“Ayo bangun. Masih ngebo aja nih anak.”
Suara cowok itu memenuhi gendang telinga Qila, dan silau mentari pagi menyelusup ke dalam jendela yang baru saja dibuka membuat ia terbangun.
Qila menggeliat sambil menguap. Ah, ia masih ngantuk. Kenapa pacarnya ini membangunkan dirinya sepagi ini.
“Ayo mandi sana. Aku udah bawa makanan kesukaan kamu,” ujarnya yang duduk di pinggir kasur.
“Bara! Kenapa lo bangunin gue pagi-pagi kayak gini sih? Ini 'kan, hari libur.” Ya, dia Bara. Meski mata cewek itu masih tertutup rapat, tapi ia bisa tahu siapa yang datang ke kamarnya karena suara cowok itu sangat familiar.
“Ini udah jam sembilan Qila. Udah siang. Jangan males-malesan.” Bara beranjak berdiri. “Aku tunggu di bawah. Kamu sana mandi dulu,” ujarnya lalu pergi meninggalkan Qila yang masih ngantuk di kamar.
***
Ketika dua insan saling bersatu, ada dua kemungkinan besar, di antaranya saling memiliki dengan bahagia atau saling memiliki tetapi terluka.
Bahagia karena saling melengkapi dan menerima kerurangan satu sama lain. Namun, Terluka karena dari salah satunya menutupi semua dengan kepura-puraan. Hal yang mengakibatkan keduanya menjadi luka.
Cinta itu anugrah ketika dua insan mampu mengelola hubungannya dengan baik. Cinta itu indah ketika dua insan saling mencintai tanpa adanya egois hal yang akan membuat salah satunya tergores luka.
Namun, bagaimana jadinya jika dari salah satunya egois dan hanya mementingkan perasaan sendiri. Tanpa memikirkan sebelah pihak. Apakah itu yang dinamakan cinta?
Ya, jawabannya tentu saja bukan. Seperti hubungan Bara dan Qila. Salah satu yang selalu mementingkan perasaannya sendiri tanpa mau mengalah, membuat hubungan itu menjadi toxic.
Dua insan itu kini sedang duduk di hamparan pasir pantai memandangi indahnya senja dengan suara deburan ombak yang besar tetapi mampu membuat tenang.
Suara kicauan burung melengkapi indah pantai ini. Pantai yang sejuk dan aing sepoi-sepoi menerpa rambut.
“Bar,” panggil Qila pada Bara yang berada di sampingnya.
“Iya?” sahut Bara menoleh ke arah cewek itu yang membuat tatapannya bertubrukan.
“Kalau gue ngulangin kesalahan yang sama, lo bakal ninggalin gue gak?” tanya Qila membuat cowok itu tersenyum.
Bara menggeleng dengan senyuman. “Enggak.”
“Ish, kok enggak sih? Terus kesalahan apa yang bisa buat lo ninggalin gue?” Qila mencebik kesal. Rambut cewek itu berterbangan karena angin menerpanya yang membuat berantakan.
“Gak ada. Meski kamu melakukan kesalahan apapun aku gak akan pernah ninggalin kamu. Kecuali kamu sendiri yang menyuruh aku pergi,” ujar Bara seraya menyelipkan helaian rambut Qila yang berantakan.
Qila tertegun. Kenapa Bara harus sebaik ini padanya. “Bar, kenapa lo baik banget sama gue?” Qila menatap Bara intens.
Bara merangkul Qila. “Karena kamu wanita yang sangat aku sayangi setelah Mama, Qil. Kamu satu-satunya orang yang masih mau bertahan sama aku ketika orang-orang menjauh.” Sorot mata lelaki itu terlihat menyimpan banyak luka yang tidak bisa diucapkan lewat kata-kata. Banyak yang disembunyikan dari sosoknya yang terlihat tegar dan kuat.
“Maaf, Bar. Gue sering buat lo kecewa,” gumam Qila dalam hatinya.
***
“Udah malem kita pulang yuk?” ajak Bara tetapi Qila menggeleng.
Qila masih ingin berada di pantai. Rasanya tenang dan jauh dari semua masalah.
