Part 13. Someone Comes

27 2 0
                                    

"Jadi, kamu mau kita makan siang dimana sekarang?" Abinaya bertanya sesaat setelah dia dan juga Kirana keluar dari dalam ruang dosen bersama. Atau lebih tepatnya adalah Abinaya yang duduk di kursi depan ruang dosen, menunggu Kirana untuk membereskan beberapa berkas tugas mahasiswa di atas meja kerjanya.

"Dimana saja boleh kok... Yang nggak terlalu jauh dari kampus. Kamu ada kelas siang kan?" Kirana menatap ke arah Abinaya yang berjalan di sampingnya.

Abinaya menganggukkan kepalanya dengan perlahan, sedikit menghela napas, karena dia tidak bisa menghabiskan banyak waktu makan siang bersama Kirana saat ada kelas siang kuliah. "Iya... Kamu juga ada kelas mengajar nanti. Bagaimana kalau kita makan nasi ayam geprek Mang Ujo? Lokasinya nggak jauh dari area belakang kampus," ajak Abinaya sambil tersenyum menatap ke arah Kirana.

Kirana menganggukkan kepalanya cepat, sambil mengalihkan pandangannya dari Abinaya. "Oke, nggak masalah. Ayo..." jawab Kirana yang langsung saja mempercepat langkah kedua kakinya meninggalkan Abinaya yang terpaku dengan senyuman lebar di wajahnya.

Mengingat, bahwa berita pernikahannya dan juga Kirana sudah mulai menyebar di teman-teman angkatannya itu. Atau bahkan juga kakak angkatan pun juga sudah mengetahuinya. Tentu saja itu semua berkat Bayu dan juga dosen-dosen yang, yah... Sangat suka menyebarkan banyak hal kepada para mahasiswa mereka yang tersayang. Dan tentu, hal itu membuat teman-teman Abinaya berebut untuk bertanya kebenaran kepadanya. Abinaya sangat senang untuk menjawab mereka dengan lengkap. Bahwa dia dan Kirana memang sudah menikah. Ini permulaan yang bagus menurutnya.

Kirana sendiri juga sudah tahu, saat beberapa mahasiswa terus memperhatikan dirinya dengan senyuman atau bahkan pembicaraan, bisikan. Dan dia sama sekali tidak keberatan, meski rasanya sedikit aneh dan juga risih, Kirana berusaha dengan baik agar hal itu tidak mempengaruhinya saat melangsungkan pembelajaran di dalam kelas. Tentu saja. Dia harus bisa memastikan bahwa hal pribadi dan pekerjaannya di dalam garisnya masing-masing.

"Ayo, langsung naik... Nggak usah pakai helm," ucap Abinaya yang sudah menaiki sepeda motornya.

Sedangkan Kirana mulai sedikit melirik ke arah area halaman depan fakultas dan juga area parkir kendaraan yang penuh dengan mahasiswa-mahasiswa yang bahkan menatap penasaran ke arahnya sejak mereka berjalan bersama. Tiba-tiba saja Kirana merasakan genggaman di telapak tangan kirinya. Membuat Kirana sedikit terkejut dan sadar bahwa Abinaya sedang menunggunya untuk naik ke atas sepeda motornya itu.

"Oh ya..." gumam Kirana sambil mulai naik ke atas sepeda motor Abinaya. Dia meletakkan kedua lengannya di kedua bahu Abinaya dan menggenggam erat disana. Membuat Abinaya yang sudah bersiap untuk melajukan sepeda motornya, menjadi mengerutkan dahinya dalam-dalam. Dengan senyuman kecil di sudut bibirnya, kedua tangan Abinaya mulai mengambil masing-masing telapak tangan Kirana, untuk melingkari perutnya.

"Astaga!!! Ahhhhh!!!"

"Lihat itu!!!! Astaga!!! Aku tidak terima!!!"

"Mereka manis sekali!!!!"

"Aku tidak tahan dengan keromantisan ini!!!"

"Astaga, ada bucin baru lagi!!!"

Teriakan-teriakan itu terdengar seketika saat pada akhirnya Kirana tersenyum lega dan semakin mengeratkan pelukannya di perut Abinaya. Para mahasiswa yang tidak ada hentinya memperhatikan mereka pun histeris seketika. Itu sangat canggung, dan juga sekaligus menyenangkan.

"Mari makan siang bersama, sayang," gumam Abinaya sambil mulai menjalankan sepeda motornya, dengan berusaha keras untuk tidak memperhatikan teman-teman fakultasnya yang semakin histeris.

***

"Mang, pesen nasi ayam gepreknya dua, sambalnya pedes sedang saja, sama es jeruk manis juga dua," ucap Abinaya sesaat setelah mereka masuk ke dalam warung sederhana yang sudah mulai ramai itu.

Sedangkan Kirana sudah duduk di bangku dekat dengan pintu masuk warung Mang Ujo itu. Menatap ke arah Abinaya yang masih berdiri di dekat Mang Ujo yang juga sedang cekatan untuk menyiapkan semua pesanan yang akan mereka makan. Kirana tersenyum kecil, dan mulai memalingkan wajahnya. Seketika saja wajahnya merona, mengingat Abinaya memanggilnya dengan kata 'sayang', tepat di hadapan semua orang di fakultasnya. Astaga, dia bahkan hampir lupa bagaimana rasanya bahagia yang seperti itu.

Lamunan Kirana seketika terhenti, saat Abinaya datang dengan membawa makanan serta minuman yang mereka pesan. Abinaya tersenyum lebar dan mulai duduk tepat di hadapan Kirana. "Ayo makan. Sambalnya sedang kok pedasnya, jadi nggak perlu khawatir," ucap Abinaya yang langsung saja membuat Kirana tersenyum lagi.

"Kamu tahu banyak hal tentangku. Itu sungguh manis," jawab Kirana sambil mulai makan.

Abinaya menganggukkan kepalanya dengan mulutnya yang sudah mulai penuh dengan makanan. "Tentu saja aku tahu banyak hal... Aku mempelajarinya, dan Mendengar banyak cerita dari ayah, ibu dan juga kak Panji."

Kirana tertawa kecil melihat wajah Abinaya yang terlihat manis, lucu dan juga imut secara bersamaan itu. "Astaga, aku harap mereka tidak menceritakan aib-aib ku padamu. Itu akan sangat memalukan."

Abinaya meminum sedikit es jeruknya. "Tentu saja mereka harus menceritakannya. Atau setidaknya kamu yang menceritakan hal itu kepadaku, aku suamimu... Semua hal tentang kamu harus aku ketahui. Tanpa terkecuali," ucap Abinaya secara spontan dengan nada suaranya yang begitu menuntut.

Kirana pun hanya menjawabnya dengan anggukan kepala perlahan dan juga senyuman. Dan mereka pun mulai melanjutkan acara makan mereka bersama.

***

"Kirana?"

Panggil seorang pria yang seketika saja membuat Kirana dan juga Abinaya menghentikan acara makan mereka yang tinggal sedikit itu terhenti dan mulai menatap ke arah seseorang yang berdiri tepat di samping meja makan mereka itu.

Namun, saat Kirana menatap ke arah seorang pria itu, seketika saja kedua matanya membulat. Dan wajahnya berubah pucat. "K-kamu?" gumamnya dengan nada penuh akan ketidakpercayaan.

Sedangkan Abinaya hanya menatap ke arah pria bersetelan jas hitam, terlihat begitu formal untuk datang ke dalam warung sederhana seperti itu. Namun, kening Abinaya seketika mengerut dalam-dalam saat menyadari bahwa Kirana terlihat sangat pucat dan juga tidak nyaman dengan kehadiran pria itu di sekitar mereka. Aku harus mengambil alih situasi tidak menyenangkan ini. Batin Abinaya seketika saja.

"Anda siapa ya?" tanya Abinaya yang seketika saja membuat Kirana semakin gugup dan takut. Kirana bahkan menolehkan kepalanya seketika menatap Abinaya yang terlihat tenang.

Pria itu menatap Abinaya dari atas sampai bawah, dengan pandangan sinis dan sangat merendahkan. "Saya mantan kekasih Kirana, dua tahun yang lalu. Kalau kamu memangnya siapanya Kirana?" Pria itu bertanya dengan nada suaranya yang sangat sombong.

Abinaya yang mendengar jawaban pria itu langsung saja tersenyum kecil. "Oh... Saya suaminya Kirana," jawab Abinaya yang langsung saja membuat wajah pria itu menjadi pias, seakan terhempas kencang ke atas tanah.

"Apa? Suami?" gumamnya tanpa sadar, yang mana hal itu malah membuat Abinaya semakin memperlihatkan senyuman lebarnya. Sedangkan Kirana menjadi tidak lagi nafsu makan.

"Iya... Jika anda tidak merasa keberatan, kami masih ingin makan terlebih dahulu," ucap Abinaya yang menjadi pukulan telak. Tanpa bicara atau bahkan setidaknya menjawab ucapannya, pria itu segera meninggalkan mereka. Tanpa menghiraukan Mang Ujo yang memanggilnya, menanyakan pesanan makanan yang akan dia makan.

Sedangkan Abinaya hanya menghela napasnya secara perlahan. Menatap ke arah Kirana yang bahkan kini sedang menundukkan kepalanya, sama sekali tidak menatap ke arahnya. Abinaya mencoba untuk tersenyum kecil. "Kirana, ayo lanjutkan makanannya... Mubazir kalau nggak dihabiskan, nanti nasinya nangis lho..." gumam Abinaya.

"Iya..." jawab Kirana dengan nada suaranya yang pelan, dan mulai melanjutkan kegiatan makannya.

Aku bahkan tidak tahu nama pria tadi. Tapi kenapa reaksi Kirana seperti itu? Apa yang sebenarnya sedang dia tutupi dan sembunyikan dariku? Batin Abinaya penuh dengan tanda tanya. Yang bahkan rasa penasaran itu semakin kuat, saat melihat tangan kanan Kirana yang sedang menyendokkan makanan itu terlihat sangat bergetar. Dan itu terasa tidak masuk akal rasanya.

My Wife My Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang