***
Sudah hampir dua tahun berlalu setelah kejadian yang sangatlah mengerikan itu terjadi kepada diri Kirana, Abinaya dan keluarga mereka itu. Dan sudah berlalu dua tahun juga, rasa sepi masih saja bersama dengan mereka. Bayang-bayang ingatan ketika Kirana masuk rumah sakit setelah hari itu, dan mereka berdua yang kehilangan calon anak pertama mereka itu, terasa semakin sangatlah sulit untuk bisa dihadapi oleh Abinaya dan juga Kirana. Mereka berdua bahkan masih sangatlah ingat dengan apa yang setelah itu dikatakan oleh dokter. Tentang bahwa Kirana yang tidak akan bisa mengandung lagi, karena adanya kerusakan di rahim akibat benturan yang keras saat itu. Hal yang terasa sangatlah bertubi-tubi itu terjadi kepada diri mereka berdua itu. Semuanya terasa monoton.
Terlebih lagi bagi Abinaya ketika dia baru saja pulang bekerja, dan menemukan Kirana yang sesekali sedang menangis di dalam tidurnya itu, terasa benar-benar telah menghancurkan perasaan Abinaya. Tapi dia terus berusaha agar dirinya bisa tetap kuat dalam menghadapi segala cobaan yang hadir di dalam kehidupan pernikahan mereka berdua itu. Dan bukankah, Abinaya sudah berjanji kepada Kirana, bahwa dia akan tetap selalu ada bersama dengan Kirana? Maka itulah yang selama ini sudah dia lakukan. Tentu selain itu juga, dia masih ingin dan percaya bahwa Kirana sendiri masih bisa mengandung suatu hari nanti. Mereka tetap berobat dan melakukan kegiatan yang sehat, sehingga membantu diri mereka untuk bisa dengan segera memiliki anak.
Seperti hal yang saat ini sedang dilakukan oleh Kirana dan juga Abinaya bersama. Mereka berdua terlihat sangatlah sibuk berada di dapur yang ada di rumah mereka itu. Dengan banyaknya bahan-bahan kue, mulai dari tepung, coklat, telur dan bahan kue yang lainnya lagi, yang tergeletak di atas meja dapur. Mereka berdua sangatlah ingin untuk bisa membuat sebuah kue coklat untuk mereka makan bersama saat menonton film nanti malam di ruang tamu di rumah mereka itu. Kirana sendiri bahkan terlihat sangatlah menikmati kegiatan yang saat ini sedang mereka berdua itu lakukan secara bersama-sama. Dia juga ingin merasa tenang saar ini, dan tidak akan pernah lagi mengingat hal-hal buruk yang sudah terjadi dua tahun yang lalu di dalam kehidupan mereka berdua itu sekarang ini juga.
Sedangkan Abinaya juga terlihat sangatlah menikmati kegiatannya yang sedang mengaduk adonan kue di sana, sambil sesekali menjahili Kirana dengan mencolek wajah Kirana dengan menggunakan tepung. Hingga secara tiba-tiba saja, Kirana terlihat mulai mengerutkan dahinya dengan cukup dalam di sana itu dan berhenti menuangkan adonan kue itu ke dalam oven, dan malah mulai berlari dengan cukup kencang ke arah kamar mandi dan mulai muntah-muntah di sana itu.
"Kirana? Kirana apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Abinaya yang juga mengikuti langkah kaki Kirana di sana itu hingga sampai tepat di depan pintu kamar mandi. Raut wajahnya terlihat sangatlah khawatir dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini kepada Kirana itu.
Kirana tidak langsung menjawab dan mulai membuka pintu kamar mandi di sana itu. Dan wajahnya terlihat sangatlah jelas pucat dan lesu. Kirana terlihat mulai menggelengkan kepalanya dengan perlahan-lahan di sana itu. "Aku tidak tahu, Abi... Aku merasa sangatlah lemah dan sama sekali tidak punya tenaga saat ini juga." jawab Kirana di sana.
"Baiklah, kalau begitu. Ganti pakaian, dan kita pergi ke rumah sakit. Aku akan mematikan oven itu terlebih dahulu." ucap Abinaya pada akhirnya di sana sambil mulai berjalan ke arah oven, dan mematikannya.
Sedangkan Kirana, mulai berjalan masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian. Sedangkan Abinaya tidak mengganti pakaiannya, dan mulai membantu Kirana untuk bisa masuk ke dalam mobil itu. Abinaya mengendarai mobil itu dengan menggunakan kecepatan yang sedang, terlebih lagi saat melihat Kirana yang terlihat semakin merasa lemah di sana. Sehingga membuat Abinaya semakin khawatir.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam itu, mereka berdua pun sampai di rumah sakit. Dan dengan segera saja, Abinaya membantu Kirana berjalan dengan perlahan menuju ruangan dokter. Tetapi Abinaya tidak bisa ikut masuk dan harus menunggu di luar. Sudah hampir dua puluh menit, hingga Abinaya baru bisa masuk ke dalam ruang dokter itu di sana.
"Katakan, dokter. Apa yang sebenarnya sedang terjadi kepada istriku? Dia terlihat sangatlah lemah saat ini juga.." tanya Abinaya di sana saat melihat Kirana yang sedang terbaring tepat di atas ranjang yang ada di dalam ruang dokter itu.
"Tidak ada masalah Pak. Istri anda menjadi lemah karena dia sedang mengandung. Selamat ya Pak, Bu... Kalian berdua akan segera menjadi orang tua." jawab dokter itu yang seketika saja membuat Abinaya dan Kirana tersenyum sangatlah lebar dan masih saja tidak percaya.
Sebuah kabar yang sudah lama mereka nantikan, pada akhirnya terdengar juga. Kirana yang pada awalnya di vonis tidak dapat hamil dan mengandung lagi itu, saat ini juga sedang mengandung. Abinaya seketika saja mencium dahi Kirana dengan penuh perasaan haru dan juga bahagianya di sana itu. Pada akhirnya mereka bisa bahagia, meski telah melewati banyak hal di dalam kehidupan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife My Lecturer ✔️
Romance(Informasi: Cerita ini sebelumnya sudah pernah aku upload di Mangatoon. Tapi, aku memutuskan untuk upload juga di Wattpad, karena sudah lama banget nggak nulis disini. Enjoy the book 🥰) ~~~~~ Abinaya Pratama (22 tahun) dijodohkan oleh kedua orang t...