Part 27. Missing

14 1 0
                                    

***

Abinaya baru saja sampai tepat di dalam ruang dosen di sana itu. Tapi seketika saja dahinya mulai terlihat berkerut cukup dalam tepat di bagian wajahnya itu, saat menemukan meja kerja Kirana di sana sudah kosong. Tidak ada benda-benda milik Kirana di atas meja kerjanya di ruang dosen itu. Langkah kedua kaki Abinaya pun seketika saja langsung berubah menjadi sangatlah cepat untuk bisa dengan mendekat tepat ke arah meja kerja milik Kirana yang ada di sana itu sekarang ini juga. "Kirana? Kemana dia pergi?" gumam Abinaya di sana dengan perasaan yang bertanya-tanya seketika saja.

"Eh, Abinaya.. Kamu masih ada di sini?" tanya seorang dosen yang secara tiba-tiba saja sudah berdiri tepat di samping Abinaya di sana, dan juga dosen itu bahkan sudah sejak tadi menatap tepat ke arah Abinaya yang terlihat sangatlah bingung di sana itu.

Abinaya seketika saja menolehkan kepalanya itu tepat ke arah dosen pria paruh baya di sana, masih dengan kernyitan di dahinya itu. "Em, iya, Pak. Karena, saya baru selesai kelas, jadi... Saya baru sampai ke sini," jelas Abinaya yang di balas dengan menggunakan anggukan kepala saja di sana oleh dosen pria paruh baya itu.

"Oya, Pak... Eh, dimana Kirana sekarang? Apakah Kirana ada jadwal mengajar di kelas secara tiba-tiba saja sekarang ini juga itu?" Abinaya bertanya lagi seketika saja di sana itu.

Tapi dosen pria paruh baya itu pun mulai menggeleng-gelengkan kepalanya di sana dengan perlahan, dan juga ikut mengernyitkan dahinya sekarang ini juga itu. "Tidak ada. Setahuku, dia tidak ada jadwal mengajar lagi siang ini. Sama seperti biasanya. Tapi, tadi aku lihat dia sudah keluar dari ruang dosen sejak setengah jam lewat sedikit saja tadi. Aku dengar, dia bilang bahwa dia ingin menunggu kamu di area kantin. Itu saja yang aku tahu. Selebihnya aku sama sekali tidak tahu." jelas dosen itu yang seketika saja membuat Abinaya merasa sangatlah terkejut saat ini juga di sana itu.

"Be-benarkah? Em, baiklah. Terima kasih, Pak. Kalau begitu, saya permisi dahulu sekarang," jawab Abinaya secepat mungkin di sana.

Sambil mulai berjalan berbalik pergi dan melangkahkan kedua kakinya itu untuk bisa keluar dari dalam ruang dosen itu menuju tepat ke area kantin yang ada di fakultasnya itu. Tetapi, Abinaya seketika saja memelankan langkah dari kedua kakinya di sana, saat kedua matanya yang sama sekali tidak bisa menemukan keberadaan Kirana di area kantin itu. Terlebih lagi mengingat bahwa area kantin yang ada di fakultasnya itu jauh lebih kecil dan juga tidak terlalu luas seperti area kantin yang dimiliki oleh fakultas yang lainnya itu. Sehingga, dia sendiri pasti bisa dengan mudah untuk menemukan Kirana, jika Kirana memang berada di area kantin fakultas itu saat ini juga. Tapi nihil. Sama sekali tidak ada tanda-tanda sedikit pun adanya keberadaan Kirana tepat di area kantin fakultas itu sekarang ini juga di sana.

"Astaga... Kemana Kirana sekarang? Apakah dia sedang menungguku di tempat yang lainnya? Tapi kira-kira dimana? Bukankah kata pak dosen itu tadi, Kirana pergi dan menungguku tepat di area kantin fakultas? Jika Kirana tidak ada di sini, lalu dia ada di mana sekarang ini juga?" gumam Abinaya yang sama sekali tidak bisa menghentikan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang sudah sejak tadi bermunculan di dalam pikirannya itu saat ini juga.

