Part 2. Candra Kirana

78 3 0
                                    

"Huff..." Kirana menghela napasnya beberapa kali. Sekarang, dia ada di dalam ruang dosen, yang tepat berada di lantai satu dari gedung fakultas.

Kirana menutupi wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Sebenarnya, sejak tadi sebelum dia masuk ke dalam ruang kelas untuk pertama kalinya, dia merasa sangat gugup. Dia pernah menjadi asisten dosen sebelumnya, tapi untuk mengajar sebagai dosen yang sesungguhnya, dia sangat-sangat gugup.

Dan saat jam mata kuliahnya berakhir, rasa gugupnya Sama sekali tidak berkurang. Kirana mulai menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. Tenang... Tenang. Batin Kirana berusaha untuk mengurangi sisa-sisa kegugupannya.

"Huff... Akhirnya..." gumam Kirana. Telapak tangan kanannya mulai meraih botol berisi air mineral yang ada di atas meja dosennya. Meminumnya secara perlahan, sedikit demi sedikit.

"Bu Kirana, ayo makan siang bersama," ajak salah satu dosen wanita yang berdiri tepat di depan mejanya.

Kirana tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. "Tidak... Saya makan nanti saja, saya masih harus mengecek beberapa berkas yang dimiliki oleh Pak Anton," jawab Kirana menjelaskan.

Dosen wanita itu segera saja menganggukkan kepalanya dengan cepat. Sambil tersenyum, dia berkata, "Baiklah, kalau begitu. Saya duluan ya..." jawabnya sambil berjalan keluar dari dalam ruang dosen itu.

Kini hanya tertinggal Kirana, satu dosen wanita senior lainnya dan satu dosen pria. Kirana mulai membuka lagi meja, yang memperlihatkan beberapa tumpukan tugas milik mahasiswa yang belum sempat diperiksa oleh Pak Anton, dikarenakan beliau yang tiba-tiba jatuh sakit, dan harus di pensiun secara dini.

Kirana bangkit dari duduknya, dan sedikit berjongkok untuk mengambil tumpukan tugas itu. Dan membawanya ke atas meja. Kirana menyeka bulir-bulir kecil keringat yang muncul di bagian dahinya, dengan menggunakan selembar tisu. "Baiklah... Mari kerjakan semuanya," gumam Kirana sambil mengeluarkan bolpoin berwarna merah dari dalam kotak pensilnya.

Kirana mulai membuka satu per satu tugas para mahasiswa itu. Membacanya dengan sangat teliti, memberikan coretan-coretan pada jawaban yang salah. Dia dosen baru, jadi mungkin, dia tidak akan terlalu ketat dengan tugas atau bahkan jawaban yang diberikan oleh para mahasiswa nya itu. Tentu saja. Bukan berarti dia tidak peduli terhadap mahasiswa nya. Kirana hanya bersikap luwes saja. Dan semoga saja, bisa disukai oleh semua mahasiswa nya.

Lembar demi lembar, Kirana menyelesaikan penilaiannya. Lagipula, jika ada tugas seperti itu, lembaran tugas itu, tetap akan berada di dalam laci mejanya. Setelah itu, dia hanya perlu untuk meng-input nilai tugas mereka semua. Setelah hampir satu jam lewat dua puluh menit, akhirnya Kirana selesai menilai tugas-tugas itu. Dengan cekatan dia membuka laptopnya dan meng-input nilai.

Dia akan mengajar lagi di siang hari. Sesekali Kirana melirik ke arah arloji kecil yang ada di pergelangan tangan kirinya itu. Sudah menunjukkan pukul dua belas siang, dan dia mengajar di jam satu siang. Itu artinya dia hanya memiliki waktu satu jam lagi untuk menyelesaikan input nilai, dan juga, jika sempat dia akan membeli roti atau makan siang dalam porsi kecil di kantin fakultas.

Jari-jari kedua tangannya bergerak cepat dan kedua matanya menatap penuh fokus ke arah layar laptopnya. Ini bahkan terasa jauh lebih mudah, dibandingkan saat dia menjadi asisten dosen. Karena saat menjadi asisten dosen, Kirana hampir melakukan semua kegiatan bahkan keperluan yang diperlukan oleh dosennya. Yang terkadang, tidak harus dia lakukan. Seperti menyiapkan kopi atau makanan kecil, atau bahkan hal lainnya.

Dring Dring

Ponsel Kirana bergetar tepat di atas meja. Di bagian samping kanannya. Kirana melirik ke arah layar ponselnya yang menyala. Memperlihatkan notifikasi pesan yang masuk dari aplikasi WhatsApp nya. Kirana kembali fokus ke arah layar laptop dan lembar-lembar tugas mahasiswa. Menghiraukan pesan yang hanya menampilkan nomor. Dia akan membalasnya nanti. Tentu saja.

My Wife My Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang