***
Abinaya melebarkan kedua matanya dan mulutnya yang kini sudah menganga lebar. Tidak ada satu kata pun yang keluar, karena dia meraaa sangat shock dan terkejut. Rahasia sebesar itu di simpan oleh Kirana darinya. Sedangkan Kirana mulai meneteskan air matanya disana.
"Kirana... Ke-kenapa? Kenapa kamu tidak mengatakan semuanya kepadaku sejak awal??" tanya Abinaya dengan spontan, sesaat setelah mendapatkan kesadaran dari rasa terkejutnya itu.
"Aku takut atas apa yang mungkin saja kamu pikirkan nanti. Aku takut tentang hal itu, yang mungkin saja bisa tersebar, dan aku tidak siap untuk penghakiman sosial. Aku merasa sangat takut. Dan aku putuskan untuk tetap menyimpannya selama ini," jawab Kirana dengan air matanya yang semakin deras itu.
Tidak dapat menahan lagi, Abinaya bangkit dari posisi berbaringnya itu dan langsung memeluk erat tubuh Kirana yang terasa sangat gemetar itu. "Tapi aku sudah siap untuk menceritakan semuanya kepada kamu, Abi... Aku akan menceritakan semuanya, karena kamu adalah suamiku, dan aku bisa mempercayai kamu." gumam Kirana di dalam pelukan Abinaya.
Abinaya sendiri semakin mengeratkan pelukannya itu. Diam-diam menggelengkan kepalanya secara perlahan. "Tidak... Kamu tidak perlu mengatakan apa pun, jika kamu masih belum merasa siap, Kirana. Kamu tidak perlu memaksakan diri kamu untuk mengatakan semuanya," jawab Abinaya sambil sesekalu mengecup puncak kepala Kirana yang semakin erat di dalam pelukan dirinya itu.
"Tidak. Dengarkan aku, Abi... Dengan begitu, aku tidak akan merasa terbebani lagi dengan rahasia ini," ucap Kirana sambil melepaskan dirinya dari dalam pelukan Abinaya secara perlahan, dan menatap ke arah Abinaya yang menatapnya dengan dalam.
"Pria itu bernama Rizky, dia satu angkatan denganku. Di tahun pertama kuliah, kami sudah sangat dekat, karena sifatnya yang benar-benar terbuka dan juga menyenangkan. Singkat cerita, pada akhirnya kami menjalin hubungan. Pada awalnya, hubungan kami sangat lah baik-baik saja. Hingga suatu malam, dia mengajakku untuk pergi berkencan, untuk sebuah makan malam yang romantis. Aku tidak berpikir bahwa makan malam itu akan ada di rumahnya. Dia bilang, bahwa dia membuat masakan itu sendiri, dan benar-benar berusaha untuk membuatnya sangat romantis untukku. Kami makan bersama, dan berencana untuk menonton film romantis di ruang tengah rumahnya. Semua sepi, hanya ada kami berdua saja disana. Dan saat kami berdua duduk bersama di sofa untuk menonton film... Tiba-tiba saja dia mendekat dan memaksa untuk menciumku, dengan tangan-tangannya yang menyentuh hampir seluruh tubuhku... Aku berusaha untuk melepaskan diriku, tapi dia terlalu kuat. Aku hampir menyerah, tapi saat itu lah Kak Panji datang dan menyelamatkan aku.
Kirana menangis semakin kencang disana, dan kembali masuk ke dalam pelukan tubuh Abinaya yang cukup kencang. Dan Abinaya juga ikut merasa sangat sakit melihat Kirana yang seperti itu. "Aku ingat bahwa Kak Panji memukuli Rizky dengan brutal dan membawaku langsung ke rumah sakit. Jika saja, saat itu Kak Panji tidak datang, aku sama sekali tidak tahu tentang apa yang mungkin saja bisa terjadi saat itu, Abi... Lalu, setelah itu, Rizky dikeluarkan dari kampus, dan dia pindah ke luar negeri, hanya sebatas itu saja yang aku ketahui. Sedangkan aku menghabiskan waktu luangku setelah selesai di kampus, untuk pergi ke psikiater selama hampir dua tahun lamanya."
"Tidak apa, Kirana... Aku akan selalu melindungi kamu. Tidak masalah tentang apa yang membuat kamu takut, karena aku tahu alasannya sekarang. Tidak perlu ada lagi rahasia-rahasia di antara kita, Kirana. Karena aku sudah berjanji kepada kamu, bahwa aku akan selalu berada di samping kamu, jangan takut lagi..." ucap Abinaya yang terus mencoba untuk menenangkan diri Kirana.
Kirana menganggukkan kepalanya, dan membalas pelukan dari Abinaya disana. Dan semakin mengeratkannya. "Aku tahu... Kamu tidak akan meninggalkan aku. Terima kasih, karena mau mendengarkan semua ini, Abinaya. Aku bahkan tidak tahu berapa lama hingga aku bisa merasa siap untuk ke langkah selanjutnya bersama kamu, Abinaya."
"Tidak apa-apa, Kirana... Aku sudah bilang kan, aku akan selalu menunggu kamu. Tidak masalah, untuk beberapa tahun lagi, asalkan kamu tidak lagi merasa takut, dan kamu bisa membuka seluruh tali yang menghalangi hubungan kita," jawab Abinaya sambil menangkup wajah Kirana dengan kedua telapak tangannya yang lebar.
"Terima kasih karena sudah mau menungguku, Abi... Terima kasih..."
Kirana merasa sangat terharu dengan apa yang selama ini sudah Abinaya berusaha lakukan untuk kebahagiaan dirinya. Kirana sendiri juga merasa malu, karena rasa takutnya yang masih saja terus membayang - bayangi dirinya. Dan dia merasa resah. Dia bisa saja menyerahkan dirinya langsung kepada Abinaya agar menyempurnakan hubungan pernikahan mereka, tapi itu hanyalah keputusan yang terburu - buru, dan Kirana sama sekali tidak ingin hal yang di paksakan akan menjadi hal yang buruk di masa depan nantinya.
***
Abinaya membuka kedua kelopak matanya dan berkedip beberapa kali. Dia menarik dan menghela napasnya secara perlahan. Sinar matahari menginitip dari balik jendela kamar mereka yang tertutupi oleh tirai. Abinaya merasa hangat di sana. Dan dengan segera menolehkan kepalanya ke arah kanan, dimana Kirana kini masih tertidur di samping tubuhnya, masih sambil memeluk erat lengan kanannya.
Abinaya tersenyum hangat saat melihat wajah Kirana yang tertidur, terlihat sangat lembut dan juga menenangkan. Telapak tangan kirinya terangkat dan mulai mengusap perlahan wajah Kirana. Menyampirkan helai - helai rambut yang menutupi sebagian wajah Kirana.
"Aku mencintai kamu, Kirana... Sangat," gumam Abinaya sambil mulai mendekatkan wajahnya ke arah wajah Kirana, dan memberikan kecupan kecil di bagian kening.
"Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk mengatakannya padamu. Kirana, apakah kamu percaya dengan cinta pada pandangan pertama?" tanya Abinaya dengan masih sambil berbisik di sana. Meski dirinya sendiri tahu, jika Kirana tidak akan menjawabnya saat itu, karena masih tertidur.
Abinaya kembali tersenyum dengan kedua bola matanya yang berbinar. "Karena itu lah yang aku rasakan saat pertama kali bertemu dengan kamu. Rasanya seperti mimpi, saat kita berdua benar - benar berakhir dengan sebuah ikatan pernikahan. Rasa bahagia yang benar - benar membuatku hampir merasa tergila - gila setiap waktu."
Detak jantung Abinaya terus berdebar setiap kali dia mengucapkan kalimat - kalimat itu. Ada rasa bahagia, meski dia menyampaikan semua perasaan yang dia rasakan pada Kirana, meski begitu, Abinaya masih tidak terlalu yakin untuk mengatakan semuanya secara langsung, saat Kirana tersadar, dan tidak dalam keadaan tertidur seperti sekarang.
Namun, tiba - tiba saja, Abinaya mengerutkan keningnya dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya. Jika Kak Panji sudah mengetahui semua ini, kenapa dia tidak langsung mengatakan semuanya padaku? Apakah Kak Panji juga merasa terbebani oleh rahasia Kirana itu?? Lalu bagaimana dengan Mama dan juga Papa Kirana? Apakah mereka juga sudah mengetahui semuanya? Atau sama seperti aku, mereka pun belum mengetahui apa pun? Batin Abinaya bertanya - tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife My Lecturer ✔️
Romansa(Informasi: Cerita ini sebelumnya sudah pernah aku upload di Mangatoon. Tapi, aku memutuskan untuk upload juga di Wattpad, karena sudah lama banget nggak nulis disini. Enjoy the book 🥰) ~~~~~ Abinaya Pratama (22 tahun) dijodohkan oleh kedua orang t...