkan setuju. Bukankah begitu, Arkan?” lanjut Alexander bertanya pada putra ke satu yang kini sedang duduk di sofa. Merasa dirinya penuh kemenangan.

“Iya, Pa, Arkan menerima perjodohan ini.” Arkan menjawab, kemudian melirik pada Bara.

“Dengar itu, Bara!” Bukan Alexander yang bersuara. Melainkan si nenek lampir, Oma Mira.

“Tapi, apa Qila setuju? Bara yakin Qila gak setuju dengan perjodohan ini!” Bara berharap perjodohan ini dibatalkan.

Ibunya Qila menghela napas dalam dengan raut wajah keruh. “Qila setuju dengan perjodohan ini.” Bukannya Qila yang menjawab, melainkan malah ibunya—Nesya Mawla.

“Saya akan percaya jika Qila yang mengucapkannya langsung,” ujar Bara tak percaya apa yang dikatakan Nesya barusan.

“Qila setuju. Dan ... lagi pula bukannya kamu sama Qila sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi? Jadi, hak apa kamu melarang anak saya?” Nesya kembali bersuara. Qila hanya tediam menyaksikan perdebatan ini. Ia sama sekali tidak membela Bara.

“Tidak ada hubungan? Jelas-jelas saya masih punya hubungan dengan Qila!” ungkap Bara. Sontak hal ini membuat Nesya dan juga papanya—Ajudz Albaret—shock.

Apa benar yang dikatakan Bara, Qila?” tanya Nesya melirik putrinya yang sejak tadi hanya diam. Bara berharap Qila menjawab iya.

“Enggak, Ma. Q–qila sama Bara udah putus.”

Bak petir di siang bolong. Ungkapan kekasihnya membuat Bara terkejut. Putus? Jelas-jelas sampai detik ini ia dengan Qila masih menjalin hubungan meski di ambang kehancuran.

“Qil—”

“Cukup, Bara! Lo udah bikin kekacauan makan malam ini. Sebaiknya lo keluar!” Dan kini si caper Arkan mulai beraksi. Ia berdiri dengan lagak sok di depan dua keluarga.

“Tapi, Bang—”

“Keluar! Kamu di sini cuma bisa bikin kekacauan!” Kali ini bagian Alexander yang mengusir Bara. Jika sudah seperti ini, Bara tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Lebih baik ia menuruti perintah papanya itu.

“Baik, Bara akan keluar dari sini.” Dengan dingin Bara berucap seraya melangkahkan kakinya meninggalkan mereka yang akan membahas tentang perjodohan.

***

Masih di malam yang sama. Keluarga Bara sudah pulang. Kini mereka tengah berada di ruang keluarga termasuk Bara. Lelaki paruh baya itu, terlihat sangat marah pada pada putra keduanya.

“Anak gak tau diri! Bisanya cuma malu-maluin saja keluarga ini!” geram Alexander dengan garang.

Bara terdiam duduk di sofa. Mengepalkan kedua tangannya. Ia mencoba menahan segala amarahnya yang hampir membeludak.

Arkan beranjak berdiri yang sejak tadi duduk di sofa. Ia melangkah mendekati Bara, lalu menepuk pundak adiknya itu. “Lo relakan Qila karena sebentar lagi dia akan menjadi milik gue,” tutur Arkan. Mendengar itu, seketika amarah Bara langsung membeludak. Tanpa aba-aba Bara langsung saja meninju pipi sang kakak.

Arkan mundur beberapa langkah. Alexander dan Oma Mira dibuat terkejut dengan Bara yang biasanya tidak pernah semarah ini.

“Selama ini gue sabar menghadapin sikap lo yang selalu mengganggu hubungan gue sama Qila ... tapi, untuk sekarang gue gak akan tinggal diam aja!” Bara mencengkram kerah baju Arkan dengan raut wajah bringas. Arkan mencoba melawan, tetapi cengkraman itu terlalu kuat.

Melihat anak kesayangannya diperlakukan seperti itu, membuat Alexander beberapa langkah mendekati Bara, dan di detik itu juga ia langsung meninju kuat hingga Bara tersungkur ke sofa.

Bara kembali berdiri seraya mengusap darah yang keluar dari lubang hidungnya. Arkan merasa mual melihat darah itu.

“Jangan pernah sakiti anak saya! Jika tidak kamu akan merasakan akibatnya!” ancam Alexander membuat Bara tersenyum miris. Padahal Bara juga anaknya. Kenapa hanya Arkan yang selalu diperlakukan dengan baik?

Arkan dan Oma Mira, keduanya hanya diam menyaksikan pertengkaran seorang ayah dan putra. Enggan untuk ikut campur.

“Kenapa hanya Bang Arkan yang selalu diperlakukan baik? Bara juga anak Papa!” Dengan raut wajah dingin  Bara meminta penjelasan. Selama ini ia selalu diperlakukan buruk oleh keluarganya kecuali wanita yang sudah melahirkan dirinya.

Alexander menatap Bara penuh amarah. “Karena kamu anak haram! Kamu anak istri saya dengan selingkuhannya!” ungkap Alexander menunjuk-nunjuk pada Bara. Mendengar itu Bara sangat tidak terima jika ibunya dihina.

“Cukup, Pa! Papa boleh aja hina Bara, tapi jangan pernah hina Mama. Mama gak mungkin seperti itu!” sentak Bara. Raut wajahnya sangat marah, tidak terima dengan ucapan kotor Alexander.

“Memang itu faktanya. Dia sudah menyelingkuhi saya dengan lelaki kotor!” Alexander kembali mengungkapkan sebuah fakta yang membuat Arkan terkejut. Tidak untuk Oma Mira. Karena nenek lampir itu, sudah mengetahuinya.

Bara membuang muka ke samping, lalu menyeringai. “Bara akan percaya jika ada bukti,” ujar Bara tidak akan percaya begitu saja. Ibunya sangat baik, tidak mungkin melakukan hal kotor seperti itu.

“Mau percaya atau tidak, kenyataannya memang seperti itu. Istri saya berselingkuh dengan lelaki lain, dan kamu bukan anak saya!” terang Alexander.

“Bara akan buktikan jika ucapan Papa itu tidaklah benar. Dan suatu saat Papa akan tau kebenarannya!” setelah mengatakan hal seperti itu, Bara pergi keluar meninggalkan Alexander yang masing berdiri di tempat karena ucapan Bara. Bagaimana jika semua ini hanyalah sebuah kesalahpahaman. Tapi ... Alexander melihat sendiri jika istrinya itu berselingkuh.

TBC

Gimana part hari ini?

Jangan lupa vote dan komen
Jangan lupa follow juga akun ini

See you

30 Agustus 2021
10.54

Terimakasih, Aku Pamit [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang