"Emang kenapa sih gue gak dibolehin pacaran?! Coba sebutin apa alasannya!" Protes Stephanie dengan alis yang menyatu, bibirnya pun juga maju, karena dongkol habis ditinggal sama Juno, gebetannya yang ia kira bisa menembus pertahanan empat sahabatnya, tapi tetap saja gagal dan memilih mundur dengan teratur daripada dibuat babak belur.
"Lo tuh masih kecil, Han," jawab Bima setelah menelan habis sepotong pizzanya. Hal itu langsung membuat Stephanie mendelik.
"Emang ada tolak ukur umur ya dalam pacaran?! Adek sepupu gue masih SD tapi udah punya lima mantan tuh!" Seru Stephanie langsung teringat dengan adik sepupunya yang baru menginjak kelas dua SD tapi hobinya gonta-ganti pacar. Calon-calon titisan buaya darat.
"Itu mah adek sepupu lo aja yang salah pergaulan," sahut Raka yang lagi main PS sama Rafael di sebrang sana. Kamar Stephanie memang tergolong luas, ada space untuk menaruh TV beserta aksesori-aksesori PS yang sengaja dibeli oleh mereka agar tak merasa bosan jika harus berkumpul di kamar yang dominan dipenuhi boneka dan printilan K-Pop ini.
"Gue udah tujuh belas tahun! Kecil dari mananya coba?!" Protes Stephanie lagi yang langsung gak mood ngehabisin lasagna-nya. Berbeda dengan Bima yang makin semangat menyeruput spaghetti-nya.
"Lo tuh ... gimana ya ngomongnya?" Rafael berpikir sejenak karena fokusnya terbagi antara main sama nasehatin Stephanie. "Lo kalau dikasih permen sama orang asing bakal diterima gak?"
Tanpa berpikir panjang Stephanie langsung menjawab, "Terima lah. Apalagi kalau rasa stroberi." Karena Stephanie memang tak akan menolak jika ada makanan yang berbau stroberi.
"Nah itu! Itu! Itu yang buat kami jadi khawatir kalau lo pacaran!" Seru Rafael sambil berharap Stephanie langsung mengerti akan maksudnya.
Tapi yang ada Stephanie malah mengernyit bingung. "Apa nyambungnya sama permen?"
"Hadeh. Intinya lo tuh masih terlalu bego untuk pacaran, Hanie," kata Bima to the point.
Stephanie tentu tak terima. "Bego? Enak aja! Gue kemarin ranking lima, kalau lo lupa!"
Bima seketika menghela napasnya. "Bukan masalah ranking."
"Terus apa dong?"
Raka kembali angkat suara, "Lo mau pacaran sama siapa sih, Han? Juno? Emangnya lo gak pernah denger ya kalau Juno diam-diam pentilnya ada tiga?"
Stephanie tentu terkejut mendengar hal itu. Sedangkan Bima dan Rafael langsung menahan tawa. "Hah? Yang bener aja lo? Ngaco lo ya?!"
"Serius gue."
"Masa sih?" Stephanie menolak percaya. Masa ganteng-ganteng pentilnya tiga?
Gio yang baru saja masuk ke kamar setelah mengambil beberapa gelas dari dapur pun menyahut, "Mending jomblo aja dah, Han. Tahun depan kita udah mau kelas tiga. Takutnya nanti nilai lo anjlok lagi gara-gara sibuk pacaran," katanya sambil duduk di sebelah Stephanie dan meletakkan gelas-gelas tersebut di atas meja.
Bima pun segera mengisi gelasnya dengan coca-cola lalu meneguknya sambil diselingi sendawa.
"Gak bakal anjlok. Yang ada gue malah makin semangat karena ada yang nemenin belajar," kata Stephanie sembari meminta Bima untuk menuangkan coca-cola ke gelasnya.
"Terus lo mau pacaran sama Juno? Yang hobinya nongkrong sana-sini?" Tanya Gio tak percaya.
"Ya kan gue bisa minta dia belajar aja sama gue, gak usah nongkrong-nongkrong," jawab Stephanie dengan santai.
"Haduh, Hanie. Paling Juno maunya awal-awal doang. Lama-lama juga dia bosen terus ngilang dengan banyak alasan, bilangnya mau nemenin nyokap lah, sakit lah, ada urusan lah, padahal lagi nongkrong ama temennya," kata Rafael langsung mengocehi Stephanie dengan harapan bisa sadar bahwa dunia pacaran tidak akan seindah ekspektasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boy Friends
Teen FictionOrang-orang ngeliat Stephanie beruntung banget, dikelilingi empat pangeran yang selalu protect dia dari mara bahaya di luar sana. Tapi yang mereka gak tau adalah Stephanie bahkan udah di level paling muak dan empet banget sama keposesifan mereka yan...