“Udah jam delapan Qila. Nanti kamu kecapean,” ujar Bara mencoba membujuk.
“Tapi, asalkan kita mampir ke mini market dulu, ya. Aku mau beli ice cream. Boleh 'kan?” mohon Qila dengan puppy eyes.
“Iya, boleh. Beli aja apa yang kamu mau,” ujar Bara.
***
Pasangan kekasih itu keluar dari dalam mini market. Qila mengambil satu kantong plastik penuh ice cream. Banyak macam rasa di dalamnya. Keduanya sudah berada di tempat parkir.
“Bara kamu mau gak?” tanya Qila seraya memakan ice cream itu.
Bara menggeleng. “Qil,” lirih Bara memanggil.
“Iya?”
“Maaf aku harus pergi sekarang. Kamu harus berbubah. Jangan kayak gitu terus. Kamu harus ikhlas terima kenyataan.” Bara berucap membuat Qila heran.
“Terima kenyataan apa, Bar?” Qila heran apa maksud Bara. Benar-benar tidak paham.
“Intinya kamu jangan kayak gitu terus. Kamu harus ikhlas. Kalau kamu mau kangen aku ke rumah aja ya.” Bara menghidupkan mesin motornya. “Bye Qila. Assalamualaikum.”
Di detik itu juga Bara pergi meninggalkan Qila. Qila masih terheran di tempat. Ia menjatuhkan kantong plastik itu yang penuh dengan ice cream.
“Baraa!” teriak Qila. Tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
“Bar, kamu ke mana?” Dengan suara getar, cewek itu mencari sosok cowok yang tadi dengannya.
“Qil, kamu udah bangun?” tanyanya beranjak berdiri. Dan ternyata itu hanyalah sebuah mimpi.
“Bara mana? Barusan gue sama Bara, Arkan.” Mata Qila sembab karena ia terus-menerus menangis.
Arkan mendekap erat Qila. Memberikan ketenangan. “Lo tenang dulu, ya.” Tangannya mengelus lembut surai milik Qila.
“Gue pengen ketemu Bara.” Qila sudah terisak di pelukan Arkan.
“Oke, tapi lo harus makan ya.”
“Gak. Gue gak mau makan. Gue mau ketemu Bara, Arkan! Dia pergi ninggalin gue.” Qila terus saja terisak.
“Iya, nanti ketemu Bara. Asal lo makan dulu. Udah tiga hari lo gak makan,” ujar Arkan menahan sesak di dadanya.
“Tapi janji setelah makan, gue ketemu Bara 'kan?” Qila mendongkak, membuat Arkan mengangguk sebagai jawabannya.
“Iya, setelah makan kita ketemu Bara.”
Sudah setahun Qila seperti ini. Dihantui dengan rasa bersalah. Tidak menerima kenyataan bahwa Bara telah pergi selamanya.
Hari-hari terasa sulit dan sakit bagi Arkan. Harus melihat orang yang dicintai terluka seperti ini karena ulahnya dulu. Arkan harap Qila segera sembuh dan menerima kenyataan dengan ikhlas.
•••🦋Batas Akhir•••
Hallo, selamat Sore
Apa kabar kalian semua?Gimana Extra part-nya suka gak?
Ada yang kangen Bara, Qila, dan Arkan gak?Oh, iya. Aku buat cerita baru yang berjudul RENO ZEVARO, itu sebenarnya cerita THE Z tapi diubah dari awal. Cerita tentang cowok bucin yang mencintai pada pandangan pertama.
Aku harap cerita ini dibukukan. Dan bisa peluk Bara versi Novel
Yaudah, segini aja. Babay
AssalamualaikumInstagram: @ky170304
Selasa, 30 Agustus 2022
16.39
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih, Aku Pamit [Tamat]
Fiksi Remaja"Mungkin kamu akan bahagia jika aku pergi." "Jaga diri kamu baik-baik, aku gak suka lihat kamu terluka." "Maaf, selama ini aku memang egois." "Terima kasih untuk segalanya. Jangan lupa tersenyum meski tanpa aku." "Aku pamit, Qila." Star: 13 Agustus...