Seketika saja, Abinaya beralih untuk bisa mendekat tepat ke arah seorang ibu penjaga kasir yang ada di area kantin fakultas itu, yang sedang terlihat sangatlah sibuk untuk bisa menata-nata barang-barang yang terlihat bergeletakkan itu di atas meja kasirnya saat ini juga. "Permisi, Bu.. Apakah ibu melihat Kirana? Maksud saya, apakah ibu melihat ibu dosen Kirana ada di sekitar area kantin ini tadi?" tanya Abinaya dengan nada suaranya yang terdengar sangatlah terbata-bata itu. Dia mulai merasakan firasat buruk di dalam hatinya itu sekarang ini juga.

"Oh, bu Kirana ya? Saya tadi melihat bu Kirana masuk ke dalam mobil bersama seseorang. Setelah bu Kirana membeli minuman di sini, saya lihat ada seseorang yang mendekat ke arah bu Kirana dan mereka berdua langsung saja masuk ke dalam mobil begitu..." jelas ibu kasir itu di sana.

"Seseorang? Seperti apa orang itu? Apakah dia itu seorang laki-laki atau perempuan?" tanya Abinaya sekali lagi untuk bisa memastikan.

"Seorang pria. Sepertinya, mereka berdua saling kenal satu sama lain. Tapi saya sendiri tadi sama sekali tidak bisa mendengar hal apa yang sedang dibicarakan bersama oleh mereka berdua itu. Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan pergi dengan sangatlah cepat." jelas ibu kasir itu sekali lagi.

Abinaya seketika saja merasa sangatlah pusing saat ini juga di sana itu. Dia sedikit mengangkat tangan kanannya di sana untuk bisa memijat dahinya yang terasa sangatlah pusing dan juga sakit di sana itu. "A-apa ibu lihat plat nomor polisi dari mobil itu?" Dia bertanya lagi dengan nada suaranya yang terdengar sangatlah berharap itu saat ini juga di sana.

Tapi sayangnya, Abinaya harus menelan rasa kecewa seketika saja saat melihat kepala ibu penjaga kasir itu mulai menggelengkan kepalanya dengan perlahan di sana itu. "Tidak. Tapi saya melihat ibu Kirana sedikit menangis tadi. Dan juga saat masuk ke dalam mobil, bu Kirana sempat beberapa kali melihat ke arah yang lain dan ke sekeliling area ini, sebelum pada akhirnya masuk ke dalam mobil itu. Dan juga, pria yang membawa bu Kifana itu terlihat sedikit menyeramkan, saya bahkan bisa melihat dengan jelas jika tangan bu Kirana yang saat itu di genggam, menjadi merah karena genggaman yang sangatlah kuat. Tapi, saya pikir, jika mungkin saja pria itu tadi adalah temannya bu Kirana..."

Dan seketika saja, Abinaya bergumam kata terima kasih kepada ibu penjaga kasir itu di sana. Abinaya juga mulai berjalan keluar dari dalam area kantin itu, dengan telapak tangan kanannya yang mulai merogoh kantong celananya di sana, untuk bisa mengambil ponselnya di sana. Dia mulai menyalakan ponsel itu dan mulai menghubungi nomor ponsel Kirana di sana itu sekarang ini juga. Tapi nihil. Sama sekali tidak ada nada tersambung ke nomor ponsel Kirana. Dan itu berarti bahwa ponsel Kirana sedang mati.

"Sial... Kirana, dimana kamu sekarang, sayang? Jangan membuat aku khawatir seperti ini..." gumam Abinaya sambil terus berusaha untuk bisa menghubungi nomor ponsel Kirana di sana itu. Tapi hasilnya tetap masih nihil.

"Aku akan menghubungi Kak Panji. Sial-sial... Sayang, kamu ada di mana??" gumam Abinaya tanpa hentinya.

Bahkan dia secara tanpa sadar mulai semakin mempercepat langkah dari kedua kakinya di sana itu untuk bisa keluar dari dalam gedung fakultas itu, bahkan membuat beberapa mahasiswa yang melewati dirinya di sana itu mengerutkan dahi mereka masing-masing.

"Halo, Kak Panji? Kirana menghilang."

My Wife My Lecturer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang