***
Abinaya sendiri mulai tersenyum lebar saat masuk ke dalam rumah, tepat berada di belakang Kirana saat ini. Tanpa membalikkan badannya, telapak tangan kanan Abinaya terulur ke belakang untuk mengunci pintu rumah mereka itu. Di hadapannya, Kirana juga tersenyum lebar dan sedikit malu - malu di sana. Napas Abinaya terdengar terengah - engah sekarang. Mungkin ini adalah waktu yang tepat. Batin Abinaya berkata.
Dengan langkah kedua kakinya yang berat, Abinaya berjalan dengan cepat mendekat ke arah Kirana. Dan mulai menggenggam erat kedua pundak Kirana di sana. Dan mereka saling menatap dengan tatapan kedua mata yang berbinar pada akhirnya. "Kirana, maukah kamu memulai awal yang baru di dalam hubungan pernikahan kita berdua ini, secara bersama - sama?" tanya Abinaya dengan nada suaranya yang terdengar hampir sama seperti berbisik.
Kirana menganggukkan kepalanya secara perlahan dan masih menampilkan senyuman tulus di wajahnya itu. "Iya, Abi... Aku mau.." jawabnya dengan nada suaranya yang ikut berbisik di sana.
Abinaya kembali mengembangkan senyuman di wajahnya itu. "Maka izinkan lah aku, Kirana... Izinkan aku untuk memiliki kamu seutuhnya..."
Kedua mata Kirana mencari kesungguhan yang terlihat sangatlah jelas dari kedua mata Abinaya yang juga menatap tulus ke arah dirinya. Dan Kirana lagi - lagi menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum haru. "Iya, Abi... Aku mengizinkan kamu..."
Dan dengan begitu, Abinaya pun mulai melepaskan genggaman tangannya dari pundak Kirana. Lalu Abinaya pun mulai menggendong tubuh Kirana dengan gaya ala bridal style. Kirana pun mulai mengalungkan kedua lengannya pada leher Abinaya, sambil terus menatapnya dengan dalam. Dan Abinaya pun mulai berjalan dengan perlahan menuju kamar mereka. Biarkan hawa malam yang dingin membuat mereka terbiasa. Dan membiarkan langkah awal dari hubungan pernikahan mereka kembali di mulai.
***
Kirana terbangun terlebih dahulu di pagi hari ini. Dengan selimut yang masih membalut di seluruh bagian tubuhnya, serta rambutnya yang terurai itu terlihat berantakan. Kini dia sedang memandang tepat ke arah Abinaya yang masih tertidur lelap, sambil memiringkan tubuhnya di sana. Dan Kirana merasa malu dan juga bahagia seketika. Pada akhirnya hubungan pernikahan mereka menjadi jauh lebih lengkap sekarang. Dan Kirana berjanji tidak akan ada lagi halangan yang bisa membuat hubungan mereka menjadi renggang.
Secara perlahan, telapak tangan kanan Kirana mulai terangkat untuk bisa menyentuh wajah Abinaya, yang kini malah mulai kembali mendengkur di dalam tidurnya itu. Dan Kirana menahan senyuman lebar di wajahnya itu. "Terima kasih, Abinaya.. Karena sudah mau bersabar untuk menunggu kesiapanku... Terima kasih juga karena sudah memberikan aku cinta yang selama ini aku takut untuk hadapi dan juga menjalaninya. Sekali lagi, terima kasih..."
***
"Apakah tidak apa - apa jika kita izin tidak masuk ke kampus hari ini?" tanya Abinaya sambil membantu Kirana menyiapkan sarapan mereka pagi ini.
Meski sebenarnya, Abinaya baru bisa benar - benar terbangun hampir menjelang siang hari itu. Kini mereka berdua sama - sama sibuk menyiapkan makanan yang akan mereka makan. Dengan Kirana yang memasak makanan dan Abinaya yang membantu dengan menata makanan tersebut tepat ke atas meja makan di sana.
"Mm hmm, sama sekali tidak masalah. Aku sudah memberitahukan perihal kita yang izin secara bersama - sama untuk tidak masuk ke kampus hari ini. Dan... Kamu tentu saja tahu dan juga paham apa yang akan mereka katakan nantinya jika kita berdua masuk setelah kita berdua... Em... Kau tahu..." jelas Kirana sambil mulai kembali merasa malu - malu di sana.
"Iya.. Tentu saja, itu akan menjadi bahan pembicaraan mereka. Dan aku sangat paham tentang hal itu. Terlebih lagi mengingat kembali saat kita mengadakan resepsi pernikahan hari itu, ingat hal apa saja yang telah mereka katakan kepada kita berdua itu. Ahahahha... Itu benar - benar membuatku langsung saja merasa sanagt gugup. Kamu tahu, aku merasa takut dan gugup, jika saja aku akan melakukan kesalahan, yang bisa membuat kamu merasa malu saat berhadapan dengan teman dan juga rekan kerja kamu di dalam fakultas," jelas Abinaya sambil mulai duduk di atas kursi yang ada di dekat meja makan itu.
Kirana berjalan perlahan untuk bisa mendekat ke arah meja makan, dan mulai ikut duduk di sana. Dia tersenyum lebar dan kembali mengingat lagi momen di mana hari resepsi pernikahan mereka. "Itu adalah hari di mana aku benar - benar jauh lebih gugup... Dan aku sangat beruntung untuk bisa menyadari bahwa aku mendapatkan kamu sebagai suamiku, Abinaya..."
Abinaya mengulurkan telapak tangannya untuk bisa menggenggam erat telapak tangan Kirana. Sambil tersenyum, Abinaya mulai berkata, "Aku juga merasa sangatlah beruntung untuk bisa mendapatkan kamu sebagai istriku, Kirana.. Dan itu adalah hal yang pertama kali aku sadari saat pada akhirnya aku bisa berhasil mengucapkan ijab kabul."
Kirana tersenyum haru dan detak jantungnya mulai kembali berdetak dengan jauh lebih cepat lagi. "Sudah... Ayo kita makan... Karena hari ini, kita akan berada di rumah seharian. Tentunya aku harus tetap mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda."
"Kamu benar.. Aku memiliki tugas proposal akhir yang belum sempat aku revisi... Aku harus segera lulus dan mencari pekerjaan yang tetap. Aku akan berusaha dengan baik agar aku tidak mengecewakan kamu nantinya," jawab Abinaya sambil mulai mengambil nasi dan juga lauk pauk yang akan dia makan.
Dan dengan begitu, mereka pun mulai memakan makanan mereka secara bersama - sama. Dengan senyuman yang tidak luntur sedikit pun dari wajah mereka berdua.
***
"Aku pikir malam ini aku tidak akan merasakan kedinginan lagi..." gumam Kirana sambil memainkan jari - jari Abinayang yang berada di atas pundaknya itu.
"Kita tidak akan kedinginan... Lihatlah pemandangan yang tersaji malam ini... Bintang - bintang yang bertaburan di langit dan juga bulan yang bersinar sangatlah terang di atas langit hitam... Terlihat sangat indah dan juga menawan," ucap Abinaya menjelaskan pemandangan malam hari yang tersaji malam ini.
Mereka berdua saat ini sedang berada di balkon kamar mereka. Dengan menggelar tikar yang di lapisi lagi dengan kasur lipat, mereka memutuskan untuk menikmati suasana malam hari di sana. Abinaya yang berada di belakang tubuh Kirana, memberikan pelukan lembutnya. Kirana sendiri memutuskan untuk tetap menutupi tubuh mereka dengan selimut.
Pemandangan malam memang indah saat di nikmati secara bersama - sama dengan orang yang di cintai. "Apakah kita akan tetap di balkon ini hingga besok?" Abinaya bertanya sambil mulai memindahkan lengannya untuk bisa memeluk erat pinggang Kirana di balik selimut yang mereka gunakan itu.
"Mm hmm... Tentu saja. Tapi iti terserah kamu... Apakah kita akan masuk angin jika semalaman di sini? Tapi pemandangan malam hari ini tidak bisa begitu saja di lewatkan, sangat sayang..."
Abinaya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. "Iya, kamu benar... Terlebih ini adalah langkah awal yang baru menuju hubungan kita yang lebih baik lagi..."
Dan mereja berdua tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife My Lecturer ✔️
Romansa(Informasi: Cerita ini sebelumnya sudah pernah aku upload di Mangatoon. Tapi, aku memutuskan untuk upload juga di Wattpad, karena sudah lama banget nggak nulis disini. Enjoy the book 🥰) ~~~~~ Abinaya Pratama (22 tahun) dijodohkan oleh kedua orang t...