Part 24. Big News

11 0 0
                                    

***

Sudah hampir seminggu setelah dua teror yang datang di rumah Abinaya dan Kirana itu. Dan selama itu juga masih belum ada tanda-tanda sedikit pun dari si peneror itu, yang mana juga Kirana mulai merasa sedikit tenang saat ini itu. Tapi, tentu saja, Abinaya harus terus berjaga dan juga berhati-hati. Terlebih lagi, Kak Panji yang juga beberapa kali datang ke sana untuk bertanya dan sebagainya. Tentu saja, Abinaya sudah mengatakan teror itu kepada Kak Panji, sehingga benar-benar membuat Kak Panji, harus sebisa mungkin menyisakan sedikit waktu untuk ikut menjaga keamanan Abinaya dan Kirana di sana itu. Meski, bagi Kirana sendiri, itu sama sekali tidaklah diperlukan, karena dia yakin, si peneror itu tidak akan lagi melakukan apa pun.

Seminggu yang terasa sangat tenang itu, benar-benar sesuatu yang membuat Kirana merasa ikut tenang dan tidak ingin lagi merasa kelelahan atau pun juga terlalu overthinking dengan semua hal itu. Tapi sepertinya, semua yang sudah dia katakan kepada Abinaya dan juga Kak Panji untuk bisa membuat mereka merasa tenang, sepertinya sama sekali tidak di hiraukan sedikit pun saat ini juga itu. Sama seperti yang terjadi hari ini, di mana saat Kirana yang sedang memasak makan siang itu, Kak Panji datang sambil membawa sekotak donat kesukaannya.

"Kirana, lihat apa yang aku bawa. Donat kesukaan kamu lho... Ayo kita makan bersama, aku akan panggil Abinaya," ucap Kak Panji yang terlihat tersenyum lebar di sana sambil memberikan kotak yang berisi donat itu tepat ke arah Kirana yang kini sedang menata masakan yang sudah dia buat tadi itu tepat ke atas meja makan.

Kirana pun langsung mengambil alih kotak itu. "Oke... Abinaya ada di halaman belakang, Kak..." jawabnya sambil meletakkan kotak donat itu tepat ke atas meja makan di sana.

Kak Panji terlihat menganggukkan kepalanya dengan cepat dan langsung saja berjalan menuju halaman belakang. Dan dia seketika saja melihat Abinaya yang baru saja selesai menyirami tanaman yang ada di halaman belakang itu. "Abi, ayo masuk. Kita makan donat bareng!" teriak Kak Panji dari arah pintu penghubung antara dapur dan juga halaman belakang itu.

Abinaya mengangkat kepalanya setelah menata kembali selang air yang dia pegang tadi. "Eh, iya Kak. Sebentar," jawabnya sambil berlari kecil mendekat ke sana.

Mereka berdua itu pun langsung masuk kembali ke dalam area dapur dan menemukan Kirana yang sudah duduk di dekat meja makan dengan kotak donat yang sudah terbuka di hadapannya itu. Tak lama Kak Panji dan juga Abinaya ikut duduk di dekat Kirana dan mereka secara bersama-sama mulai memakan donat itu. Dan bagi Kirana sendiri, donat yang dibelikan oleh Kak Panji itu semakin lama semakin terasa sangat enak. Entahlah, dia merasa aneh. Tapi pikirannya selalu berkata, bahwa ini mungkin saja efek dari ketegangan yang sudah sempat dia rasakan beberapa waktu yang lalu itu.

"Kak Panji," panggil Kirana di sana dengan kernyitan kecil di dahinya itu sambil menelan kunyahan donat di dalam mulutnya itu. Dan Kak Panji seketika saja menolehkan kepalanya bersama dengan Abinaya di sana. "Apakah Kakak membeli donat ini di tempat yang biasanya kita beli? Atau di toko donat yang lainnya?" tanya Kirana di sana.

Kak Panji terlihat mengerutkan dahinya di sana, dan menatap ke arah donat yang saat ini sedang dia pegang di telapak tangan kanannya itu. "Tidak. Kakak membeli donat ini di tempat yang biasanya kita beli selama ini kok. Kenapa memangnya?" ucap Kak Panji menjelaskannya.

Kirana menggelengkan kepalanya secara perlahan. Terlihat adanya keraguan di kedua matanya di sana. "Tidak ada apa-apa. Hanya saja, rasanya sedikit aneh dan... Aku tidak tahu kenapa alasannya. Tapi, tidak masalah kok. Aku akan memakan donat itu," jawabnya sambil mulai mengambil donat yang lain dan memakannya dengan perlahan di sana.

***

Kirana duduk di atas toilet yang ada di dalam kamar mandi yang sudah dia kunci pintunya. Dia sedang menunggu dengan perasaan yang sama sekali tidak karuan. Ada ketakutan, keraguan dan berbagai macam perasaan yang terasa bercampur aduk di dalam hatinya saat ini. Dan dia sama sekali tidak bisa mengatakan perasaan yang saat ini dia rasakan itu dengan hanya menggunakan kata-kata yang sederhana saja saat ini. Terlebih lagi saat ini di tangan kanannya, dia sedang memegang dua buah alat test pack digital.

Kirana merasa sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya saat ini sedang terjadi di dalam dirinya. Dia merasa sedikit aneh dan juga sebagainya. Dia sempat berpikir saat memakan donat yang mana rasanya terasa tidak seperti yang biasanya dia sukai itu. Dan dia menjadi berpikir, jika mungkin saja saat ini dia sedang mengandung. Sudah lewat lima menit, dan Kirana dengan segera saja menghela napasnya sambil mengangkat tangan kanannya untuk bisa melihat hasil dari kedua alat test pack itu.

"Dua garis??" gumam Kirana di sana yang seketika saja membulatkan kedua matanya saat melihat hasil yang tertera dengan cukup jelas dari kedua alat test pack itu. Kirana bahkan sampai memperhatikan dan menggoyangkan kedua alat test pack itu beberapa kali, jika mungkin saja ada yang berubah. Tapi tidak. Hasil dari kedua alat test pack itu tetap sama, yaitu dua garis. Dan itu artinya saat ini, Kirana sedang hamil.

Kirana seketika saja menutup mulutnya dengan menggunakan telapak tangan kirinya di sana. Kedua matanya mulai terlihat berlinang dengan air mata. Dan tubuhnya juga terasa gemetar. Dia masih belum percaya dengan apa yang saat ini dia lihat dari kedua alat test pack itu. Terasa seperti mimpi yang belum dia impikan. Ini adalah kejutan yang besar. Kirana menurunkan telapak tangannya yang menutup bibirnya, dan muncullah sebuah senyuman bahagia dari sana. "Aku hamil..." gumamnya sambil menyentuh perutnya yang saat ini masih terasa datar dengan menggunakan telapak tangan kirinya di sana. Sambil beberapa kali mengusap-usap perutnya itu.

Tapi sedetik kemudian, Kirana menurunkan senyumannya dan wajahnya yang tadi terlihat bahagia, kini berubah menjadi khawatir. "Tapi, bagaimana jika Abinaya masih belum siap untuk bisa menjadi seorang ayah? Apa... Apa yang harus aku katakan kepadanya tentang ini nanti?" gumam Kirana di sana sambil menggenggam erat kedua alat test pack itu di telapak tangan kanannya itu.

Tok

Tok

"Kirana?" panggil Abinaya dari luar kamar mandi yang membuat Kirana terkejut dan berdiri dari duduknya di atas toilet itu.

"Iya, Abi?" sahut Kirana.

"Apa kamu baik-baik saja? Kamu sudah ada di dalam kamar mandi sejak setengah jam yang lalu... Apa ada sesuatu?" tanya Abinaya yang suaranya terdengar cukup khawatir di sana. Terlebih lagi, saat menyadari bahwa pintu kamar mandi yang terkunci.

Kirana tidak segera menjawab pertanyaan Abinaya dan mulai berjalan mendekat ke arah pintu kamar mandi dan membukanya. Abinaya yang melihat Kirana keluar dari dalam kamar mandi itu seketika saja bernapas lega. Tapi dia juga menyadari bahwa raut wajah Kirana yang terlihat sedikit lesu di sana. Dan seketika saja, Abinaya menangkup sisi wajah Kirana agar bisa menatap ke arahnya. "Hei, ada apa Kirana? Kamu terlihat lesu..." tanya Abinaya di sana.

"Abi.. Aku..."

Kirana terlihat salah tingkah. Dan hal itu membuat Abinaya mulai mengerutkan dahinya. "Ada apa Kirana?"

Kirana hanya menatap ke arah kedua mata Abinaya di sana. Dan mulai mengulurkan lengan kanannya yang tadinya sempat dia sembunyikan di balik badannya itu. Kirana menundukkan kepalanya. Dan membiarkan Abinaya melihat apa yang saat ini sedang dia genggam di sana itu. Sedangkan Abinaya seketika saja mengambil benda yang di genggam oleh Kirana dan kedua matanya seketika saja terlihat berlinang air mata.

"Abi, maafkan aku... Aku tidak tahu jika aku sedang hamil. Dan... Dan juga aku sama sekali tidak tahu apakah kamu siap... Atau..."

Ucapan Kirana terpotong seketika saat secara tiba-tiba saja Abinaya memeluk erat tubuhnya. "Kirana, tentu saja aku siap. Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Aku bahagia, Kirana. Terima kasih karena sudah memberikan kejutan ini... Aku berjanji akan menjadi suami dan calon ayah yang sigap... Terima kasih. Terima kasih." ucap Abinaya di sana sambil beberapa kali memberikan ciuman singkat di wajah Kirana.

Dan Kirana sendiri seketika saja juga ikut tersenyum bahagia. Pada akhirnya, semua rasa takut yang dia rasakan sebelumnya terbukti salah. Karena, Abinaya ternyata sangat bahagia dengan kabar kehamilannya ini.

My Wife My Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang